Saturday, January 23, 2010

HIGH THINKING PLAIN LIVING

Ini gara gara Kang iwan bikin status di FB nya tentang High Thinking Plain Living, jadi teringat
tulisan si mamah pada suatu ketika, jadi di edit ulang nih :

High Thinking, Plain Living !
Tapi, istilah apa pula itu ?

Sebenernya judul postingan ini pernah ditampilkan.
Tetapi seperti biasa, dari kejadian keseharian, dari obrolan keseharian, dari "penemuan" keseharian, suka teringat akan postingan jadul yang kira kira ada kaitannya.

Dari sebuah milis, ada kata kata indah yang amat sangat menggugah.
Bahwa hidup adalah proses belajar "bersaksi atas keberadaanNya", "bersaksi atas kebesaranNya".......surat yang ditutup dengan kalimat yang amat sangat indah :
" selamat bersaksi dan disaksikan".
Kalimat pendek yang bikin si mamah lamaaaaaa termenung.
( Terimakasih banyak buat pak Niel Makinuddien yang tulisannya selalu mencerahkan. )

Kebetulan, kalimat kalimat tersebut pas banget datangnya dengan petatah petitih yang baru saja si akang sampaikan : hidup harus dalam batas "kepatutan",hidup harus dalam batas "kelayakan".

Apa artinya hidup harus dalam batas kepatutan?
Apakah kita tega bergaya hidup berlimpahan sementara masih baaaanyak diseputar kita yang kekurangan?
Apakah kita tega mempertontonkan "kemewahan duniawi" sementara kita hidup dilingkungan yang masih morat marit?
Masih banyak yang nggak bisa sekolah, masih banyak yang nggak punya rumah , bahkan masih banyak yang kelaparan.
Masih banyak yang butuh uluran tangan kita bukan?

Tulisan tulisan diberbagai media cetak juga jelas jelas banyak menyoroti gaya hidup kekinian yang nggak banget "HIGH THINKING PLAIN LIVING ".

Pemberitaan dalam media cetak atau elektronik saat ini, banyak menyoroti hiruk pikuknya gemebyar para politisi yang mengutamakan popularitas dan gaya hidup.
Sebaliknya pula bersinggungan dengan para selebriti yang bedol desa rame rame terjun ke politik.

Ada yang salah dengan "memanfaatkan" popularitas untuk naik pentas politik ?
Tidak.
Sepanjang niat dan upayanya adalah semata untuk perbaikan bangsa, untuk kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat.

Memanfaatkan popularitas untuk manggung di kancah birokrasi juga nggak ada salahnya koq.
Sepanjang diiringi dengan kesungguhan, dan terutama disertai dengan pemikiran yang cerdas, bernas, yahud banget deh pleus itikad yang benar benar demi peningkatan kualitas seluruh rakyat, dibumbui dengan ahlak, adab dan budi pekerti yang patut diteladani.
Ya nggak ?

Akhir akhir ini, siapa sih yang nggak ngeuh.
Selebriti banyak yang "tergandeng" partai politik untuk turut menggaet suara rakyat.
Para artis rame rame menjadi calon pejabat, disandingkan dengan calon pejabat lainnya, dengan maksud yang amat kasat mata, agar rakyat yang sudah akrab dengan wajah artis yang sudah begitu populer, dengan tanpa mikir lagi nyoblos pasangan ybs.

Disisi lain, kita juga menyaksikan "pamer" gaya hidup yang dipertontonkan para politisi.
Bukan saja kita melihat pakaian mentereng, kendaraan mewah, jas buatan designer terkenal, jam bermerk internasional, sepatu licin mengkilap, daaaan...( ini dia )..pola hidup yang berubah...hang out, ngumpul di cafe, kongkouw dari hotel berbintang 5 pindah ke restoran berbintang pula, dengan didampingi peureu peureu yang imut, bening....duuuuuhhh.

Gaya hidup "high level" menjadi tujuan.
Makanya nggak heran, masih saja rakyat kita tertipu dengan berbagai kemudahan dan janji duniawi yang ditawarkan.
Iya nggak?

Tak heran pula jalan pintas mengumpulkan duniawi masih saja marak.
Dan tak heran pula makin banyak yang tertipu atau menipu atau terjerat dalam pasal pasal penyalahgunaan wewenang.....
Semua hanya demi gaya hidup.
Duhhhhh.........

Aksi bagi bagi uang untuk proyek kesejahteraan rakyat yang dijanjikan triliuner dadakan menjadi antrian banyak pihak.
Koq percaya sih ?
Duit segambreng ribuan triliun dari manahoreng ?

Aksi penemuan yang "mencengangkan", yang bikin hidup akan sangat begitu mudah hanya dengan mengolah air yang dikaruniakan Allah begitu banyaknya diseputar kita, menakjubkan banyak pihak, bahkan orang orang penting sekalipun.

Adakah temuan ilmiah sepanjang sejarah peradaban manusia yang gaungnya akan mendunia dan bermanfaat sepanjang masa, ditemukan dalam serta merta, dalam waktu singkat dan rumusannya dirahasiakan?

Aksi bagi bagi duit ratusan juta yang dihamburkan dari pesawat menjadi inceran orang banyak yang memburu kemana pesawat akan menjatuhkan duitnya.

Penemuan kasus demi kasus oleh KPK menjadi bukti, betapa mudahnya orang mengumpulkan duit haram.

Pokoknya, dimana mana gonjang ganjing.
Intinya sih ya itu itu saja.....memburu duniawi untuk memuluskan impian bergaya hidup jor joran
Duuh...

Atau, mungkin manusia sudah sangat banyak yang kalap,frustrasi, banyak yang terjepit, sehingga menjadi nggak rasional, nggak beretika, nggak berahlak, nggak bermoral?
Pengennya hidup enak dengan cara mudah ?
Nggak mau mikir apalagi bekerja keras mambanting tulang memeras keringat?

Kapan ya kita semua terpacu bergaya hidup berlandaskan spirit High Thinking, Plain Living ?
Dalam kesederhanaan hidup, siapapun yang high thinking, akan dikenang , bahkan menjadi teladan bagi siapapun yang mengenalnya.
Siapapun yang HIGH THINKING PLAIN LIVING, pasti sedang dalam proses perbaikan kualitas hidup yang jauh lebih bermakna.
Perbaikan pemahaman dalam proses "bersaksi dan disaksikan".

Mungkin kita semua harus banyak dan sering mendapat tontonan, tuntunan, bacaan atau apapun yang mengingatkan kita agar mengisi sisa usia kita yang tidak begitu panjang ini dengan spirit HIGH THINKING PLAIN LIVING.

Tetap sederhana, bersahaja dalam sikap dan gaya hidup, tetapi memberi output dan kontribusi positif yang menggelegar buat meningkatkan kualitas hidup sebanyak banyak mahlukNya.

Salam.

Friday, January 22, 2010

ANAK JALANAN

Kalau inget "ANAK JALANAN".......duuuuuh, nano nano banget deh perasaan ini.
Coba deh bayangin, anak anak lucu, imut, ada yang cantik, ada yang ganteng, yang lugu, Iyang terlahir kedunia ini bukan karena maunya dia sendiri, koq berkeliaran dijalanan ya.

Lantas, kalau matahari sudah masuk peraduannya, malam tiba, dunia gelap gulita, apa yang menimpa anak jalanan tersebut?
iiih...ngeri deh bayanginnya juga.

Meringkuk kedinginan di emperan toko, memegang perut yang melilit karena kelaparan dan.....tiba tiba datang dewasa jahat yang entah mau ngapain.......
Hhiiiiiiii...serrrrremmmm
Makanya, cerita robot gedek, babe dan lainnya, masih akan terus kita saksikan, selama anak jalanan ini nggak ada yang mau melindungi.

Duhhhh.......
Siapa sih sebenernya yang berkewajiban melindungi anak anak jalanan ini ?

Yang pertama dan utama, lha iyalah...orang tuanya sendiri.
Koq anak dibiarin gentayangan dijalanan?
Koq anak nggak pulang pulang bahkan hilang nggak dicari?
Koq anak kecil malah disuruh cari nafkah sendiri?
Bahkan cari nafkah buat orang tuanya juga ?
UUggggh.....kita hidup di jaman apa ini ya ?
Di negara apa pula?

Yang berikutnya "bersalah" membiarkan anak jalanan, tentulah pemerintah kita bukan ?
Sudah jelas di konstitusi juga tanah, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.
Lantas, negara mengayomi melindungi seluruh rakyatnya.
Lha.....ini ?

Kekayaan alam dikeruk bukan untuk kesejahteraan bersama, koq dibiarkan sih?
Anak anak berkeliaran dijalanan, nggak ada yang melindungi, bahkan menerima kekerasan dijalanan, koq nggak dilindungi sih ?

Siiiggghhhhhhhh..........
Ngeneeeees banget inget anak anak jalanan ini.

Nyata nyata didepan kita keseharian, anak anak berseliweran dijalanan.
Ada yang mengemis, meminta minta, ada yang berdagang koran, cemilan dll, ada yang menyemir sepatu, ada yang mengamen, dll, dlsb.

Anak, seharusnya mendapat perlindungan, mendapat pengayoman.
Anak, seharusnya, waktunya diisi untuk belajar, belajar, belajar, bermain, bergembira.
Anak harus belajar .
Belajar apa?
Ya macam macam.
Paling tidak ya belajar hidup mandiri,agar tegar tangguh bermartabat.

Bermartabat?
Ya bermartabat agar hidupnya bisa bermanfaat, sehingga dihargai, diberi respek oleh siapapun, tidak ada yang melecehkan


Bermartabat, full manfaat.
Bagaimana caranya ?
Ya harus belajar dong, makanya anak anak harus dilindungi, diayomi, diberi tuntunan agar bisa hidup bermartabat.
Bukannya dibiarin dijalanan dan belajar hidup asal asalan bahkan belajar hidup" yang kuat memakan yang lemah ".

Secara, formal, minimal anak anak harus bisa membaca, menulis dan berhitung, supaya tidak dibodohi, tidak tertipu mentah mentah.
Makanya, pemerintah, katanya, menjalankan program wajib belajar 9 tahun.
Wajib belajar?
Koq masih banyak anak anak dijalanan nggak tergarap sih?
Koq bisa ya ?

Anak jalanan, rawan mendapat perlakuan kekerasan, kerap menerima penghinaan, pelecehan, karena ketidakberdayaan.
Ya, ketidak berdayaan.
Mereka adalah mahluk yang paling lemah dijalanan.
Makanya mereka gampang "dimangsa"

Lantas, kemana pemerintah yang seharusnya melindungi mereka selama ini ?
Kemana larinya anggaran yang besar yang dilimpahkan untuk urusan sosial?
Adakah rumah penampungan, rumah singgah, tempat bernaung yang meneduhkan fisik dan jiwa anak anak yang "terbuang" dari keluarganya ini?

Pemerintah, entah mengapa, katanya dananya berlimpah ruah, apalagi pemerintah DKI,
dalam penanganan anak jalanan, lho koq malahan mau memeriksa anus anak jalanan.
Buat apa pula?
Kalaupun iya mereka adalah korban korban kekerasan seksual, lantas mau diapain?
Kalaulah mereka "belum" mengalami kekerasan seksual, tindakan pemeriksaan tersebut bahkan menakutkan dan menjadi trauma psikis bukan ?

Kalaulah ada anggarannya, ya bikin aja rumah singgah yang menyejukkan, yang bikin anak anak betah singgah dirumah tersebut, mendapat pengayoman dan perlindungan, sekaligus belajar berbagai hal agar siap untuk menjalankan hidup dengan penuh semangat , bisa manfaat dan bermartabat.

Sudah banyak kita tahu, pionir pionir "pengurus" anak jalanan yang biasanya dilaksanakan oleh individu atau kelompok masyarakat.
Lha....pemerintahnya kemana ini ya?
Anggarannya malah dibelikan kendaraan untuk fasilitas yang bisa dipakai untuk "mengontrol" anak anak jalanan.
Bener bener memprihatinkan.

Bukankah sudah tugas dan kewajiban pemerintah melindungi seluruh rakyatnya ?
Koq banyak yang berkeliaran dijalanan, didiamkan saja ya ?

Kalau pemerintah mau "diberkahi", sudah selayaknya menoleh mereka yang selama ini terpinggirkan, terutama anak jalanan.
Kalau pemerintah mau bener bener "amanah" sudah seharusnya segera menggiatkan segala program yang ujung ujungnya meningkatkan kemampuan rakyat menggapai hidup yang lebih sejahtera.

Untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, maka program perlindungan anak, pendidikan, program keluarga berencana, kayaknya sudah mendesak untuk ditingkatkan dengan full speed, full power.
Iya nggak ?

Saturday, January 16, 2010

KEHABISAN ENERGI

Kehabisan Energi?
Ya, mungkin itulah ungkapan yang paling pas buat menggambarkan keadaan kita semua.

Kita semua?
Ya nggak semua sih.....tapi, tampaknya, kebanyakan dari kita ya begitulah, KEHABISAN ENERGI.

Yang kita lihat keseharian kan memang begitu.

Dampak dari KEHABISAN ENERGI, bisa kita lihat dengan jelas.
Lemot, letoy, lelet, lamban, ogah ogahan, nggak ada semangat, nggak ada motivasi, asal asalan, nggak bergairah, nggak ada empati, nggak punya atensi, miskin kontribusi, dan yang paling parah ialah pencapaian prestasi yang amat sangat minim.

KEHABISAN ENERGI, bisa juga berdampak lain.
Rendahnya prestasi, minimnya pencapaian, akan berbuah frustrasi, kekecewaan, kebetean, merasa gagal,dlsb

Kekecewaan, frustrasi, bahkan malah makin menunjukkan kehilangan motivasi.
Begituuuuu terus jadi kayak terjun bebas, makin menurun, makin tak bermanfaat, makin tak bernilai, dan makin ketinggalan

Kekecewaan, ketidak puasan, dilain pihak bahkan ada yang menimbulkan reaksi negatif, agresif, menyerang, menohok, nyinyir, iri dengki, berburuk sangka, memfitnah, berhati busuk, menarik orang lain yang berenergi agar berkurang potensinya.
Ungkapan "senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang", koq kayaknya makin merajalela ya

Duuh........darimana mulainya ya agar semua orang bisa full energi, full manfaat untuk sebanyak banyak mahlukNya ?

Potensi kita, yang 220 juta orang lebih, sepertinya malah melempem.
Orang baik, orang berenergi, orang yang ingin memaksimalkan manfaat buat sebanyak banyak orang lain, bahkan beramai ramai digerogoti energinya, disikut ramai ramai, dijegal, dinihilkan, ditarik ramai ramai, ditenggelamkan, dibungkam, diminimalkan energinya.
Astaghfirullahaladziim......Ya Gafur, Yang Maha pengampun, ampunilah kami.

Melihat "keadaan" negara tetangga yang serba teratur, tertib, serba bergerak cepat, yang makin menggelinding roda perekonomiannya, yang makin maju "kehidupannya", yang makin tinggi pencapaian "bersama" nya, kita seharusnya bersama sama introspeksi, koq bisa ya negara tetangga maju bersama?
Apa yang salah dengan kita?
Apa yang sudah kita sumbangkanuntuk kemajuan bersama?

Sepertinya, kalau sebagian besar dari kita berupaya meredam keinginan untuk "menihilkan" yang lainnya, apalagi "yang lainnya" itu adalah insan yang potensial, tidaklah sulit bagi kita semua untuk melesat mencapai kesejahteraan bersama.

Lha...lantas kenpa ya, kita kita ini selaluuuuuuu saja sibuk dengan "orang lain", kita kita ini senantiasa nggak fokus ke diri sendiri, kita kita ini nggak berupaya maksimal hanya untuk meningkatkan potensi diri ?

Koq malahan seneng banget nonton tayangan yang kacau balau, hobby banget mengikuti info yang nggak ada manfaatnya, bahkan cenderung menjadi terbawa arus fitnah, bahkan cenderung menggerogoti energi kita sendiri ?
Koq kita ini nggak sadar sadar ya tentang azas manfaat?

Seyogyanya kan kita isi setiap helaan nafas ini dengan kebaikan, dengan peningkatan potensi diri, dengan kontribusi positif kepada mahluk mahlukNya.

Pantesan negara tetangga bisa melesat maju.
Mayoritas rakyatnya bersatu padu bergerak cepat mengisi setiap waktu dengan kebaikan, dengan kerja, dengan manfaat.

Konon katanya, kita semua ingin hidup sejahtera, penuh rahmat dan barokah.
Lha, bagaimana bisa ?
Kalau setiap saat kita terbawa arus "pergunjingan", terbius cerita yang menjurus kearah ghibah dan fitnah, terseret alur pihak yang mengurangi energi bersama.
Koq kita nggak sadar sadar ya akan pentingnya "waktu" untuk azas manfaat ?
Kita nggak pernah menyadari betapa pentingnya memelihara energi positif untuk diri kita sendiri dan mensupport lainnya agar berenergi positif pula.

Darimana kita bisa mulai, agar anak cucu kita bisa hidup sejahtera penuh berkah, negara kita serba tertib teratur, adil makmur seperti keinginan kita semua ?
Ya tentu saja pasti dari diri sendiri bukan ?

Ingin rasanya senantiasa bisa positif, berenergi maksimal hanya untuk azas manfaat.
Tapi...terkadang, kita juga kehabisan energi bukan?
Membaca berita, melihat tayangan, berinteraksi dengan khalayak, sedikit sedikit energi kita tergerogoti.

Apalagi kalau kita menyaksikan, betapa ahlak, budi pekerti, etika yang dipertontonkan " orang penting dan terhormat" kepada umum sudah sangat "memalukan".
Etika, budi pekerti, adab yang baik, bagi mereka yang berenergi positif dan berniat positif , bertindak positif, sebenarnya akan sangat menyejukkan dan berdampak positif bagi peningkatan harkat martabat mahlukNya, bukan begitu?

Ini ?
Apakah kita mendapat "tuntunan" dari yang kita "tonton" keseharian?
Astaghfirullahaladziim.

Semoga Allah membuka mata hati kita semua sehingga kita dengan penuh kesadaran bisa "mengubah" diri sendiri, menjadi mahluk yang senantiasa berpikir positif, berniat positif, berenergi positif dan berkontribusi maksimal dalam keseharian kita, dan kita bisa rame rame mensupport siapapun yang berenergi positif dan sedang berjuang untuk azas manfaat bagi kepentingan bersama agar tak kehabisan energi, amin

Salam

Saturday, January 02, 2010

GUS DUR

Ditengah hiruk pikuk keramaian persiapan pesta menjelang pergantian tahun 2009-2010, kita semua dikejutkan dengan berita besar : wafatnya Gus Dur, Guru bangsa yang sangat kita kagumi dan kita hormati.

Benar, jejak rekam seseorang, selama hidupnya, akan diingat siapapun.
Tak akan ada yang tertukar kebaikan dengan keburukan.
Tak ada yang mampu membuat bagus image seseorang, kecuali kebaikan kebaikannya yang sejati.
Dan, apakah seseorang itu meninggalkan image kebaikan atau keburukan, akan terlihat jelas pada saat kepulangannya menghadap Illahi Rabbi.

Banyak orang dengan berbagai cara, dengan berbagai tipu muslihat, dengan memakai bermacam topeng, ingin memberi kesan baik, ingin dihormati, ingin mendapat simpati khalayak luas.
Tetapi, segala bentuk "kepura puraan", segala macam "kepalsuan" , segala macam "kemunafikan" pada suatu ketika, akan menampilkan keasliannya, seutuhnya.

Orang terkadang khilaf, mempertontonkan segala citra kepalsuan agar mendapat simpati, agar di"senangi", agar dihormati bahkan agar di"muliakan" didunia.
Tetapi orang alpa, bahwa ketika mulut terkunci,lidah kelu, bibir terkatup erat, seluruh badan kaku membeku, tak ada suara, tak ada daya, tak akan ada yang bisa membela nama baik seseorang kecuali kiprahnya ketika diberi peluang untuk hidup, untuk mempersembahkan yang terbaik.

Lambat atau cepat, segala bentuk kepalsuan atau kemunafikan akan terbuka.
Apalagi ketika ruh sudah meninggalkan jasad, apapun kesan orang, itulah yang sejatinya menjadi memori seseorang terhadap seseorang.

Gus Dur, meninggalkan rekam jejak yang sungguh dahsyat, sungguh luar biasa.
Sebutan Guru Bangsa, sangatlah tepat untuk diberikan kepada almarhum.

Guru, orang yang harus digugu dan ditiru.
Kenapa harus digugu dan ditiru?
Ya karena beliau utuh menampilkan keteladanan yang patut dan pantas diteladani.

Keteladanan, dalam bersikap.
Keteladanan dalam keluasan dan kedalaman wawasan.
Keteladanan dalam kebijaksanaan dan kearifan.
Keteladanan dalam menjalani hidup keseharian.
Keteladanan, dalam menyatakan yang benar itu adalah benar.
Keteladanan, dalam membela kepentingan mahluk mahlukNya, apapun dan siapapun mahlukNya tersebut.
Keteladanan, dalam banyak hal lainnya.

Disepanjang hidupnya, beliau senantiasa menambah ilmu, memperluas wawasan, tak kenal kata berhenti, walau berbagai penyakit membatasi gerak langkah nya.
Disepanjang hidupnya, beliau senantiasa bergerak, bergerak, bergerak untuk menjalani sisa usia yang dikaruniakanNya, mengisinya dengan berbagi, terutama berbagi ilmu, ilmu kehidupan.
Disepanjang hidupnya,beliau benar benar menunjukkan sebagai sosok yang rahmatan lil alamin.Tak dibatasi pagar agama, ras, budaya, atau sekat sekat lainnya. Beliau amat sangat menghargai, menghormati segala bentuk keragaman, kebhinekaan,.
Luar biasa.

Bahkan, dihari akhir almarhum, dihari pemakamannya sekalipun, dengan jelas dan terang benderang, bagaikan meninggalkan pesan untuk tetap utuh bersatu saling menghormati dalam kebhinekaan, almarhum "dipilihkan" hari yang sungguh luar biasa, pergantian tahun.
Sangat jelas kita melihat keanekaragaman, kebhinekaan dihari pemakaman almarhum.
Bendera setengah tiang campur baur dengan balon warna warni, umbul umbul warna warni, spanduk informasi pesta akhir tahun , dll , dlsb
Dzikir- tahlil- yasinan, bercampur baur dengan gelegar mercon, dentuman meriam, letupan kembang api warna warni yang menghias angkasa, terompet dan teriakan histeris countdown menuju jam 00.00.
Isak tangis melepas kepergian almarhum , berbaur dengan tawa canda menyambut tahun baru.
Tayangan Ziarah ke makam almarhum berganti ganti dengan suguhan musik, jingkrak jingkrak dan kegembiraan jutaan orang menyambut datangnya tahun 2010.

Sungguh, pesan yang nyata dan jelas.
Bahwa keberagaman, kemajemukan, perbedaan, bukanlah hal yang harus diperdebatkan. Tetapi saling menghormati, saling respek, bersisian seiring, dalam kebhinekaan menuju tujuan yang besar, adalah kunci utama meraih mimpi bersama.

Selamat jalan Gus Dur,
Semoga dumuliakan Allah.
Amin.