Saturday, July 12, 2008

UJUNG USIA

Jum'at , 11 Juli 2008, jam 08 pagi, ada kabar duka yang begitu mengejutkan.
Prof Said Djauharsyah Jenie ScD, yang si mamah kenal baik, berpulang kehadapan Illahi Rabbi, dalam usia belum genap 58 tahun.
Innalillahi, wa inna ilaihi rajiun.

Sosok beliau yang dikenal sebagai pekerja keras, sangat cerdas, baik, shaleh, wawasannya luas, ilmunya juga luas terbentang, sederhana, ahlaknya jempolan, pengabdiannya tulus dan karyanya sangat luar biasa, sangat sulit untuk tergantikan.

Pokoknya ibarat paket, paket komplit banget deh.
Figur yang teramat sangat membanggakan.

Almarhum, adalah salah satu putra bangsa yang terbaik.
Kepergiannya menimbulkan duka yang begitu mendalam.
Beliau pergi dalam usia yang relatif masih sangat produktif, justru disaat bangsa kita membutuhkan kehadiran sosok pemimpin yang berkualitas, yang pantas menjadi suri teladan dalam sikap dan perbuatan.

Almarhum, walaupun posisinya sebagai atasan, tetapi senantiasa menjalin hubungan dengan yang lainnya sebagai teman, bahkan terasakan sebagai kakak dan sahabat bagi banyak orang.

Tak heran, almarhum didoakan oleh begitu banyak orang, diantarkan oleh begitu banyak relasi, ketempat peristirahatannya yang terakhir.

Bahkan sejak almarhum diberitakan tiba tiba sakit sehari sebelum wafat, orang mengalir berkunjung tiada henti, turut mendoakan yang terbaik.

Begitupun ketika almarhum diberitakan wafat, dengan cepat informasi tersebar meluas.
Orang berduyun bertakziyah baik ke Rumah Sakit, kerumah duka, ke persemayamannya sejenak di aula barat ITB dan di hanggar pesawat dilingkungan PT Dirgantara Indonesia

Pokoknya, berita duka yang datang tiba tiba tersebut amat sangat mengejutkan dan menimbulkan rasa kehilangan yang tiada tara.

Ujung usia seseorang, siapa tahu?
Almarhum, yang hari hari sebelumnya masih bercanda tawa dengan banyak orang, tiba tiba diberitakan sudah tiada.

Begitulah kehendak Allah, tiada seorangpun tahu, kapan, dimana, bagaimana, perjalanan hidupnya akan berakhir.

Setiap mendengar berita duka, yang terngiang , kembali lagu lagu "Andai kutahu,kapan tiba ajalku "
Pasha ungu menyanyikannya dengan jiwa yang pas banget

Atau..." Akan datang waktu, tak ada suara"..
duuuh...mulut terkunci, tangan dan kaki nggak bisa berdaya
ihiks, ihiks...jadi ingat senandungnya Chrisye.

"Bila waktu tlah memanggil...teman sejati hanyalah amal"
itu lagunya Opiq ya.

Aaaarrrgh, sedih banget yaaa......
Gimana kalau tiba giliran kita ??

Kapanpun, dimanapun, dengan cara bagaimanapun, kita akan berujung
Duuuuh, gimanaaaa ya rasanya......

takut?
kaget ?
sedih?
gembira?
senang?
pasrah?
berontak?
ikhlas?

Nggak pernah ada yang tahu, karena nggak pernah ada yang cerita pengalamannya bukan ?

Sesaat sebelum malaikat maut datang menjemput,
atau beberapa lama sebelumnya,
apakah kita tahu ?
apakah ada tanda tanda ?
wallahu alam

Duuuh....kalau sudah ingat, "akan tiba waktuku'
rasanya gimanaaaa gitu

Kalau boleh memohon sih kan inginnya tiba diujung dengan selamat, tenang, damai, dimudahkan.....
dan jalan selanjutnya juga selamat dan indah
bukan begitu?

Itu sebabnya, kata orang tua, kita harus sering mendengar, melihat, menyaksikan ujung usia yang lainnya
kita akan selalu diingatkan, diingatkan dan diingatkan lagi
bahwa suatu saat nanti, kapanpun, dimanapun, bagaimanapun...
akan tiba pula kita diujung

Kalau ingat hal itu...
duuuuh, bener bener pengen senantiasa beristighfar, memohon ampunan

senantiasa berdzikir, mengingat Allah

dan senantiasa berpikir, berniat, berbuat kebaikan, kebaikan, kebaikan

nggak pernah sepersekian detikpun berpikir, berniat, apalagi berbuat yang nggak baik, nggak manfaat, nggak mengantarkan kita keujung usia yang indah, tenang, damai, khusnul khatimah

duuuuh....
khusnul khatimah, pengeeeeeen banget begitu yaaa