Sunday, May 31, 2009

PILPRES

Alhamdulillahirabbilalamin.
Kemarin, sudah disahkan 3 pasangan kandidat capres-cawapres.
Sebagai rakyat, si mamah bersyukur, tahapan pengambilan nomor urut berlangsung tertib, aman dan terkendali.
Bahkan, momen pengambilan nomor urut undian menjadi ajang bertemunya dua seteru yang sudah lima tahun nggak bertegur sapa atau bahkan nggak pernah bertatap wajah.

Bertemunya dua kandidat yang dalam lima tahun ini seperti main kucing kucingan, memang sungguh melegakan, menjadi awal pencerahan langkah positif, meneduhkanlah.
Bagaimanapun, silaturahmi adalah kata kunci jika kita ingin keberkahan dalam hidup, bukan begitu?

Kita semua tentu saja bergembira, ada tiga kandidat yang maju berlaga.
Bukankah sebelumnya pernah santer terdengar mungkin "cuma" hanya ada satu kandidat?
Nggak lucu kan kalau cuma ada satu?

Sekarang, kenyataannya ada 3 pasangan yang maju.
Bahkan, pasangan yang lengket lima tahun yang lalu, sekarang tampil terpisah dengan membawa pasangan barunya masing masing.
Bukankah itu langkah pencerahan yang bagus?
Kalau memang berpasangan itu menyedot energi, kan mending berpisah dan berpasangan dengan lainnya yang saling support, saling memberi energi, saling respek dan saling memberi dukungan untuk manfaat?

Besok lusa, ketiga pasangan kandidat capres -cawapres akan mulai masa kampanye selama sebulan lebih.
Dan mulai besok lusa, dijamin deh, itu duit segambrengan yang sekarang numpuk disuatu tempat, akan segera beredar meluas keseluruh pelosok negeri.

Yang jelas akan menikmati panen duit, ialah tukang sablon, tukang T shirt, tukang poster, tukang spanduk, tukang topi, tukang payung, tukang kerudung dan sejenisnya.
Juga akan kebagian rejeki adalah pedagang asongan, pedagang minuman dan gerobak makanan
Bukan mustahil, jamaah haji Indonesia tahun ini dan tahun depan didominasi oleh tukang sablon.......hehehehehehe

Berikutnya, yang akan ikut panen adalah usaha jasa transportasi.
Apakah itu bis, truk, angkot, bak terbuka dll, pasti akan wara wiri diseluruh pelosok negeri mengangkut para penggembira yang setiap hari akan berganti ganti kaus dengan warna yang juga berubah ubah.
Mungkin hari ini biru, besok merah, kemudian berganti kuning, iya kan?
Orang yang sama akan setiap hari maju kepusat keramaian sambil meneriakan yel yel tertentu dengan memakai atribut tertentu pula.
Meriah.

Mulai besok lusa, rakyat akan bener bener berpesta, menikmati berbagai fasilitas.
Dapat baju kauslah, dapat kekota gratisanlah, dapat makan minum gratisan pula dllsb.
Praktis, sebulan kedepan akan jarang ada yang kelaparan, karena setiap hari akan mengalir nasi bungkus gratisan, atau jajanan gratisan, baik berupa mie bakso, mie ayam, ketoprak, lontong sayur, sate ayam, soto dlsb.
Rakyat benar benar akan berpesta, baju baru, jalan jalan, makan makan, dagangan laris manis.
Sebulan penuh.

Hingar bingar kegiatan perebutan kursi nomor satu di republik ini, memang berdampak menguntungkan rakyat kecil.
Rakyatlah sesungguhnya yang menjadi raja dalam sebulan kedepan.
Buat mereka, lumayanlah, sebulan diperhatikan untuk kemudian lima tahunan, biasanya, terlupakan.

Sebulan kedepan, rakyat akan menjadi rebutan beberapa kelompok untuk turut turun ke jalanan memeriahkan "pemasaran".
Merekalah yang akan menjadi tolok ukur "pencitraan" besaran jumlah simpatisan.

Rakyat sendiri?
Mereka sih akan memanfaatkan ajang lima tahunan ini untuk ajang rekreasi.
Lumayan kan?
Jalan jalan, kaus baru, makan makan sambil menonton dangdutan.
Syukur syukur dapet uang lelah pula.

Pidato para kandidat?
Emang gue pikirin.
Boro boro dipikirin, didengerin juga nggak tuh.
Pokoknya, ada yang nyuruh bertepuk, ya bertepuk.
Ada yang nyuruh teriak yel yel tertentu, ya teriak.
Apa susahnya?

Jadi,sebetulnya jangan arogan dulu untuk mengklaim punya simpatisan dahsyat yang membludak.....hehehehehe
Besok lusa juga rakyat yang sama akan berganti warna baju koq, sambil teriak yel lainnya pula.

Buat si mamah, ajang sebulan kedepan, bagaimanapun harus disyukuri.
Karena, ada moment rakyat menjadi raja, dimanjakan, dijamu, diantar jemput dllsb.

Rakyat, sekarang sudah pinter koq.
jalan jalan ? Hayuuuuuu
Pake baju warna tertentu? Hayuuuuu
Dijamu makan jajanan di jalanan? Hayuuuuu
Teriak teriak yel tertentu? Hayuuuuuu

Nyontreng ?
Lha iyalah..pasti nyonterng.
Wajib hukumnya buat kegemilangan masa depan generasi berikutnya.
Nyontreng yang mana ?
Ada dehhhhh...mau tahu aja...

Sebetulnya, pilres kali ini, buat si mamah dan jutaan rakyat lainnya, mau kampanye sebulan keq, mau diskusi sampai mulut berbusa keq, mau adu debat sampai urat leher tegang keq, mau jor joran tampil dan menjamu keq......emang gue pikirin.

Memilih, menyontreng, nggak mungkin terpengaruh oleh upaya tampil necis, hebring dan ok dalam sebulan ini.
Kita sudah pinter koq, sudah tahu bahwa sebulan kedepan akan banyak musang berbulu domba, banyak tekukur mengaku elang, banyak kucing garong mengaku singa, banyak ulet mengaku kupu kupu, banyak yang ujug ujug mempromosikan keunggulan diri sambil menistakan lainnya, banyak yang menghina dan melecehkan lawan, melempar fitnah, black campaign dlsb

Dikiranya rakyat sudah pikun, terkena alzheimer.
Kita, sudah punya koq rekam jejak masing masing kandidat, nggak mungkin lupalah, memori kita masih ok koq..
Catatan perjalanan mereka, nggak mungkin diubah imagenya oleh kampanye sebulan.
Masing masing kita sudah jelas koq mencatat kapabilitas, kredibilitas, profesionalisme, kompetensi, dan karakter semua kandidat
Atau dengan kata lain, kita hafal banget segala sepak terjang yang pernah mereka lakukan.
Bukan begitu?

Kampanye sebulan ?
Biarin aja deh, buat nyeneng nyenengin rakyat.
Kan seneng tuh tukang sablon, supir, tukang jualan, pedagang asong, gerobak dorong dll dlsb.

Nyontreng Juli nanti?
Wajib atuh...
Siapa yang diconterng?
Udah tahu koq
Siapa ?
Ada deh....mau tahu aja....

Selamat bergembira ria dear folks......

Friday, May 29, 2009

PELACUR

Koq kayaknya postingan kali ini berjudul sarkasme banget ya.
Lha iyalah....soalnya si mamah lagi gregetan banget sama yang namanya " PELACUR ".

Kalau seseorang melacurkan dirinya dalam arti kata sebenarnya yang biasa kita kenal, ialah menjajakan sex untuk menyambung kehidupan, makan minum anak anaknya, kayaknya....gimanaaaa gitu ya.
Walaupun agama apapun mengharamkan, tapi koq ya masih ada rasa kasihan kita kepada yang bersangkutan, bukan begitu?

Mungkin, si ibu itu sebetulnya nggak mau banget menjajakan sex, tapi bener bener sudah kepentok, melihat anak anaknya kelaparan, maka turunlah ia kejalan dengan hati yang pilu.

Bagaikan tersirat dalam lirik lagunya Titiek Puspa, Kupu kupu malam...,Oooo apa yang terjadi terjadilah....yang ia tahu hanyalah menyambung nyawa......

Nah...kalau yang bikin si mamah super gregetan, ialah "PELACUR", model lainnya.

Saat ini, banyak banget yang melacurkan diri, hanya untuk kesenangan duniawi, harta, tahta, kekuasaan, dan sederet kemegahan duniawi lainnya.
Iya kan ?

Coba deh tengok, menjelang Pilpres ini, banyak yang merapat ke kubu tertentu, dengan tujuan utama alias motivasinya memperoleh "kenyamanan duniawi".
Bukankah itu Pelacur juga ???
Bahkan lebih nyebelin banget daripada pelacur yang ingin menyambung nyawa anaknya.
Bahkan lebih merugikan banyak orang daripada pelacur yang sebenarnya.
Kalau pelacur yang sebenarnya, paling terkena infeksi penyakit kelamin mereka mereka doang yang terlibat.

Ini?
Pelacur model yang sekarang marak, malah merusak tatanan masyarakat, menghancurkan sendi sendi kebenaran, mengikis jiwa idealis profesionalis. meruntuhkan martabat dan perlahan menyedot energi banyak orang.

Pokoknya, parasit banget deh.
Merusak semua bangunan yang dengan susah payah ditegakkan oleh banyak tetua.
Tokh sudah sejak lama, banyak para pinisepuh memberi keteladanan kepada generasi berikutnya, bagaimana bertanggung jawab dengan baik dan benar, bagaimana menjaga harkat martabat diri sendiri dan keseluruhan bangsa.

Kini, banyak yang mengabaikan hati nurani, yang menanggalkan idealisme, hanya untuk kepentingan kehidupan sesaat didunia.
Bukankah itu Pelacur juga?

Banyak yang karena iming iming duit, harta, materi, "kebesaran dunia", menjadi supporter atau perpanjangan tangan kandidat kandidat tertentu.
Bukankah itu Pelacur juga ?

Banyak yang meninggalkan profesionalisme, meninggalkan kepentingan umat yang banyak, hanya untuk memperoleh segepok sogokan untuk memuja muji kandidat tertentu, atau untuk membela kandidat tertentu dalam berbagai macam ragam kesempatan termasuk ajang diskusi terbuka.
Saat ini, dengan gamblang kita melihat, banyak narasumber yang asal bunyi atau bahkan moderator yang berpihak.
Bukankah itu Pelacur juga?

Banyak yang bisa dibeli dengan uang untuk merapat, mempromosikan, menjadi juru bicara, menjadi corong, bahkan untuk nyontreng.
Bukankah itu pelacur juga ?

Kita bisa dengan mudah melihat para Pelacur saat ini, hanya dengan motivasinya, bukan ?

Motivasi, ialah segala hal yang membuat seseorang bergerak kearah tertentu.
Motivasi yang baik, adalah yang amat sangat bermanfaat buat sebanyak banyak umat, yang memberi nilai tambah bagi sebanyak banyak mahlukNya,bukan yang bermanfaat hanya bagi diri sendiri atau kelompok tertentu.

Episode kehidupan kita saat ini, memang dipertontonkan segala gerak langkah dan ucapan orang perorang dengan motivasi pribadi, hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, bukan untuk kepentingan mayoritas rakyat .



Nah........kita memang harus cermat menyimak, menganalisa dengan sepenuh hati, melibatkan hati nurani yang bening, agar nggak salah langkah ikut ikutan menjadi Pelacur atau memilih para Pelacur.

Masa cuma dikasih selembar kerudung, sekantung sembako,semangkuk baso, atau selembar duit, kita rela menggadaikan harkat martabat seluruh bangsa, mempertaruhkan nasib bangsa dan negara dan menyerahkan segala kesewenangan kepada para Pelacur berikut mucikarinya?

Kita, anda semua dan si mamah, adalah pengambil keputusan, untuk kegemilangan bangsa dan negara kita, untuk menjadikan bangsa kita bermartabat dan mencapai kesejahteraan dalam keadilan.

Selamat mengamati sepak terjang para pelacur berikut mucikarinya diseputar hiruk pikuknya politik menjelang Pilpres Juli 2009.

Semoga kita semua diberi kebeningan hati, untuk bisa nyontreng dengan baik dan benar

salam

Sunday, May 24, 2009

PULITIK

Episode kehidupan kita semua yang sedang penuh hingar bingar "menonjolkan keunggulan diri sendiri " dan "melecehkan dan menistakan lainnya", sungguh memberi pembelajaran yang amat sangat berguna sebagai bekal nyontreng Juli nanti.

Jadi teringat kembali "ocehan" Pa Ikin, yang dulu barengan si mamah jadi petugas haji.
Katanya : " Banyak elite yang salah mengartikan POLITIK menjadi PULITIK . Yang terjadi dalam keseharian adalah PULITIK, nipu nu leutik ( menipu yang kecil), bukan POLITIK, nempo nu leutik ( melihat yang kecil ) "

Menurut Pa Ikin yang mewakili mayoritas rakyat, berpolitik itu seharusnya memikirkan kepentingan rakyat banyak, nempo nu leutik, bukan memikirkan diri sendiri atau kelompoknya dengan cara nipu nu leutik, PULITIK.

Kita sudah dengan gamblang dipertontonkan, sepak terjang, manuver, gerak langkah, orang perorang yang menamakan dirinya sendiri calon pemimpin rakyat.
Kita sudah dengan sangat jelas, transparan, diperlihatkan, berbagai karakter, berbagai "etika", yang ditampilkan oleh beberapa tokoh yang berlaga.

Terpulang kepada kita semua, kita akan nyontreng yang mana bukan ?

Kita, semua, amat sangat bertanggung jawab dunia akhirat untuk turut mempersiapkan masa depan bangsa yang bermartabat, gilang gemilang, makmur adil sejahtera.

Lantas, apa peran kita sekarang ?
Paling tidak, kita bisa membaca dulu, melihat, mempelajari, menganalisa berbagai tontonan yang memperlihatkan dengan jelas dan rinci, bagaimana karakter para calon yang berlaga, bukan begitu ?

Sesungguhnya, kita sudah lama dipertontonkan dengan sangat transparan, bagaimana seseorang bersikap, bagaimana karakter seseorang, bagaimana "Budi Pekerti" yang bersangkutan.

Terus terang, si mamah jadi teringat akan nyanyian, senandung para remaja : " PERSAHABATAN BAGAI KEPOMPONG, MENGUBAH ULAT MENJADI KUPU KUPU "

Bener kan ?
Persahabatan atau koalisi , atau kerjasama, akan mengubah Ulat menjadi Kupu Kupu.

Bayangin, yang asalnya ulet yang menjijikan ( pikageuleuheun kata bahasa ibu si mamah sih ), menjadi kupu kupu yang begitu indah mempesona.
Bayangin, yang asalnya ulet yang merusak tetumbuhan dengan bikin bolong dedaunan, menjadi kupu kupu yang penuh manfaat membantu penyerbukan bunga menjadi buah buat meneruskan kehidupan
Bayangin, dari ulet yang cuma bergerak antara daun dan ranting, menjadi ulet yang lincah beterbangan diantara pepohonan bahkan dari kebun satu ke taman lainnya.

Persahabatan, koalisi, kerjasama, seyogyanya menjadi sesuatu yang indah mempesona, membuat network terbentang luas, dan memberi manfaat sebanyak banyaknya kepada mahlukNya, bukan begitu?

Nah, kita bisa belajar bukan?
Bagaimana kita menilai "persahabatan" yang sudah dan akan terjalin nanti.

Apakah mengubah ulat menjadi kupu kupu?
Atau bahkan mengubah kupu kupu menjadi ulat yang mejijikan dan merugikan ?
Apakah naluri kita mengatakan bahwa "persahabatan" yang sudah pernah terjalin atau akan terjadi, saling memberi energi positif sehingga menjadi azas manfaat, atau bahkan menyedot energi dengan "menistakan" atau "merendahkan" satu dan lainnya ? Atau bahkan menggunting dalam lipatan? Musuh dalam selimut ????

Masih banyak waktu untuk membaca.
Jangan sampai kita menyontreng yang berpulitik, bukan yang berpolitik.

PERSAHABATAN BAGAI KEPOMPONG, MENGUBAH ULAT MENJADI KUPU KUPU

Anak kecil aja tau.......masa kita nggak?????




Salam

Monday, May 18, 2009

TANGGUH

Kalau ditanya, apa harapan orang tua terhadap anaknya?
Dijamin deh, semuanya juga ingin anaknya menjadi pribadi yang tangguh.

Kenapa tangguh?
Orang yang tangguh tuh pasti mandiri bukan?
Orang yang tangguh tuh pasti full juga energinya, bukan?
Orang yang tangguh tuh pasti tahan banting, pekerja keras, bertanggung jawab, profesional, kredibel, kompeten, berkarakter kuat, survivor, dan banyak lagi sifat positif lainnya.
Orang yang tangguh, umumnya bisa memberi manfaat, paling tidak bagi dirinya sendiri dengan tidak menyusahkan orang lain.
Iya kan ?

Nah...untuk menjadi tangguh kan nggak gampang.
Nggak ada ketangguhan yang turun dari langit, nggak ada yang didapat dengan mudah, nggak ada yang diwariskan, no free lunch.

Untuk menjadi pribadi tangguh, butuh banyak tempaan, banyak tantangan, hambatan dan badai di lapangan.
Untuk menjadi tangguh, nggak cukup cuma knowing, tapi juga doing.
Berbahagialah orang yang sering mendapat badai dilapangan, mendapat tantangan hidup, karena tanpa disadarinya, perlahan ia belajar tentang ketangguhan.

Kita, saat ini sedang hiruk pikuk mencari pemimpin, leader yang tangguh.
Dia, akan menjadi lokomotif pergerakan seluruh rakyat, pergerakan bangsa, perkembangan negara kearah yang lebih bermartabat.
Insya Allah kita akan mendapatkannya, jika.....nah, ini dia, jikanya juga kan penting bukan?

Kita akan mendapat pemimpin yang tangguh, jika kita juga tangguh, kuat, gagah, mandiri, nggak bisa dibeli, cerdas menentukan langkah, bertanggung jawab dalam sikap dan perbuatan.

Kita nggak mungkin dapat pemimpin yang tangguh, kalau kita cuma knowing, nggak doing sesuatu. Kalau kita cuma nyapnyap doang, cuma pandai mencela dan mengomentari segala hal yang nggak perlu dikomentari karena nggak ada gunanya, nggak membangun energi positif.
Kita juga harus melakukan sesuatu, tidak sekedar hanya "mengetahui"

Alhamdulillah, pemilu kali ini memberi nuansa yang jauh lebih terbuka, lebih memberi pelajaran kepada semua , agar bisa memilih dengan baik dan benar.

Sudah nyata nyata, kita melihat berbagai gerak langkah, berbagai sikap yang muncul spontan saat keadaan darurat. Itulah karakter, yang rumusannya ialah rekasi yang muncul bukan dalam keadaan normal. Karakter asli selalu muncul dalam keadaan panik, tegang, kepepet, terancam, dlsb.
Kita sudah menyaksikannya, dan tahu dengan jelas, siapa berbuat apa dan bagaimana.

Tinggal kita mencerna kembali, menganalisa, meresumekan, dan kemudian kita bisa melakukan sikap lain, apakah kita cuma mau knowing atau juga mau doing sesuatu.

Satu langkah sudah dengan baik dijalankan, ialah dengan mengamati, mempelajari, mengetahui segala sepak terjang mereka yang kita cermati.
Satu langkah lagi, kita perlu lakukan, ialah mencoba membimbing seputar kita yang bener bener masih tertinggal untuk mewujudkan pribadi yang tangguh mandiri.

Bukan rahasia, masih banyak diantara kita yang masih bisa dibeli, dirayu, diiming imingi materi agar mengarahkan langkah sesuai dengan pemberi materi.
Jangankan yang jauh dari pusat kota, dipinggiran Jakarta saja masih banyak yang mau mengikuti saran hanya karena iming iming atau pemberian ala kadarnya.

Bagaimana bisa menjadi pribadi yang tangguh, kalau langkah kita masih bisa dibelokkan oleh iming iming gula gula orang lain?

Bagaimana kita bisa tangguh kalau kita masih mau melacurkan diri dengan mengikuti apa kata orang, apalagi dengan bujuk rayu duniawi atau materi?

Kita ingin pemimpin yang tangguh bukan?
Maka...jadilah pribadi yang tangguh, dan "doing" lah sesuatu dengan memberi pencerahan kepada semua orang yang ada diseputar kita agar jangan mau melacurkan diri dengan menerima rayuan gombal berupa janji dan materi.

Kehidupan demokrasi sudah mulai tampak, pilihan sudah disodorkan, siapa memilih siapa terserah kehendak masing masing.
Tapi, sekali lagi, adalah kewajiban kita semua "doing" sesuatu, ialah dengan mencegah orang melacurkan diri dengan terbujuk materi, agar kita menjadi pribadi yang tangguh dan Insya Allah akan mendapat leader yang tangguh pula.

Bukankah ( sekali lagi) kata Om Kapiten Iwan, : "THE TEACHER WILL COME WHEN THE PUPIL IS READY ?"


Sok....derrr ah, memupuk ketangguhan, mulai dari diri sendiri dan menularkannya kepada orang lain.

Tuesday, May 12, 2009

PENELANJANGAN DIRI

Seorang teman, Om Kapiten Iwan, menyampaikan, bahwa saat saat ini, episode kehidupan yang sedang kita jalani bersama ialah episode "penelanjangan diri" alias menelanjangi diri sendiri.

Maksudnya?
Lha iyalah, dalam gonjang ganjing pileg dan pilpres yang digelar ditahun ini, kita semua menyaksikan dengan jelas , tingkah polah elite elite politik, sepak terjang orang perorang atau kelompok per kelompok yang ujung ujungnya menggambarkan betapa dahsyatnya syahwat kekuasaan.

Syahwat kekuasaan, yang meracuni seluruh jiwa raga para elite politik yang "bertarung", menjadikan kita, rakyat biasa, sebagai penonton yang gamblang bisa menyaksikan dengan mata telanjang, siapa yang khianat, siapa yang nggak pernah ngeuh telah berbuat khilaf, siapa yang nggak pernah tahu bahwa dia tidak tahu, siapa yang nggak ikhlas, siapa yang berkedok kepalsuan selama ini, siapa yang diam diam menghanyutkan, siapa yang santun, siapa yang egois, siapa yang kasar, siapa yang lembut, siapa yang memikirkan rakyat dan siapa yang terperangkap dalam syahwat kekuasaan demi kepentingan pribadi atau kelompoknyadll dlsb.

Selama ini kita, umumnya rakyat, berpendapat, bahwa orang mati matian bekerja dan mengabdi hanya untuk kebaikan, untuk kepentingan ummat.
Eh taunya ada pamrihnya......jadinya nggak ikhlas dong.
Koq keukeuh mau jadi pemimpin, mau jadi figur publik, mau menarik gerbong, kalau nggak ikhlas dan nggak pantas jadi teladan ?

Simak saja dari ucapan " bertahun tahun ngurus partai, taunya bukan dia yang dicalonkan, malah orang lain"....
Nah..terasa kan kekurang ikhlasannya?
Jadi motivasinya selama ini adalah kekuasaan, bukan?

Atau...bertahun tahun kerja keras...koq kebaikan namanya diambil dia?
Tuh...pamrih juga kan?
Nggak lillahi ta'ala...nggak hidupku matiku hanya bagi Allah semata.

Atau...ada juga yang ibarat pasangan selingkuh, yang punya WIL atau PIL.
Siapapun yang diselingkuhin, wajar dong punya perasaan dikhianati dan sulit menerima kembali secara utuh, iya nggak?
Udah selingkuh, koq malah ngambek ya.....koq malah galakan dia?
Trus menelanjangi diri sendiri dengan mengungkapkan kebobrokan selama berpasangan....halah....

Atau....ada juga yang setengah setengah.....
Katanya mau menentukan langkah sehidup semati, terserah pasangannya mau bagaimana
Dan ketika pasangannya memilih menentukan arah......lho koq mutung.
Jadi, percayanya setengah setengah dong....ada pamrih ??

Coba deh simak, katanya mau berteman.
Ketika ternyata nggak dijadikan pasangan....eh, mutung, mau ambil langkah seribu cenah........mau nyari temen lain aja katanya.....beueueueueueueu

Ibarat berpasangan dalam hidup, trus banyak tuntutan terhadap pasangan, apakah akan kuat fondasi hidup berpasangannya?
Tokh dalam berpasangan hidup, yang penting tujuan bersamanya jelas, buat kebaikan, masing masing berupaya berbuat maksimal, berkontribusi positif tanpa menuntut ini itu kepada pasangannya.
Biarkanlah pasangannya bebas merdeka menuju tujuan bersama yang baik.
Kalau terlalu banyak diatur atau dituntut, mana tahan kebersamaannya, bukan?

Ada pula yang gegap gempita mau bergabung dengan banyak teman, bersorak gembira membahana.
Berikrar akan sejalan setujuan senantiasa bersama.
Eh.....Baru hitungan jam saja, ternyata sudah ada yang menonjolkan diri sendiri, berjalan sendiri......ya mutung dong temen lainnya.
Katanya mau barengan, koq bergerak duluan sih?
Takut ketinggalan? Takut nggak kebagian tempat? Takut nggak kebagian kursi ?

Padahal, dari kacamata rakyat biasa, bergabung, berteman atau berkoalisi itu nggak butuh syarat atau prosedur yang rumit rumit amat, nggak perlu begitu banyak tetek bengeknya atau banyak betrak betruknya .
Sepanjang segala niat, segala hal ihwal dan sepak terjang semua pihak ujung ujungnya demi harkat martabat rakyat , bangsa dan negara , demi kemajuan dan kesejahteraan semua, kenapa dibikin repot?

Ibarat berpasangan mengarungi kehidupan berkeluarga, selama niat dan tujuannya sama, kenapa harus saling menuntut ?
Ya sudah, kan sudah menentukan pasangan.
Saling percaya, saling jujur, nggak usah saling curiga, nggak perlu saling menuntut, menampilkan kontribusi dengan total all out menunjukkan semaksimal mungkin kemampuan, saling support dan saling memberi energi,agar senantiasa tentram damai bahagia dan full energi menuju tujuan.
Koq ribet amat sih ?

Peristiwa hari demi hari yang kita saksikan, benar benar mempertontonkan karakter asli orang perorang,atau kelompok per kelompok.
Nggak bisa ditutup tutupi, mungkin karena terlalu panik dan terlalu bernafsu akibat dahsyatnya syahwat kekuasaan.
Benar benar episode penelanjangan diri yang membuat penonton alias rakyat kebanyakan, terhenyak, terkesima, terkaget kaget , mengelus dada , terpana dengan setiap perubahan gerak orang perorang, kelompok per kelompok setiap saat, setiap waktu.
Jadi inget istilah nenek moyang.....luar leor siga oray kadut....hehehehehe

Episode kehidupan penelanjangan diri, memberi kita pengayaan ilmu yang sungguh luar biasa.
Bagaimana kita harus hidup, bagaimana kita harus belajar lebih ikhlas demi kepentingan semua mahlukNya.
Dan.....bagaimana nyontreng yang baik dan benar Juli yang akan datang.

Allah sedang mempertontonkan, siapa yang pantas dan siapa yang nggak pantas memimpin kita, begitu kata Om Kapiten Iwan.
The teacher will come, when the pupil is ready, begitu dalilnya.

Semoga kita bisa mengamati dan belajar , bagaimana nanti menentukan pilihan yang benar, agar bangsa ini makin bermartabat, makin sejahtera rakyatnya dalam kebersamaan dan keadilan.

Thursday, May 07, 2009

BENIH KEJUJURAN

Ada yang pernah denger kisah tentang benih kejujuran nggak ya ?
Ini pas banget dengan berita gonjang ganjing siapa masuk tahanan, siapa belum ditangkap, dan siapa tidak tertangkap, atau siapa salah tangkap dan salah duga.

Si mamah terakhir kali baca kisah benih kejujuran tersebut ada terpampang di media kawasan serpong.

Alkisah, ada seorang yang bener bener tukang tipu, tukang palak, nggak jujur dan seribu satu sifat jelek lainnya, jatuh cinta kepada si gadis lugu nan jujur.

Si gadis mengajukan syarat , adanya perubahan sifat dari negatif ke positif, baru dia mau dipersunting.

Si bengal, berniat dan bertekad memenuhi keinginan tambatan hatinya.
Tapi sayangnya, dia melakukan kejahatan terakhir kalinya hanya untuk mendapatkan sebentuk cincin buat gadis lugu jujur nan menawan hati.
Dan, dia tertangkap tangan mencuri sebentuk cincin, sehingga dia masuk bui.

Si bengal, berpikir keras, bagaimana caranya ia keluar penjara, dan mempersunting si gadis impiannya.
Maka muncullah sebuah ide brilian ketika ia memakan sebuah apel.

Lantas, ia menyimpan biji apel tersebut, dan berkata kepada sipir penjara agar ia diperkenankan bertemu dengan sang raja, untuk menyampaikan hadiah istimewa.

Keinginannya tidak digubris, sehingga si bengal mencari akal dengan senantiasa berteriak teriak meminta dipertemukan dengan sang baginda raja.

Akhirnya, sipir penjara, tak tahan dengan lengkingan suaranya sepanjang waktu, mengabulkan keinginannya untuk bertemu sang raja.

Maka menghadap sang raja lah si bengal dan dengan penuh kesantunan menyerahkan sebuah biji apel, yang ia katakan akan berbuah emas yang tak putus oleh waktu, akan berbuah lebat sepanjang musim dan sepanjang jaman.

Baginda raja murka, karena menganggap si bengal adalah penipu ulung, yang melecehkan sang raja.
Menurut Baginda Raja, kalaupun biji apel itu akan tumbuh menjadi pohon emas, niscaya si bengal sendiri yang akan menanamnya.

Si bengal berbisik dengan penuh rasa hormat : " Maaf tuanku raja, saya tak mungkin menanamnya, karena syarat agar biji ini tumbuh menjadi pohon emas adalah bila ditanam oleh seseorang yang jujur, dan saya kan bukan orang yang jujur.
Baginda lah menurut saya yang paling jujur"

Baginda raja tertegun, terhenyak, teringat akan track recordnya yang membunuh raja sebelumnya hanya demi tahta singgasana yang kemudian didudukinya. " O, tidak. Lebih baik perdana mentri saja yang menanamnya "

Sang Perdana Mentripun terkesima, teringat kasak kusuknya kepada Baginda agar ia diangkat menjadi Perdana Mentri,walaupun ia tahu ada yang lebih tepat menduduki posisi itu.
Dia menolak menanam biji apel tersebut dan meminta salah seorang Mentri untuk menanamnya.

Demikianlah biji tersebut senantiasa berpindah tangan, dari Mentri yang merasa memperoleh kedudukannya dengan menjilat Perdana Mentri,ke Panglima Perang, yang merasa pernah melakukan kesalahan karena salah menghukum orang.

Biji apel, yang dikenal dengan benih kejujuran tersebut terus menerus berpindah tangan, dari penuntut hukum yang merasa pernah salah menuntut orang, kepada hakim yang juga merasa pernah salah menghukum seseorang.
Bahkan para tetua adat dan pemuka agamapun nggak ada yang berani menanamnya dengan alasan merasa track recordnya nggak bersih bersih amat.

Kan kalau pernah nggak jujur, maka biji apel akan berbuah apel, nggak berbuah emas, sehingga akan ketahuanlah ketidak jujuran yang menanam.
oo....kamu ketahuan.........
Begitulah yang dipercayai orang perorang.

Akhirnya, Baginda Raja berujar," Anak muda, kamu terbebas dari hukuman, karena bagaimanapun, kamu sudah dengan sangat terbuka diketahui kesalahannya dan sudah mendapat hukuman. Sedangkan kami, kita, yang lainnya, ternyata adalah pelaku ketidakjujuran, pelaku ketidak benaran yang berpura pura dan tertutup topeng kepalsuan. Terbukti, tidak ada satupun yang berani menanam biji benih kejujuran tersebut, yang artinya semuanya meragukan kejujuran dan kebenaran dirinya, mengetahui bahwa jejak rekamnya tidak begitu mulus, tidak begitu baik, sehingga nggak punya keberanian untuk menanam benih kejujuran tersebut ".

Apa moral cerita tersebut?

Kita sering mencibir orang yang sedang mengalami masalah, mengalami penderitaan, mendapat hukuman dan cercaan, tertangkap, tertuduh, tersangka, terdakwa dlsb.

Apakah kita lebih jujur dari mereka semua?
Apakah jejak rekam kita jauh lebih bersih dari mereka semua?
Apakah nawaitu dan motivasi kita jauh lebih jujur dari mereka?
Apakah yang menangkap jauh lebih "bersih" dari yang ditangkap?
Apakah yang menyidik lebih jujur daripada yang disidik?
Apakah yang "menonton" jauh lebih bersih dari yang ditonton?

Wallahu alam.