Monday, September 28, 2009

GURU

Bukan dongeng atau ilusi, apalagi halusinasi, kalau sekarang ini dimana mana, kehidupan di seluruh pelosok negeri tercinta ini menjadi carut marut.

Motivasi merosot, disiplin bubar jalan,inovasi payah, kreasi apalagi,korupsi merajalela, ketangguhan-kemandirian-profesionalisme kayaknya cuma milik segelintir orang.
Yang punya wewenang mengatur menjadi kepayahan dan pusing tujuh keliling mengatur bagitu banyaknya manusia yang seenak udelnya menjalani kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya.

Apa pasal?
Dimana akar rumput masalahnya?

Tampaknya sih nggak jauh jauh dari hal pendidikan.
Pendidikan di berbagai jenjang pula.
Terutama pendidikan dasar dan pendidikan dalam keluarga.

Kan rumusnya sangat sederhana, kalau mau maju, tangguh mandiri, profesional dan bermartabat plus berani bersaing didunia nyata, ya harus menjalani tempaan hidup dan punya rambu rambu yang bagus didunia pendidikan.
Baik itu pendidikan dirumah, atau disekolah.

Ini?
Dengan kasat mata kita bisa dengan mudah melihat, bahwa pendidikan baik di keluarga atau di sekolah, amat sangat carut marut.
Orang berebut harta, tahta, duniawi semata kan karena berakar dari pola didik.

Sudah sangat umum,kita melihat dimana mana yang dinilai hanya kulit semata, duniawi semata.

Kamu ranking berapa?
Lha....ditanyain ranking melulu, jadinya anak anak punya patokan bahwa ranking itu penting banget,dinomor satukan.
Caranya mencapai ranking? Bagaimana prosesnya? Jadi nggak penting, begitu yang tertanam dalam otak dan jiwa si anak.
Maka, nggak heran anak anak menjadi jago nyontek, pembocor soal,pembeli soal ujian, dll, dlsb

Sekolah, diujung akhir tahun pendidikan,biasanya dengan bangga pula mengumumkan, jumlah kelulusan dan pencapaian nilai rata rata anak anak.
Sighhhhhhh.

Nggak ada sekolah yang melaporkan si anu berprestasi didunia kerja sana, si ini mendapat pujian didunia kerja sini, dll, dlsb.
Cuma itu yang dibanggakan, nilai, nilai dan nilai akhir dari berbagai mata ajar.

Makanya nggak heran, Ujian Nasional yang cuma 3 hari, bisa menjadi kebijakan "meluluskan" seorang siswa didik.
Pergualatan dan perjuangan si anak selama bertahun tahun, sepanjang hari dan sepanjang waktu, nggak ada artinya sama sekali.
Karakter , etika, dan budi pekerti siswa? Nggak masuk hitungan tuh.
Sighhhhhhh.

Sebetulnya, dimana sih pokok persoalan dunia pendidikan yang mengakibatkan "nilai tatanan sosial" menjadi carut marut?
Kalau kata si mamah sih, pertama, ya di peran orang tua dirumah.
Bagaimana orang tua mengisi anak anak dengan nilai nilai luhur, bagaimana orang tua memberi teladan hidup yang bermartabat, amat sangat menentukan karakter si anak.

Ini?
Orang tua sibuk mencari dunia, datang kerumah nggak ada touching dan loving, cuma gambreng dan menuntut ini itu.
Atau, si anak dijejali berbagai jadual, dipenuhi semua kebutuhan fasilitasnya, tanpa interaksi dua arah yang intens dan positif.
Atau, orang tua malah sibuk menjalankan hobby masing masing, kongkow kongkow dengan partner kerja lah, olah raga sendiri lah, arisan lah, bahkan sibuk pengajian kesana sinii sehingga anak anak terabaikan.
Tak jarang, orang tua sibuk berantem dan jalan sendiri sendiri dengan menihilkan keberadaan anak yang amat butuh perhatian dan bimbingan.
Atau, orang tua malah "sibuk" berpoligami...hahahahahaha...
Ngurus satu keluarga aja nggak becus, nggak punya waktu dan materi cukup buat satu keluarga...hayooooh bikin keluarga baru.
Halah...........

Bener kan ?
Banyak orang tua yang nggak siap atau bahkan nggak mengerti betapa besarnya peran orang tua dalam pola asuh ?
Banyak orang tua yang nggak paham betapa dahsyatnya pertanggung jawaban kelak kepada Sang Khalik atas amanah yang dititipkannya?

Di sisi lain, peran guru di sekolah sejak pendidikan dasar banget amat sangat menentukan "karakter" anak didik.
Jarang banget, guru, pendidik yang punya jiwa GURU, kudu digugu dan ditiru.
Hahahahahaha...boro boro digugu apalagi ditiru.
Banyak guru malah dilecehkan, diomongin, tertolak secara sembunyi sembunyi, boro boro ditiru.

Apa pasal?
Ya, karena gurunya sendiri nggak total all out menampilkan seluruh jiwa pendidiknya.
Bukan rahasia, yang masuk dunia pendidikan malah mereka yang datang dari lingkungan yang nggak dapet kepuasan batin sebagai "anak didik". Baik anak didik disekolah atau "dirumah".
Mereka sendiri butuh energi positif koq, malah disuruh bagi bagi energi...bagaimana bisa ?

Banyak yang gamang menjadi panutan, kaku dan ragu dalam membimbing anak anak yang haus keteladanan dan butuh energi.
Banyak anak anak yang "kacau" dirumah dan membutuhkan energi positif didunia pendidikan formal, juga nggak menemukannya dari sosok seorang pendidik.
Banyak anak anak yang butuh touching dan loving yang tidak mereka dapatkan dirumah, sementara "GURU" nya juga masih butuh touching dan loving....heheheheheheh.
Banyak anak didik yang malahan ditanganin dengan kasar, tangan besi atau kata kata menihilkan, melemahkan dan menyudutkan.
Jarang banget ada guru yang turut membentuk karakter jempolan, padahal banyak anak didik yang "bisa dibentuk" menjadi insan yang berkarakter yahud, profesioanal, tangguh mandiri dan bermartabat, iya nggak ?
Banyak banget guru yang bukan saja nggak mau atau nggak mampu "membangun karakter anak didik", bahkan menguasai materi ajarpun kacau balau.
Menyedihkan.

Banyak banget guru alias pendidik yang kata orang sunda mah sahaok kadua gaplok. Mendidik dengan keras, tangan besi, hanya sekedar melampiaskan kegundahan jiwanya atau menutupi kekurangannya.
Duhhhh...kasihan banget anak anak ya.
Dirumah kacau balau, di sekolah boro boro adem ayem, sementara tuntutan harus ini itu membebani seluruh jiwanya.

Anak, sebagai mahluk yang lemah diantara para dewasa , kerap menjadi objek pelampiasan amarah dirumah dan disekolah.
Digambrenginlah, disentillah, disintreuklah, dijewerlah, dicubitlah, bahkan nggak jarang ada pula yang ditampar, ditonjok, digebuk, digampar bahkan ditendang......
Duuhhhhhh.

Pengeeeeen banget si mamah punya sekolahan yang bisa bikin anak anak "hidup" dengan ceria, riang gembira, bebas jiwanya, mengekspresikan segala kegundahannya, agar mereka bisa full energi untuk manfaat.
Kalau mereka nggak mendapatkan energi positif dirumah, paling nggak ada penyeimbang di sekolah yang bisa menutupi energi negatifnya.
Banyak koq anak anak yang bisa full energi untuk manfaat, asal dipoles dikiiiiiiit aja.
Banyak koq anak anak yang bisa tangguh mandiri, profesional dan berkarakter hebring, asal "ditouching" seoleeees aja.

Punyakah kita kepedulian buat membangun bangsa yang bermartabat?
Adakah waktu dan atensi kita untuk sebentaaaar aja menoleh kepada anak anak yang membutuhkan "peran " kita sebagai pendidik sejati?
Mau dan mampukah kita berkontribusi positif untuk membangun bangsa, dimulai dari peran kita sebagai pendidik dirumah dan sebagai "GURU, yang digugu dan ditiru" di sekolah ?

Kayaknya.....banyak tuh yang mau dan mampu.
Cuma kudu diingetin doang terus menerus, bahwa kita, sebagai orang tua dan sebagai pendidik punya tanggung jawab yang besar kepada Allah swt untuk senantiasa berkhidmat kepada semua mahlukNya, apalagi kepada seorang yang namanya manusia.

Mentri Pendidikan boleh saja berganti, sistem pendidikan bisa saja diubah ubah, tapi jiwa pendidik,jiwa "GURU" yang punya makna dalam harus digugu dan ditiru, siapa yang bisa membolak balik? Jiwa GURU, siapa yang bisa mengatur, mengacaukan atau menihilkan ?
GURU sejati , dalam situasi dan kondisi apapun akan tetap berdiri kokoh, gagah perkasa, berdiri terdepan membimbing anak anak yang butuh keteladanan, iya nggak?

Mudah mudahan kita semua bisa senantiasa berbagi energi positif, bukan saling melempar energi negatif, agar generasi selanjutnya bisa gagah tangguh mandiri, profesional dan menggapai status bangsa yang gemilang penuh martabat, amin.

Salam

Saturday, September 26, 2009

PRT

Kalau mau tahu bagaimana kualitas SDM Indonesia, ya ambil sample beberapa PRT aja atuh...hehehehehe.
Kenapa?
Karena PRT mewakili sebagain besar manusia Indonesia khususnya kelompok tenaga kerja.
Kan nyaris disetiap rumah tangga, apakah dikampung, apalagi dikota, ada PRT nya , bukan ?
Jadi, berapa juta rakyat Indonesia tuh yang menyandang gelar PRT.
Cukup kan untuk mewakili potret kualitas SDM Indonesia ?

Apakah SDM kita profesional?
Berkelas?
Berkepribadian terpuji?
Tangguh?
Sungguh sungguh?
Pekerja keras?
jujur dapat dipercaya?
Jawabannya ada di PRT....

Nyaris 30 tahun, si mamah pengalaman punya PRT.
Dari yang mulai cuma gawe seminggu, padahal buat mendatangkannya juga butuh biaya besar, sampai yang bertahun tahun.
Tapi, dibandingin jaman baheula mah kayaknya sudah sangat minim kualitas PRT yang seperti dulu.
Apakah mencerminkan kualitas SDM kita menurun?
Wallahu alam.

Masih ingat, bi Enik dan bi Ti'ah yang dari pagi buta sudah necis pake kain dan kebaya bahan katun lengan 3/4.
Kalau bi Ti'ah selalu membawa lap, kemoceng sapu, ember, kain pel.
Kalau bi Enik, bagian dapur, kadang pake celemek.
Ada lagi pa Ude yang sekali kali datang dari kampungnya membawa beras, dan dimasa tuanya setia membantu, nyemir sepatu, ngebon, nyiram tanaman, bersiin sepeda, sampai akhir hayatnya tetap setia mengabdi.

Jaman sekarang, PRT macam macam karakter dan tingkah polahnya.
PRT si mamah yang pertaman, namanya Mumun, usianya sekitar 17, datang dari Tasikmalaya hanya membawa 1 baju ganti,
Anaknya bersih dan pinter, mau diajarin.
Bahkan, dia berani berangkat sendiri dari jalan Ciliwung Bandung ke Cipinang kebembem rawamangun Jakarta, hanya untuk bayar listrik.
Hebatlah.
Sayang, kebiasaan baiknya luntur gara gara kenalan dengan "ceu yati" di pasar rawamangun
Sejak kenal "ceu yati", jadinya ngak karu karuan, suka berbohong , keluar malam, dll.

Bohongnya yang paling bikin ngakak adalah ketika dia bilang "harus pulang", karena bapaknya sakit keras.
Darimana kamu tahu beritanya ? Ini ada suratnya.
Siapa yang menyampaikan suratnya? Ya pak Pos.
Dia menyorongkan amplop dengan si alamat : KEUR MUMUN DI JAKARTA.

Huahahahahahahaha...siapa yang nggak akan ngakak
Bohong kelewatan banget.
Surat ditulis sendiri, dibilang lewat pos.
Gimana nyampeinnya pak Pos coba
Emang Kantor Pos tahu itu surat buat Mumun yang di Rawamangun, bukan di Cengkareng atau Pejaten?
Huahahahahahahha

Dari sekian banyak PRT yang pernah kerja dirumahku, memang bermacam macam karakternya.
Ada yang seneng masak.
Diajarin apapun bisa.
Kue kering, cheesestick, pizza, roti, dll, jagoan lah. Apalagi makanan rumahan, mahir dia.
Tapi....lagi lagi menjadi melenceng gara gara berteman akrab dengan PRT tetangga.
Lha..koq jadi senengnya ngerumpi dan jalan jalan malam.......sigghhhhhh

Pada suatu ketika, bahkan ada PRT yang pinterrrrr banget ngemong anak.
Eh...taunya pencuri pula.
Nggak tanggung tanggung, diambilnya dompet berisi seamplop gaji....halah....
Terbukti memang dia yang ambi isinya.
Dompet beserta SIM-KTP dia sisipkan di pot bunga didalam rumah pula....heheheheheh.
Makanya, pulangkan saja deh yang begitu sih.

Ada yang tukang nonton sinetroooooooon melulu.
Tidur kemalaman, bangun kesiangan, kerja buru buru karena pengen nonton sinetron yang bersambung dari hari kehari dan dari pagi sampai malam ada beberapa sinetron di beberapa channel.
Uggggh.....

Ada yang tukang tiduuuuuuuuuur melulu.
Sampai mesti diklakson atau di tilpon berkali kali buat banguninnya sementara kita kesel nunggu diluar pagar rumah.
kalau pagi, kita udah beres berapa kali nyuci, tuan putri baru bangun...huahahahahahaha
Ini siapa yang jadi juragan sih???

Ada yang main hapeeeeeee dari subuh sampai malam buta.
Sambil masak, nyetrika, nyapu, motong sayuran...dll
Uuuugh..itu kepala sampai miring kiri kanan karena HP kudu dijepit kepala ke pundak.
Gaji abis dibeliin pulsa.
Bukan pulsa dia sendiri pula, tapi pulsa cowoknya di kampung, saudaranya di kampung, temennya dll
Arrrrgggh.... rugi banget.

"ibu kalau mau tilpon murah, daftar aja dulu, nanti bisa bicara berjam jam cuma seribu rupiah"
Haaaah...koq ngajarin majikan pula?
Buat apaan si mamah ngomong berjam jam di tilpon?
Tilpon orang kan cuma butuh 3 menitan, kalau mau lama lama ya bertamu aja sekalian...heheheheh

Dari sebegitu banyaknya PRT, yang paling ok tetep aja yang namanya Rina.
Dia sih jempolan banget, nggak usah disuruh atau diomongin, segalanya lancarrrr sesuai waktunya.
Kalau kerjaan udah selesai, dia nyikat nyikat apaaaaa aja, atau bersihin/rapiin isi lemari.
Segala dibongkarin, kulkas, laci, lemaribaju, lemari perabot, gudang dll, dlsb
Pohon disiram, dirapiin, ditebangin.
Dari subuh sampai malam, nggak mau diem.
Disuruh istirahat, ogah
Kalau melihat anak nyuci sendiri....eeeeh atuh kenapa nyuci ? biar sama Rina aja....
Pokoknya, rajiiiiin, sopan, komunikatif dan bersih.
Jempolan deh....

Belakangan, baru tahu, apa sebab dia jempolan.
Ternyata,itu adalah hasil kerja dinegara jiran yang diawasi CCTV 24 jam.....
Halahhh.

Konon, dia bekerja selama 3 tahun dalam pengawasan CCTV disetiap sudut rumah.
Ngurus rumah dengan 4 anak usia SD kebawah, sementara ortunya kerja dan pulang malam
Segala ditanganin sendiri, nggak boleh istirahat, apalagi tidur.
Nggak boleh terima tilpon, dari keluarganya sekalipun.
Kalau shalat, ketahuan sekali aja, gaji dipotong sebulan.
Haduhhhhhhhh.

Pulang dari negri jiran, dikawinin, cuma berumah tangga 3 hari dia kabur karena pasangannya pilihan ortu
Duit hasil kerja 3 tahun juga ludes disetorkan ke ortunya dan dipake duit kawinan plus duit kompensasi supaya "suaminya" mengucapkan talak.
Sigghhh..

Dan, ketika dia sedang asyik bekerja, keluarganya "mengganggu" pula, juga cowok dikampungnya yang pengangguran.
Maka, seperti yang lainnya, mulai berbohong, supaya bisa pulang, "pinjam uang" dll dlsb.
Haduh......
Sayang kan ?
Udah kerja jempolan, kembali rusak karena lingkungan keluarga yang mengganggu.

Kalau yang sekarang....hehehehehe, ratu Hape deh..
Dari jam 5 subuh sampai entah jam berapa, ngoceeeeeeh terus menerus.
Selama dia mudik, semua kerjaan ditanganin si mamah, bisa koq siang rapi jali, setrikaan sudah licin semua, rumah rapi, tanaman tersiram, ikan dikasih makan, masakan siap saji.
Kalau ada PRT ?
Huahahahaha....setrikaan suka ditumpuk, cuci piring ditumpuk, sampah ditumpuk
Karena eh karena , yang berkepentingan sibuk berhape ria,
Kayak saykoji aja ya....on line on line....huahahahahahha

Jadi
Bagaimanakah kualitas SDM kita ?
Silakan ambil kesimpulan sendiri ya.....

Kayaknya, umumnya sih waktunya habis buat hal hal sepele, remeh temeh yang nggak ada manfaatnya dan nggak meningkatkan kualitas pribadinya.
Iya nggak ?
Kalaupun bisa bagus, ya harus banyak punishmentnya, diawasi ketat, diganjar hukuman...heuheuheu.
Abis kalau dibebaskan sih ternyata bebas merdeka....nggak mau maju maju tuh.....

Sementara bangsa lain terus meningkat meghasilkan inovasi dan kreasi baru, kita malah terjerumus jadi konsumen sejati...
Haduh...

Potret PRT, dengan gamblang menggambarkan potret SDM kita, bukan ?

Jadi....ayo dong berubah ah.....
Isi waktu dengan hal hal yang full manfaat, agar kita bisa meningkat kualitas pribadinya dan terus naik kelas menggapai status bangsa yang bermartabat.

Salam

Sunday, September 20, 2009

SELAMAT IEDUL FITRI 1430 H

Selamat Hari Iedul Fitri 1430 H
Mohon domaafkan atas segala kekhilafan

Semoga seluruh rangkaian ibadah Ramadhan kita, menjadi pengampun dosa dosa kita
dan menjadi pembuka pintu keberkahan, kemudahan urusan serta kesejahteraan dan kemuliaan dunia akhirat.
Amin ya rabbal alamin

Tuesday, September 15, 2009

NEGARA MISKIN

Indonesia katanya termasuk NEGARA MISKIN, rakyatnya miskin, pendapatan per kapitanya rendah banget.
Masa sih ?

Coba tengok pas lebaran .
Lebih dari seratus juta orang bergerak hilir mudik dengan berbagai alat transportasi.

Ada yang naik motor, naik mobil, naik bus, naik truk, naik kereta api, naik kapal laut, naik pesawat terbang, naik becak, naik delman, naik bajay, naik angkot, naik sepeda, jalan kaki, dll, dlsb.
Ada yang bawa ransel, travel bag, koper, tas jinjing, dus indomie, kantung kresek, rantang, dll, dlsb.
Ada yang beli baju baru, sepatu baru, tas baru, kopiah baru, kerudung baru, perhiasan baru, motor baru, mobil baru, bahkan mendadak beli handphone, hingga telkomsel mencatat lebih dari 400an juta sms seputar lebaran.
Ada yang ganti gordijn, ganti furniture, ganti sofa, ganti karpet, cat rumah, dll.
Ada yang belanja kebutuhan lebaran 100 ribu, sejuta, sepuluh juta, ratusan juta.
Ada yang bawa duit mudik 500 ribu, sejuta, 5 juta, 10 juta, puluhan juta…

Wuuuuiiih, siapa bilang kita rakyat yang miskin, siapa bilang kita Negara miskin ?.
Belum lagi perputaran Zakat,Infaq Sadaqah……
Uuuuuggh, potensi zakat aja triliunan rupiah, nyaris 20 T katanya sih.

Lantas kemana ya duit segambreng itu mampirnya ?

Kalau ingat potensi ZIS ini, dari dulu si mamah suka gemeeeees banget.

Coba ada pengelolaan yang jempolan dari potensi ZIS ini, seperti kantor pajak misalnya, jadi cuma satu atap, pasti kantung kantung kemiskinan perlahan sirna, berganti menjadi pemukiman yang asri dengan fasilitas umum yang baik dan kesempatan kerja yang luas, iya nggak ?

Dan kita nggak akan melihat lagi kaum gelandangan dan pengemis yang bergeletakan tidur disepanjang jalan,.
Nggak akan ada lagi yang kelaparan dan anak kekurangan gizi.
Nggak ada lagi anak yang nggak bisa sekolah.
Nggak ada lagi orang yang nggak mampu berobat.
Nggak ada lagi orang yang kekurangan air bersih.
Nggak ada lagi pengangguran..........

Duuuuh, indahnya ya.....…..
Sok atuh barudak dirintis pengelolaan ZIS satu atap yang penuh manfaat.
Mungkin kalau anak anak muda punya gagasan bagus, impian sirnanya kantung kemiskinan bukan cuma harapan.

Konon, katanya, saat mudik lebaran, kelompok pekerja kasar dan pembantu rumah tangga, membutuhkan biaya mudik rata rata antara 1-5 juta, termasuk biaya transportasi, oleh oleh dan uang bagi bagi angpau didesa pleus uang jajan dan rekreasi selama di kampung .

Kelompok menengah mengeluarkan biaya antara 5-15 juta untuk biaya transportasi, penginapan, oleh oleh, bagi bagi rejeki dll dll.

Kelompok yang banjir duit bahkan mengeluarkan biaya puluhan juta rupiah, baik untuk biaya pesawat, fasilitas hotel bintang lima, bagi bagi amplop dan rekreasi pleus makan makan di restoran keren.

Bayangkan, lebih dari seratus juta orang berlebaran, nyaris 28 juta orang mudik, dan mengeluarkan biaya sedemikian besar.
Bayangkan, yang nggak berlebaranpun ikut ikutan memenuhi hotel hotel menghindari sulitnya hidup dirumah tanpa pembantu, pleus makan makan direstoran sepanjang pembantunya mudik.

Puluhan Triliun berputar hanya seputar lebaran saja, siapa bilang Negara kita miskin ?

BAGI BAGI ZAKAT

Masih inget nggak, tahun lalu puluhan nyawa melayang hanya karena beberapa lembar duit puluhan ribu atau bahkan ribuan, menjelang Iedul Fitri ketika orang bagi bagi zakat ?


Sebegitu murahkah harga nyawa seseorang?
Sedemikian miskinnyakah mayoritas kita sehingga rela berdesakan , menunggu, mengantri berjam jam dibawah terik matahari dan ditengah desakan ribuan orang dalam kepengapan?

Tidak ada cara lainkah untuk mendapatkan beberapa lembar ribuan atau untuk memberikan ribuan kepada orang lain?

Hanya dengan cara itukah orang bisa membagi bagikan uangnya ?

Manfaat apa yang didapat si pemberi ketika melihat orang menderita berdesakan bahkan mati bergelimpangan?

Perasaan apakah yang muncul dalam diri si pemberi ketika dia melihat orang berduyun duyun, mengantri kepanasan, tersengal kesesakan, menunggu, menunggu dan terus menunggu?
Perasaan apakah?????

Setiap bulan ramadhan, dimana orang seakan berlomba membersihkan harta perolehannya baik dengan zakat, infaq atau sedekah, selaluuuu saja muncul dua perasaan yang menonjol ketika melihat berbagai peristiwa yang berhubungan dengan zakat.

Pertama, perasaan kagum.
Duuuuuh, duit segambrengan gitu dapet dari kerja apaan yaaaa.
Segitu banyaknya ya zakatnya.
Pengeeeeen banget dapat rejeki yang berlimpahan supaya bisa lebih banyak berbagi, iya nggak ???

Kedua, ketika melihat peristiwa orang bagi bagi zakat secara langsung, dengan memberikan lembar demi lembar duit yang nggak seberapa kepada orang orang yang berduyun duyun datang , mengantri sejak pagi buta bahkan ada yang menginap, berdesakan dalam kepengapan dibawah terik matahari.

Duuuh...koq gini ya...koq metodenya begitu ya....
Apa nggak ada cara lain untuk menyalurkan zakat yang lebih bermanfaat dan lebih manusiawi?
Apa nggak tersirat perasaan "riya" didalamnya ketika diliput, disorot, diberitakan?
Astaghfirullahaladziim....
Mudah mudahana nggak suudzon akh...

Kalau nggak salah, dari liputan di TV, didaerah Menteng Jakarta Pusat, setiap tahun ada pemberi zakat yang rutin membagikan lembar demi lembar duit secara langsung.

Maka orang selalu menunggu, datang dari pelosok seputar Jakarta, Parung, sSwangan, Bekasi, Bogor, Serang, wah.....jauh jauh sengaja mengantri hanya untuk mendapatkan beberapa lembar duit.

Sebegitu parahkah kemiskinan kita sehingga rela jauh jauh datang, bahkan tidur semalaman diemperan, ngantri, dan kayaknya malah jadi nggak puasa tuh, hanya demi moment menerima duit.

Sekali lagi, apakah bener mengorbankan berbagai hal hanya untuk menerima?.

Koq ya seperti sudah membudaya, seneeeeng banget kalau jadi penerima , yang tangannya dibawah.

Coba deh perhatikan mayoritas penduduk.
Pokoknya kalau denger ada yang mau memberi, membagi, entah itu duit, sembako, atau apaaaaa aja, pasti diburu, ditunggu, diserbu.

Sudah sering kita lihat orang berdesakan untuk mendapatkan 2 kg beras, orang berpanasan mengantri BLT, orang berpeluh berpengap menunggu zakat.
Duuuuhhh...

Kalau lihat yang miskin banget sih mungkin memang mereka butuh banget, tapi coba deh lihat antrian.
Menggendong anak yang beranting anting dan berkalung emas, si ibu bergelang berpakaian necis.
Bahkan nunggu BLT ada yang ber SMS ria....siiiggghhhh
Kenapa pula harus ikut berdesakan memburu pembagian??

Disisi lain, bagi sang pemberi.
Koq nggak pernah menemukan cara lain ya untuk memberi?
Datangin langsung keq dari rumah kerumah?
Kan katanya banyak duit, bayar aja orang untuk membagi duit atau sembako atau apa aja.
Datangi kampung kampung kantung kemiskinan.

Kalau soal zakat, naaaah ini.
Suka gemessss banget lihat peran Badan Amil Zakat Infaq dan Sadaqah.
Koq ya udah puluhan tahun orang teteeeeep aja kesulitan mencari jalan pembayaran zakat yang terbaik

Akhir akhir ini ada sih Pengelola Zakat bukan pemerintah yang bahkan gencar tampil di TV
Tapi, peran Badan Amil Zakat pemerintah bagaimana pula kabarnya ya ?
Bagaimana cara orang membayar zakat, kemana saja disalurkannya, koq ya sepi sepi aja, nggak ada berita apapun.
Apa nggak bisa lebih aktif mendekat ke pembayar zakat?
Buka kantor di tempat tempat tertentu, misalnya dikantor kantor atau di supermarket, Mall dll?
Atau aktif menginformasikan no rekeningnya seperti pengelola zakat non pemerintah lainnya?


Seharusnya, orang nggak kesulitan untuk berbagi.
Dipermudah akses untuk memberi.
Seharusnya sudah ada sistem otomatis yang memotong zakat dari penghasilan seseorang.
Dan terlaporkan dengan gamblang, berapa duit terkumpul dan disalurkan kemana saja.

Sepertinya, sistem potongan zakat secara otomatis memang sudah ada di berbagai bank syariah ya.
Pokoknya, otomatis dipotong zakat pada waktunya, iya nggak?

Coba kalau peran pemerintah lebih kuat daalam hal zakat ini.
Maka nggak akan ada lagi yang kehilangan nyawa gara gara berburu zakat.
Nggak akan ada lagi orang kebingungan menyalurkan zakat.
Nggak akan ada lagi ketidakadilan bagi si miskin yang nggak pernah dapet santunan atau yang nggak tersentuh bantuan.
Nggak akan ada lagi yang minta minta sumbangan dijalanan baik itu untuk pembangunan masjid atau untuk yatim piatu atau pesantren.
Iya nggak ?

Potensi zakat penduduk Indonesia, sungguh luar biasa.
Triliunan ? Pasti
Kayaknya, kalau pengelolaan ZIS itu sungguh sungguh, maka keadilan, pemerataan, kesejahteraan rakyat juga akan mudah terwujud.

Sungguh sayang, potensi zakat ini menguap dari tahun ketahun, entah kemana
Duit triliunan seakan tak berwujud, tak berbekas, tak berefek.
Orang teteeeep aja miskin dan bodoh, kelaparan, kepanasan.

Sok atuh para blogger, coba bikin formula terbaik buat BAZIS, biar lebih efektif efisien.
Sehingga, meminjam istilah di tulisan kompas pada suatu ketika, zakat itu tidak akan menjadi petaka bagi si miskin, melainkan menjadi anugrah

Salam

ZIS, ZAKAT INFAK SEDEKAH

Setiap Ramadhan....apalagi menjelang Iedul fitri....soal ZIS ini selaluuuuuu aja muncul kepikiran.
Sel otak seakan sibuk diskusi soal ZIS yang dari tahun ketahun begitu begitu aja jalannya, dan berdampak kepada kehidupan sosial yang jalan ditempat pula.
Dari dulu, selaluuuuu muncul berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan ZIS.

Kenapa ya masyarakat kita nggak sejahtera sejahtera...
Kenapa ya bangsa kita nggak maju maju....
Kenapa ya masih banyak yang nggak bisa sekolah.....
Kenapa ya masih banyak anak anak yang malah bekerja bukannya sekolah ....
Kenapa ya masih banyak yang jadi pengemis....
Kenapa ya masih banyak pengangguran....
Kenapa ya masih banyak yang tunawisma, berkeliaran dijalanan...
Kenapa ya masih banyak bangunan sekolah yang butut banget....
Kenapa ya masih banyak orang sakit nggak bisa berobat ......
Kenapa ya masih banyak yang nggak bisa dapet air bersih...
Kenapa ya masih banyak jalan yang renjul alias jelek banget...
Kenapa ya masih ada kampung yang terisolasi.....
Kenapa ya masih belum bisa punya alat transportasi bagus.....
Kenapa ya masih banyak anak sekolah meniti jembatan gantung reyot...
Kenapa ya masih banyak anak sekolah nggak pake sepatu ?....
Kanapa...Kenapa...Kenapa.......dan masih banyak kenapa lainnya

Ampuuuuuun Gustiiiiiii....
Koq banyak banget ya yang harus diurus ???
Biayanya darimana atuh ya.....

Makanya, kalau Ramadhan, itu soal biaya buat ngurus yang begitu banyak muncul.

Berapa banyak sih muslim muslimah di indonesia ?
Berapa banyak sih uang ZIS dari mereka ?
Kemana aja sih ZIS yang segitu banyaknya ?
Dipake apa aja sih ZIS yang terkumpul ?
Kenapa sih nggak bayar ZIS kesatu alamat aja ?
Kenapa sih pemerintah nggak gencar menyatukan ZIS ?

Apakah orang udah nggak percaya banget sama pemerintah untuk mengelola ZIS ?
Kenapa sih nggak ada tempat yang memudahkan orang bayar ZIS yang terkoordinir kesatu alamat saja ( kayak ATM gituuuuu....kan ada dimana mana, di stasiun, di Mal, dipasar, di terminal dll dll.)....
Kenapa sih harus bayar ZIS sendiri sendiri, langsung dan ditayangkan TV lagi ?

Setiap ramadhan, adegan tersebut selaluuuuuu aja terulang.....
Di TV...begitu banyak selebriti yang menggelar bagi bagi ZIS.....
Haruskah begitu ?

Kalau dihitung hitung sih, ZIS nya penduduk indonesia itu buanyaaaaaak buangeeeed deh....
Segambrengan..
Pasti itu mah.....
Coba, ada yang pinter mengira ngira hitungan ZIS penduduk indonesia nggak ???
Seandainya....ini mah seandainya.....ZIS itu dikelola dengan baik.....udah kemanaaaa kali kita ini ya.........

Mata nggak akan sepet lihat anak anak usia sekolah malah gawe....
Mata nggak disuguhin pandangan sekolah butut bin reyot.
Hati nggak akan luka lihat orang sakit nggak bisa berobat.
Perjalanan nggak terganggu jalan yang menyempit karena tiba tiba kepentok drum besar plus barisan orang berjajar bawa jaring penangkap ikan, ngumpulin sumbangan pembangunan masjid.....dll, dll, dll.....
Aaaaarrrrgghhh...

Kapan ya kita bisa dipersatukan dalam hal mengumpulkan ZIS....
Koq ya mau bersatu dalam kebaikan aja susah banget.......

Si mamah dan kawan kawan permah punya pengalaman mempersatukan berbagai kegiatan sosial yang ada di kawasan tempat si mamah tinggal dan bekerja, dulu.....
Susahnya rek.....
Sudah bertahun tahun begitu banyak kelompok, yang sebenernya sih kelompok sosial, artinya gawe tanpa gaji, bekerja sendiri sendiri dengan kegiatan yang berbeda walaupun sasaran masyarakatnya itu itu juga.
Ketika mulai dihimpunkan, artinya duduk bersama, bicara soal apa saja yang dilakukan, siapa saja sasarannya, dengan maksud tidak tumpang tindih dan supaya adil merata, jangan sampai ada seseorang diberi berbagai bantuan dari berbagai kelompok, dan ada orang lain yang seharusnya dibantu malah nggak dapet apa apa.....
Lha...mempersatuan program begitu aja susaaaaah banget.

Ada kelompok yang senengnya bagi bagi sembakoooooo aja terus, nggak pernah mau berubah dan mikir kearah lainnya....
Uang berapapun yang terkumpul dari warga ( biasanya puluhan juta )...habis dibelanjain beras, mie instant, gula, minyak dan.....dibagi bagi.
Mending kalau yang dibaginya itu mereka yang butuh banget, kelaparan....
Ini mah nggak tuh.
Yang datangnya juga malah pake motor, pake giwang, kalung, cincin dan gelang mas.....
Iiiiih koq mau ikutan dibagi ya........

Jelas...uang puluhan juta menjadi salah sasaran, salah penggunaannya bukan ???

Itu baru disatu ke RW an.......
Indonesia kan punya berapa puluh ribu RW sih ?????

Upaya untuk mempersatukan, membuat program bersama, mengumpulkan ZIS bersama, bikin skala prioritas penggunaan uang yang terkumpul....koq susaaaaaah banget.....
Tampaknya ada keinginan untuk tampil sih....
Ingin kelihatan bahwa ini lhooooo aku yang nyumbang...ini lhooooo aku yang gawein.....ini lhooo aku yang ngurus...
Banyak yang pengen menepuk dada, kesorot jasa baiknya kali ya............
Aaaaarrrggghhh.....
Kan rumusnya juga jelas...kalau tangan kanan memberi, jangan sampai tangan kiri tahu...
Begitu bukan ?

Jadi.....gimana nih kita selanjutnya dalam mengumpulkan dan menyalurkan ZIS......
Masa mau gini gini terus ???
Ntar mubadzir banget........
Sudah terbukti kan, ZIS yang ditaksir puluhan Triliun kayak menguap begitu saja, nggak terasa dampaknya.

Sok atuh barudak malikir dan berjuang mempersatukan ZIS......
Biar sekolah sekolah pada bagus, masjid masjid bagus tanpa harus nyari duit sendiri sendiri, infrastuktur bagus, lapangan kerja banyak, orang bisa berobat gratis....dll, dll...

Kita juga nggak buta buat melihat, sekolah sekolah dengan stempel agama selain islam kan kelihatannya buagus buagus....mereka kan dapet subsidi dari "ZIS" nya agama yang mereka anut bukan ?
Setahu si mamah, gaji penganut agama tertentu tuh, di luar negri sana, otomatis dipotong "ZIS" nya oleh bank dan dimasukkan ke rekening pengelolanya.
Praktis bukan? Dan nggak ada yang lolos potongan, kan nyaris semua gaji lewat transaksi Bank?
Kalau nggak salah, di Indonesia juga mulai kan ada potongan zakat secara otomatis yang dilakukan Bank Bank tertentu?

tentang pengumpulan ZIS ini, sebenernya kan udah mulai ada beberapa yang mencolok , mengumpulkan dan menyalurkan ZIS dalam berbagai bentuk kegiatan, ngasih tau no rekening ( kan sopir angkot nggak punya rekening....gimana cara mudahnya bayar ZIS ?) , juga gencar pasang iklan untuk informasi di TV dan media cetak......
Apa yang ini aja dibesarkan banget atau gimana ??
Atau fokus di Badan Amil ZIS ?

Ayo barudak malikir........
Sok pada ngasih pendapat atuh....
Langkah besar pasti dimulai dari yang kecil bukan ??
Masa mau begini begini terus menerus ????

Coba deh dirembukkan, pengumpulan dan pengelolaan ZIS ini harusnya bagaimana, yang terbaik dan penggunaannya tepat sasaran.
Kalau sendiri sendiri melulu kayak begini, potensi ZIS yang puluhan triliun koq kayak easy come easy go......nggak terlalu berpengaruh kepada peningkatan kesejahteraan umat. iya kan ?

Bagaimana ?

Monday, September 07, 2009

SERBA TERBALIK

Siiighhhhh....jaman apa ini ya
Segalanya jadi terbalik begini?
Pantesan dimana mana kita lihat kacau balau dan keberkahan menjadi seret.
Astaghfirullahaladziim.

Suka memperhatikan nggak?
Kan seharusnya " Things to be used and people to be loved "
Eh....malah dibalik.
Things to be loved, people to be used.

Rumah, kendaraan, perhiasan, tas, baju, sepatu, aksesori lainnya dirawaaaaat dengan baik.
Di bersihkan, disimpan rapi.
Pokoknya bener bener diperlakukan istimewa.

Manusia ? Anggota keluarga? Istri? Suami? Anak ?
Eh...malah dikacangin.
Boro boro di touching dan loving, dikasih waktu buat ngomongpun tidak.
Malah dibebani dengan segala hal ihwal yang memberatkan.
Kerjaanlah, tugaslah, pasang target pencapaian yang membebani lah
Beueueueueueueueu.....

Lantas, ada lagi yang terbalik.
Harusnya kan kita pegang baik baik anak balita kita.
Di touching, loving, dikasih teladan, diberi pembekalan budi pekerti, dididik disiplin, dll
Pokoknya kita pegang erat erat, nggak lepas pengawasan kita terhadap balita agar fondasi hidupnya kuat.
Sementara, kalau anak sudah ABG, sudah mulai mau dewasa, ya dilepas aja atuh.
Biarkan mereka bersosialisasi, banyak network, banyak pengayaan dan pengalaman hidup, banyak belajar mufakat dalam keanekaragaman karakter, dll, dlsb.
Anak ABG, harus dibiarkan belajar kontak dengan banyak hal ihwal, agar tangguh mandiri.

Ini ?
Anak anak dibiarkan lepas tanpa kendali.
Nggak dididik mana yang baik, mana yang bagus, mana yang beretika, mana yang berbudi pekerti, mana yang memenuhi rambu rambu sosial.
Anak anak dibiarkan sesuka hati berjumpalitan, berteriak sekenceng kencengnya, berlarian berloncatan kesana kemari dimanapun , kapanpun dalam situasi apapun
Sementara, ketika ABG malah diawasi ketat, dikurung, dikandangin, pokoknya setiap gerak langkahnya malah diikutin orang tua.
kebolak balik kan ?

Makanya, banyak anak anak berlarian, berteriak kenceng kenceng, berjumpalitan, sementara yang lain pengen khusyuk shalat di Masjid.
Ada sih satu dua orang tua yang punya anak anak manis, duduk rapi sebelah ortunya yang khusyuk shalat sunnah tarawih.
tapi, kebanyakan sih ortunya mengejar pahala sunnah, sementara anak anaknya malah mengganggu jamaah lainnya.
Beueueueueueueu
Nggak jarang, anak anak menubruk orang yang lagi shalat, menginjak injak sajadah pas didepan orang yang mau shalat, main kucing kucingan dan berjumpalitan ketika yang lain shalat.
Lha....orang tuanya pada kemana ya ????
Bahkan, pernah lho....anak anak malah pipis di sajadah masjid....
Astaghfirullahaladziim.

Memang, kita harus sedini mungkin mengajak anak anak ke Masjid.
Tapi bukan hanya sekedar mengajak.
Mereka juga harus "diajari" bagaimana bersikap , bertata krama, ber etika didalam masjid.
Ialah dengan duduk manis, nggak mengganggu mereka yang mau khusyuk shalat.
Bahkan, mereka sebaiknya diajak shalat berjamaah, bukannya dibiarkan berlarian kesana sini.
Boleh melepas penat dengan berjalan jalan saja, tanpa berlarian.
Atau kalau pegel, ya bergulingan disajadahnya saja, nggak perlu jumpalitan dimana mana sambil tertawa dan teriak sekenceng kencengnya.

Ini jaman terbulak balik banget.

Jelas kelihatan, orang tua jarang yang bisa bersikap tegas kepada anak balitanya.
Padahal, sesungguhnya mereka sangat butuh dan perlu untuk diajarin rambu rambu kehidupan, tatakrama, etika, sopan santun,
Mereka butuh dan perlu belajar disiplin dan ketegasan.
Iya kan ?

Kalau kata orang sunda mah, banyak yang nyaah bonteng.
Sepertinya demi kasih sayang, nuruuuuuut aja kepada apa maunya anak.
Itu kan nggak mendidik?
Harusnya, kita bisa tegas dan menegakkan disiplin, agar anak mengerti, tahu, memahami dan menerapkan segala rambu berkehidupan sepanjang usianya.

Saturday, September 05, 2009

KOQ GAGAP MELULU YA....

Koq nggak blajar blajar sih ?
Koq gagap melulu ya......

Halah, soal apa pula ini ya...
Hehehehehe...sorryyyyy banget, itu tuh...soal penanggulangan bencana..

Koq kayaknya setiap ada bencana, gempa keq, longsor keq, banjir keq, dll, pemerintah kita, dalam hal ini yang berurusan dengan sosial dan kesejahteraan, kayak nggak punya program penanggulangan bencana yang cepat, tepat, efektif, efisien ya....

Sorry banget, bukannya si mamah kurang informasi, tetapi emang begitu koq kenyataannya.
Coba aja simak.
Gempa yang baruuuuu aja terjadi, siapa coba yang dengan cepat memberi bantuan yang cepat tepat efektif efisien.
Biasanya malah pihak swasta, relawan dll
Nggak ada tuh koordinasi antara pihak pemerintah dengan swsta.
Masing masing jalan sendiri dalam jalur yang berbeda.
Kan harusnya ada komandan lapangan yang menyatukan gerak langkah , bukan ?

Kan kalau komandannya jagoan, full power dan kualitasnya hebat, semua pihak juga pengen dong gabung biar menyatukan energi pertolongan, iya kan ?
Bahkan sejak saat pertama denger bencana, sudah pasti itu semua penolong akan berkoordinasi menyatukan langkah langkah bantuan.
Ini ???

Kecuali Departemen Kesehatan/Dinas Kesehatan ( ceileeee...bukannya karena si mamah dokter lhoooo) yang selalu segera turun ke lokasi dengan berbagai fasilitas, baik tenda, obat obatan, ambulance dll, dlsb dan juga aparat keamanan yang suka cepat tanggap untuk evakuasi korban, selebihnya sih lemot bin letoy bin lelet banget.
Coba deh perhatikan, baik yang dilokasi, didaerah atau di pusat, pasti lebih fokusnya ke "berapa bangunan yang rusak atau hancurrrr"......" berapa fasilitas umum yang nggak bisa dipergunakan lagi"
Jarang ada yang nanya " penduduk ditampung dimana, berapa banyak , komposisi pengungsinya bagaiman adan butuh apa serta apa yang sudah bisa disiapkan di lokasi saat itu?"
Hehehehehehe.....iya kan ?

Justru pihak swasta atau perorangan, relawan yang suka lebih cepat tanggap.
Mendirikan tenda lah, datengin WC umumlah, datengin air bersihlah, bikin dapur umumlah nyiapin nasi bungkus lah, bikin fasilitas MCK lah, susu bayi , selimut, minuman, pakaian,bawa gensetlah untuk penerangan malam, dll, dlsb.
Pokoknya bawain berbagai keperluan mendesak untuk hidup keseharian, untuk bertahan hidup sehat..
Bukan hanya yang mendesak secara fisik, bahkan kebutuhan emosi anak anakpun ditanggulangi sejak dini.
Banyak relawan yang turun ke lapangan mengajak bermain anak anak di pengungsian supaya ada kegiatan menghibur yang meminimalkan dampak trauma gempa.
Banyak pula yang turun jadi guru dadakan dengan membawa peralatan sekolah.

Kalau yang berwenang, malah sibuk ngitung bangunan rusak, fasilitas umum yang rubuh, kirim beras, indomie...
Trus dibagikan ke warga.....
Lha...gimana masaknya ya, kan semua peralatan sudah rusak pula.
Hehehehehe.....jadi standard pertolongannya cuma, hitung bangunan rusak, kirim beras......

Bayangin, menurut data salah satu group relawan, saat ini, setelah Gempa dahsyat Rabu lalu, di Pangalengan saja, disuatu kebun ada 4700 KK atau 15 ribu orang.
Coba...gimana makannya? tidurnya? MCK nya?
Makanya mereka menawarkan kepada donatur untuk turut membantu menyiapkan tenda, 1 juta untuk 3 tenda bagi 3 keluarga selama sebulan.
Trus, bahkan besok akan datang bantuan dari negara negara lain, termasuk dari Inggris, berupa tempat tinggal darurat, ya berupa tenda atau boxes.....hebat ya ?
Sementara team medisnya, juga team bantuan pangan, MCK, air bersih sudah wara wiri sejak hari kejadian.
Tenda mulai didirikan sejak awal, genset dipasang, MCK dibikin, air bersih didatangkan pula, nasi bungkus dan susu bayi dibagikan, selimut disiapkan, sementara yang lainnya gencar menginfokan kebutuhan mendesak yang dibutuhkan, dan segera menyalurkannya.

Di memori kita, kalau ada bencana, kan kelihatan banget, dimana mana ngumpulin beras, gula, indomie, pakaian bekas.
Lantas ditimbun dulu, baru dibagikan seminggu kemudian.

Masih inget kejadian Situ Gintung?
Saking banyaknya bantuan bahan mentah dan pakaian , sampai sampai tenda pengungsi tersita tempatnya oleh karung beras dan dus indomie...hehehehe.

Seandainya saja pusat penanggulangan bencana nggak gagap, bisa mengkoordinasikan semuuuuuua bantuan, alngkah eloknya ya.


Semua data jumlah pengungsi jelas terinformasikan kepada siapa saja, berapa orang, berapa balita dlsb.
Lantas, kebutuhan apa saja yang harus segera banget sampai ke tempat pengungsian penduduk, tenda, makanan siap makan, minuman, susu, air bersih, MCK, genset, selimut ( pangalengan gitu loh....dingiiiiiin ), pakaian dlsb.
Donatur cuma kirim duit sajalah, biar koordinator yang membelinya dan membagikannya segera sesuai kebutuhan, iya nggak ?

Begitulah, kan seharusnya ada skala prioritas, kebutuhan primernya dulu diatasi, baru kebutuhan lainnya bisa menunda hari.
Ini?
Malah sibuk ngitung fasilitas umum yang roboh....hehehehehehe.

Setiap kejadian bencana, si mamah bahkan suka heran, koq nggak ada yang nyumbang pembalut wanita ya.....heheheheh
Kasihan kan para perempuan yang sedang memerlukannya?
Nggak ada air, nggak ada pakaian ganti, nggak ada pembalut pula.
Sighhhhhhhh.

Kayaknya, perlu ada seminar penanggulangan bencana ya.
Trus, dibentuk saja Team tetap untuk jangka waktu 5 tahunan, yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat yang bener bener suka cepat tanggap, dan cepat bertindak dengan tepat,

Bagaimana????

Thursday, September 03, 2009

GEMPA

Bumi gonjang ganjing, dinding bergetar, tiang bergoyang, bunyi gemeletuk seakan bangunan mau roboh terdengar dimana mana.
Di parkiran, di lobby, di lantai 2,3,4,110, 31, 35.........yang terasa hanyalah goncangan dahsyat seakan mencerabut seluruh tiang pancang bangunan.
Panik, panik dan panik dimana mana.

Orang berebut memburu tangga, dan akhirnya berebut pula keluar tempat parkir, macet dimana mana.

Gempa, nggak milih tempat nggak milih orang.
Semua merasakan dan semua bereaksi sama, kaburrrrrrrr.
Bukan hanya orang jalanan, bahkan petinggi negarapun seketika kehilangan kata kata didalam forum resmi.
Yang teringat cuma....keluarrrrrr secepatnya.
Maka, tampaklah di halaman gedung, parkiran kantor, halaman apartemen, pemandangan yang nyaris sama.
Orang terduduk lesu kelelahan menuruni tangga, pucat pasi dan wajah panik, serta....pakaian apa adanya.
hehehehe...ada selebriti cuma pakai boxer doang, tanpa alas kaki pula.

Gempa, yang cuma secuil saja dari kedahsyatan alam, dari "kekuatan" Sang Khalik, sudah bikin manusia lintang pukang,kalang kabut dalam kepanikan dan ketakutan yang amat sangat.

Masih adakah yang menyangsikan KebesaranNya?
KegagahanNya?
KekuasaanNya ?.

Ya Rabb, Illahi rabbi yang Maha Pengampun, ampuni semuuuaaaa dosa dosa kami.
Ya Allah Yang Maha Gagah, lindungi kami selalu dengan sifat Rahman dan RahimMu.
Ya Rabbalalamin Yang Maha Memiliki segalanya, hanya kepadaMu kami berserah diri.
Tiada daya dan upaya kami sebagai mahlukMu.

Lindungi kami selalu ya Rabb, dalam keselamatan, kedamaian, ketenangan, kemudahan urusan, kelapangan hati, kegembiraan, keceriaan, kesukacitaan, kebahagiaan, kemakmuran, kesejahteraan, kemuliaan dunia akhirat dan jaga kami selalu agar senantiasa bisa full manfaat sampai ujung usia, amin