Saturday, March 28, 2009

PETAKA

Masih adakah yang menyangsikan kebesaran Allah setelah kebesaran Allah secara gamblang tampak jelas didepan mata?

Masih adakah yang meragukan akan ke Maha Hebatan Sang Pencipta ?
Begitu mudahnya Yang Maha Memiliki Segalanya mengambil kembali semuuuuuua yang sudah dititipkanNya kepada kita?

Masih adakah yang akan lalai mengingatNya, setelah kedahsyatan petaka mengingatkan kita semua betapa dekatnya petaka, tragedi, musibah disekitar kita?

Ketika alam pikiran kita sudah terkonsep bahwa tsunami itu datang hanya ditepi pantai setelah gempa dahsyat, adakah yang menduga bahwa tsunami pun bisa terjadi dimana saja?
Bahkan di Ciputat yang jauuuuuuuuuh banget dari bibir pantai?

Gelombang terjangan air setinggi 8 meter menyapu semua yang ada jauh dari bibir pantai.
Siapa yang mengira?

Jebolnya bendungan Situ Gintung sekitar subuh kemarin di Ciputat, membuat kita banyak tepekur, merenung.

Bahwa, siapapun, dimanapun, kapanpun, jika waktu sudah berujung, selesailah sudah.

Bahwa, tidak ada daya kita untuk mempertahankan segalanya yang sudah Allah titipkan kepada kita.
Rumah, kendaraan, barang barang, surat berharga, istri, suami, anak, mantu, cucu, dlsb.

Ketika Yang Memiliki Segalanya meminta kembali, apapun, kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun, nggak ada yang bisa menundanya barang sepersekian detikpun.

Bahwa manusia itu boro boro pinter, tahunya tsunami cuma dipantai kan?

Bahwa sebagai manusia yang akan diminta pertanggung jawabannya kelak, kita harus benar benar profesional dalam bidang apapun, dalam setiap langkah kehidupan.

Sebagai pengelola bendungan, ya kudu rajin rajin nengokin, jangan sampai kecolongan adanya kerusakan, apalagi yang fatal menyebabkan hilangnya puluhan nyawa.
Sebagai penduduk, ya kudu pinter pinter nyari pemukiman jangan didaerah resapan air.
Sebagai pemberi ijin bangunan, ya kudu profesional atuh, bener nggak didaerah situ boleh ada bangunan.
Sebagai pemegang amanah memerintah, ya kudu pinter atuh memeratakan lapangan pekerjaan dan pembangunan serta kesejahteraan, sehingga rakyat nggak tumplek blek kayak laron , semuuuuua pengen ke ibukota.

Pokoknya, dalam setiap kejadian, apalagi petaka, banyak hal yang bisa direnungkan untuk melangkah lebih baik, lebih sesuai dengan maunya Yang Maha Memiliki Segalanya.

Semoga kita semua bisa mendapat pencerahan, bagimana melangkah meniti jalan pulang dengan jauh lebih baik, amin

Salam

Monday, March 23, 2009

SAATNYA RAKYAT JADI RAJA

Ternyata......ada juga ya saatnya rakyat jadi raja.
Bukan hanya 1 orang yang jadi raja, tapi berjuta juta orang yang barengan jadi raja.

Maksudnya?
Ya itu....
Rakyat jadi dilayanin, diladenin, dimanja, diperhatikan, diperebutkan, dipenuhi keinginannya oleh sebagian orang.
Iya nggak?

Ini momen lima tahun sekali.
Saatnya rakyat jadi raja untuk sebulaaaaaan aja.
Dan kemudian....dilupakan kembali untuk jangka waktu lima tahun kedepan.

Nggak percaya?
Coba deh tengok seputar kita.
Tiap hari rakyat ganti baju.
Kadang biru, kadang hijau, kadang merah, kadang kuning, kadang putih dll, dlsb.
Bergembira ria sekeluarga, naik mobil, naik bis, naik truk, naik motor.
Bahkan anak kecilpun dibawa bawa.

Mereka bawa bendera kecil, bendera sedang, bendera besar, bawa umbul umbul.
Pake ikat kepala, bawa payung, dll, dlsb.
Sepanjang hari dangdutan atau keliling kota beramai ramai beriring iringan.

Mereka melupakan kesusahannya, karena memang mereka benar benar dijamu.
Diberi tumpangan kendaraan, pakaian, topi, payung, kerudung, bahkan diberi makanan, minuman dan ongkos jalan.

Nggak percaya ?
Sekali lagi, coba tengok keluar sebentar.

Orang yang sama, setiap hari punya kesibukan baru, ialah wara wiri, hilir mudik, berganti ganti kaus dan ikat kepala.....heheheheheh.

Jadi.....
Siapa yang mengklaim massanya banyak?
Hahahahahahahha....orang yang diklaim massanya, besok juga pindah ke lapangan lain koq dengan kaus dan atribut warna lain pula.

Itulah enaknya jadi raja.
Suka suka aja, mau ngapain, mau jalan kemana.
Yang penting dijamu, bukan ?

Perkara nyontreng ?
Gimana nanti aja atuh tanggal 9 April.
Ada lho orator yang menganjurkan, "Ambil uangnya, contrengnya sih no XX aja nanti"....
Hehehehehe...belajar terima suap kecil kecilan tuh...
Kalau dijumlah se Indonesia, itu kan sudah guedeeeee banget besaran uang sogokannya.
Iya nggak?

Musim merayu, musim gombal gombalan, musim menjejali rakyat dibikin kenyang sampai nnnneg dengan janji janji gombal.
Dan musim belajar menyogok dan terima sogokan kecil kecilan.

Duuhh...koq dari dulu modelnya nggak berubah sih?
Main sogok dan minta disogok.
Main suap dan minta disuap.

Rakyat teteeeep aja nggak ngarti ngarti.
Kalau sekarang banyak berhamburan sogokan dan pemberian, nanti kan dia minta balik lagi . Pengen balik modal.Bahkan lebih rakus dari sekedar balik modal bukan?
Kita lagi ntar yang kena ekonomi biaya tinggi.

Harusnya, rakyat juga sudah bisa bilang :
"Katakan tidak pada sogokan dan pemberian apapun"

NO FREE LUNCH........hehehehehe
Sagala oge kedah mayar , sanes kitu?
Ini ? boro boro mau nyumbang seratus duaratus, seribu duaribu..malah menadahkan tangan...lho koq cuma kerudung, amplopnya mannnna ???

Jadi, saat ini memang rakyat lagi dijadiin raja, sekaligus tujuan penyogokan.
Tapi jangan lupa, selesai nyontreng juga semua akan kembali keasal.
Rakyat kecil jadi orang yang terpinggirkan, boro boro diurus diperhatikan, diinget juga nggak....

Makanya, kalau mau negara ini bagus, pemerintahan ok, kitanya juga harus ikut aktif bebenah, beberesih dan menyingsingkan lengan baju.
Jangan malah memberatkan dengan membuat orang nagih modal sama kita semua.
Raja koq minta disogok, minta disuap, minta dijejali hadiah......

Jadi....Selamat memilih, memilih dan memilih.
Kalau sempet , mampir di postingan si mamah sebelumnya tentang NYONTRENG dan EVERYBODY, SOMEBODY dan NOBODY.

Kita nyontreng yang baik dan benar ya.
Salam.

Thursday, March 05, 2009

EVERYBODY,SOMEBODY DAN NOBODY


Sudah tahu ceritera tentang Everybody, Somebody dan Nobody ?



Si Mamah juga baru tahu dari temen di milis nih.



"There is a big work coming up very soon. Everybody thinks Somebody should have been tasked to do it. What actually happen then...at the end of the day... Nobody does it"



Nah lhooooo..




Itu gambaran kita kan?



Ngarepin orang lain yang mengerjakan segala sesuatu agar kita semua sejahtera, bahagia, mulia dunia akhirat, sambil kita nggak ikutan ngerjain apapun.




Ngarepin orang lain nyontreng, milih wakil rakyat dan presiden yang bener, yang akan mengangkat harkat martabat dan kesejahteraan seluruh negeri sambil kita ogah ikutan nyontreng atau kita ogah milih yang bener.



Ngarepin segala sesuatunya akan baik baik aja dikerjakan oleh yang lainnya sambil kita ongkang kaki ogah ikut cawe cawe banting tulang memeras otak dan membuang keringat?



Atau, lebih parah lagi peran kita bahkan kayak si Fulan di cerita kolam susu.



Pernah denger nggak cerita tentang si Fulan dan kolam susu?



Alkisah, sang raja memerintahkan seluruh rakyat di negerinya untuk menyumbangkan segelas susu ke kolam baru.



Si Fulan, malam malam, memasukkan segelas air, bukan segelas susu, karena dia pikir...."ah, cuma segelas air diantara sekolam susu, mana kelihatan?"......nggak ngepek kata si Uming sih.



Maka, keesokan harinya, seluruh kerajaan menyaksikan, yang terjadi adalah adanya sekolam air, bukan kolam susu.



Apa pasal?


Semua rakyat berpikiran kayak si Fulan.......


Ah, cuma segelas air dari sekolam susu koq, mana kelihatan kan partisipasi dia yang nggak bener?



Nah...lho......



Naaaah...kalau kita semua punya karakter, sikap atau perilaku seperti dalam cerita si Everybody, Somebody dan Nobody, apalagi karakter kayak si Fulan di cerita kolam susu, maka jangan harap negeri kita akan aman damai adil makmur merata sejahtera tata tentrem kerta raharja.



Coba bayangin kalau semua buang sampah sembarangan atau mencemari sungai, kan pikirannya:"ah, mana ada dampaknya, kan cuma gue?"

Coba bayangin kalau semua nebangin pohon, kan pikirannya:"ah, mana ada dampaknya, kan cuma gue?"

Coba bayangin kalau semua sembarangan nyalain lampu yang nggak perlu dipake, kan pikirannya:"ah, mana ada dampaknya, kan cuma gue?"

Coba bayangin kalau semua sembarangan nyalain kran air, kan pikirannya :"ah, mana ada dampaknya, kan cuma gue?"

Coba bayangin kalau semua nggak mau disiplin, nggak mau ngantri, nggak mau on time, kan pikirannya :"ah, mana ada dampaknya, kan cuma gue ?"

Dan seterusnya, dan seterusnya.
Dijamin deh, kita semua akan menukik, menukik dan menukik semakin tenggelam, hilang dari percaturan dunia.



Mau?


Amit amit kan?



Jadi.......



Hayu atuh bulatkan tekad, kuatkan semangat, singsingkan lengan baju.



Kita serempak bekerja keras, mengambil peran semaksimal mungkin agar tercapai azas manfaat bagi sebanyak banyak mahlukNya.




Sok......derrrrrr ah.