Mulai rame nih.....
Dimana mana ada geliat yang menunjukkan adanya pergantian tahun.
Iklan acara tahun baruan memang sudah gencar sejak 2 minggu lalu.
Tukang terompet?
Nah ini yang harus diacungin jempol.
Dari tahun ketahun makin kreatif saja para pembuat terompet untuk rakyat ini ya.
Lihat aja terompet yang dijajakan dipinggir pinggir jalan.
Mulai dari ukuran mini sampai jumbo ada tersedia.
Mulai dari yang lurus sampai yang berkelok kelok berlipat lipat ada.
Mulai dari yang gepeng sampai yang bulet juga ada.
Mulai dari yang berbahan dasar kertas sampai plastik juga ada.
Belum lagi warnanya, merah, kuning, hijau, biru, keperakan, keemasan
Ada jumbai jumbainya lagi........wouw keren
Harganya?
Juga terjangkau semua lapisan masyarakat.
Bunyinya?
Seru abis...
Mulai dari yang melengking tinggi kayak penyanyi sofran sampai yang berat kayak bariton.
Hebat nggak tuh tukang trompet.
Resesi? Krisis ekonomi? Krisis global?
Si emang emang terompet mah tetep aja tersenyum optimis jualannya laku.
Nggak ngaruh tuh gembar gembor berita PHK gede gedean, pabrik tutup dll dlsb
Setiap pergantian tahun, yang notabene sebenarnya sami mawon dengan hari hari biasa, cuma ganti kalender doang, memang dihadapi dengan beragam reaksi.
Ada yang pesimis, ada yang optimis, ada yang menunggu ramalan, ada yang total depresi....pokoknya macam macam reaksi deh.
Sebetulnya, kalau mau sehat sih, introspeksi, evaluasi diri kan seharusnya dilakukaan setiap saat bukan?
Tapi mau review tahunan juga ya mangga aja, silakan saja atuh, nggak ada yang melarang koq.
Buatku, introspeksi atau evaluasi sih setiap saat aja deh, biar lebih sering.
Tapi, secara kebetulan, blogwalking, mampir ke Nofieiman.com, ada postingan bagus tentang keuangan.
Keuangan kan penting banget buat ibu ibu bukan?
Ada beberapa hal yang teringat dari tulisan tsb.
Diantaranya ialah bahwa kekayaan, bukanlah ditentukan oleh besarnya penghasilan, tetapi oleh selisih antara penghasilan dan pengeluaran.
Orang yang gajinya 10 juta tapi pengeluarannya 9 juta, tidaklah lebih kaya dari orang yang gajinya 3 juta tapi penghasilannya 1,5 juta.
Jadi yang penting, menabung atau investasi bukan?
Trus, disitu juga ada cuplikan nya Benyamin Franklin, katanya : If you would be wealthy, think to save as well as getting. When you earn a dollar, try to save a minimum 20 cents.
Memang, sering banget si mamah denger, kudu atau wajib atau diupayakan sangat, kita tuh segera menyimpan atau menginvestasikan 20 % dari penghasilan, berapapun penghasilan kita.
Sederhana diungkapkan tapi sulitnya bukan main untuk dilaksanakan.
Namanya juga ibu ibu, gampang selingkuh atau menyeleweng dibidang keuangan, hehehehe.
Kepasar mau beli beras, daging, sayuran....eh, malah jajan sotomie, bubur ketan item, onde onde, pastel, bacang,lumpia, dll, dlsb.
Selintasan kepikir makanan kesukaan orang rumah...ya beli, beli, beli.
Sampai dirumah, ternyata belinya kebanyakan....halah.
Ketika ke supermarket beli susu, buah buahan....eh mampir Pizza Hut atau JCo karena inget anak dirumah.
Lupa, penganan tadi pagi juga masih banyak, ada roti, ada kue dll, dlsb.
Naaaaah, makanya pergantian tahun, bagi ibu ibu sih yang penting kan perencanaan keuangan bukan ?
Lebih penting lagi ya melaksanakannya , sanes kitu ?
Konon, katanya, untuk berhemat atau menabung, kudu diubah mind setnya juga.
Yang seneng gonta ganti HP, ya dipikirin...apa gunanya sih?
Yang seneng gusak gesek kartu kredit, dipertimbangkan dulu, buat apa?
Yang seneng bikin baju, beli sepatu, beli tas atau pelengkap lainnya.....pikir lagi, buat apa?
Itu lemari udah nggak muat nerima penghuni baru koq.
Buat si mamah, yang HP nya jadul banget, cuma bisa dipake nilpon dan sms an, yang nggaak suka gonta ganti sepatu atau tas, jarang beli baju apalagi gonta ganti mobil atau gosak gesek kartu kredit, bisa juga koq kayaknya melakukaan penghematan di belanja rumah tangga.
Dilihat dulu baik baik persediaan bulanan, baru beli sesuai catatan.
Untuk belanja harian, ada kiat baru nih.
Kalau yang makan dirumah cuma sedikit, ya beli jadi aja atuh, lebih hemat.
Bisa ditilpon dari rumah pula biar mata nggak jelalatan beli ini itu.
Atau...suruh aja pembantu kepasar, belanja untuk beberapa hari sesuai catatan, dijamin nggak akan ada jajanan yang berlebihan, nggak ada penyelewengan, kan kitanya nggak lihat.
Trus, variasi menu , serta jumlah yang disajikan juga bisa dikaji ulang kan?
Cukup 2 macam hidangan aja deh.
Bervariasi, bergizi dan pas jumlahnya.
Tuh....dari dapur aja bisa dievaluasi kan?
Bisa banyak perubahan untuk penghematan.
Jadi....tahun baru 2009 siapa takut?
Semoga di tahun 2009 kita bisa tetap full energi, memberi sebanyak banyak manfaat kepada sebanyak banyak mahlukNya, amin.
Happy New Year !
Tuesday, December 30, 2008
Monday, December 29, 2008
SAREUKSEUK
Sareukseuk?
Apa ya bahasa Indonesianya?
Mata menjadi sepet?
Terganggu penglihatan?
Ya begitulah kira kira.
Apa yang bikin sareukseuk?
Ya itulah.
Sekarang kalau keluar rumah, mau refreshing, pengen melihat pemandangan indah , suliiiiit banget.
Pengen lihat yang hijau royo royo, udah jarang terlihat.
Pengen sejauh mata memandang cuma energi positif berupa ciptaanNya, pepohonan, tetumbuhan, hijau dedaunan, bunga warna warni, susaaaah banget.
Coba, bagaimana nggak sareukseuk?
Baru aja keluar rumah, apalagi keluar perumahan, apalagi ke jalan raya, itu pemandangan yang mengganggu penglihatan......duuuuuuuh.
Ada yang ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran menengah,ukuran besar, ukuran jumbo...halah.
Ada yang terpasang dipohon, dipager, didinding toko, ditembok tembok, berdiri diruang terbuka......wadooowww
Ada yang berjas biru, hijau, merah, kuning, ungu.....beueueueueueueu
Ada yang berlatar belakang pohon, binatang, masjid, kabah, simbol, halah.
Ada yang rambutnya disahedeng( hehehehe...ini model jadul jaman elvis ), ada yang kriting, ada yang cepak, ada yang disasak tinggi tinggi, ada yang disanggul, ada yang baru keluar salon, ada yang dikerudung, ada yang berkopiah, ada yang berpeji haji.....walaw...
Ada yang full make up, ada yang pose miring, pose menghadap kedepan, ada yang tersenyum, menyeringai,.....wouuuuw
Ada yang full gelar sampai ke haji haji nya diringkid.
Ada yang pake embel embel berjiwa patriotik, berjiwa sosial, peduli rakyat miskin, mengupayakan kesejahteraan keadilan kemakmuran keamanan ketertiban, ke"gratis"an.....halah.
Pokoknya, kemanapun mata memandang, sekarang banyak warna warni seringai wajah dari berbagai model manusia.
Komplit dengan nomor partai dan nomor urutnya.
Intinya : dagang alias jualan.
Gustiiiiiiiiiii.....
Jaman apa ini?
Malah pusying sebelum mencoblos nih, eh...memilih ya nggak mencoblos?.
Energi sudah berkurang dimana mana.
Apalagi melihat poster, spanduk, pajangan yang beraneka rupa dan beraneka kesan.
Mumet banget.....sareukseuk pisan.
Mau milih siapa?
Gimana kita tahunya karakter dia, track record dia, kesungguhan dia untuk mengabdi, kerja keras dia dan totalitas dia untuk membangun negeri, profesionalismenya dll dlsb?
Gimana?
Coba, yang sekarang aja, dari sekitar 550 orang, di berita minggu lalu konon yang hadir untuk membahas Undang Undang penting katanya cuma 270 an, dan sampai akhir sidang tinggal 65 orang.
Kumaha coba?
Udah dibilang yang terhormat, digaji gede, fasilitas komplit.
Koq ?
Bagaikan milih kucing dalam karung bukan?
Orang mulai membicarakan akan mencoblos si anu dari partai anu.
Atas dasar apa?
Kata pengemudiku. katanya abis dia yang kemarin bantu bantu kerja bakti di kampungku, dia kirim gorengan.
Trus ibu itu juga mau bagi bagi amplop dan kerudung di pengajian pengajian.
Sebegitu cetekkah mental mayoritas bangsa ini?
Bisa dibeli dengan sedikit materi tanpa peduli dia itu serigala bahkan hyena?
Apa yang terjadi nanti dengan harkat martabat dan perkembangan bangsa dan negara ini?
Apalagi, puluhan persen pemilih kan type type beginian, gampang dibeli dengan iming iming sebungkus nasi, sekantung sembako atau sebuah kerudung.
Gustiiiiiiiii
Nanti, kalau sudah terpilih, duduk dikursi singgasana, dan nggak peduli rakyat, lagi lagi para pemilih yang salah pilih ini menyalahkan pemimpin negara.
Lha....yang milih mereka siapa dulu untuk ikut ngurusin kita?
Mau melangkah aja koq jadi ribet, pajurawet....iya kan?
Ujung ujungnya, kita akan memilih kucing dalam karung bukan?
Bahkan bukan kucing garong, ini sih termasuk jenis serigala atau hyena kali ya.
Belum masa kampanye aja, belum saat pemilihan aja, ini mata udah sareukseuk banget.
Boro boro bisa milih dengan baik dan benar........
Tuuuuh lihat...banyak yang menyeringai di jalanan.....hiiiiyyyyy
Satu hal yang kepikiran simamah, nanti sampahnya gimana ya?
Menggunung banget bukan????
Tuuuuh, udah bikin masalah lagi sama alam ciptaanNya, iya nggak?
Ampuuuuun Gustiii.
Ada nggak ya yang bikin poster dari kue kue...trus kuenya dibagikan?
Atau dari coklat, dari buah buahan atau sayuran?
Atau dari permen?
Atau dari kemasan kemasan mie, kopi, sabun colek ?
Hhiiiii..kebayang ya...terong jadi alis, kangkung jadi kumis, manggis jadi mata, alpuket jadi telinga.
Atau jahe jadi kuping, kapulaga jadi mata, cengkeh jadi bibir, kencur jadi hidung...whoaaaaa, seru... dan menarik
Hehehehehe...ide brilyan si mamah awas kalau ditiru ya...
Ada hak patennya lho.......
Nanti, kalau setelah keluar postingan ini terlihat ada yang berkampanye dengan cara begitu, bilangin kudu lapor dan bayar ke si mamah ya.....
Duitnya buat membantu anak anak yang terancam putus sekolah gitu ya......beneran lho.
Yuk ah
Selamat berkompetisi dengan sehat aja deh.
Berniat, berpikir, berbuat yang terbaik untuk sebanyak banyak mahlukNya, amin.
Mau milih siapa si mamah?
Duka teh teuing...masih sareukseuk nih...
Apa ya bahasa Indonesianya?
Mata menjadi sepet?
Terganggu penglihatan?
Ya begitulah kira kira.
Apa yang bikin sareukseuk?
Ya itulah.
Sekarang kalau keluar rumah, mau refreshing, pengen melihat pemandangan indah , suliiiiit banget.
Pengen lihat yang hijau royo royo, udah jarang terlihat.
Pengen sejauh mata memandang cuma energi positif berupa ciptaanNya, pepohonan, tetumbuhan, hijau dedaunan, bunga warna warni, susaaaah banget.
Coba, bagaimana nggak sareukseuk?
Baru aja keluar rumah, apalagi keluar perumahan, apalagi ke jalan raya, itu pemandangan yang mengganggu penglihatan......duuuuuuuh.
Ada yang ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran menengah,ukuran besar, ukuran jumbo...halah.
Ada yang terpasang dipohon, dipager, didinding toko, ditembok tembok, berdiri diruang terbuka......wadooowww
Ada yang berjas biru, hijau, merah, kuning, ungu.....beueueueueueueu
Ada yang berlatar belakang pohon, binatang, masjid, kabah, simbol, halah.
Ada yang rambutnya disahedeng( hehehehe...ini model jadul jaman elvis ), ada yang kriting, ada yang cepak, ada yang disasak tinggi tinggi, ada yang disanggul, ada yang baru keluar salon, ada yang dikerudung, ada yang berkopiah, ada yang berpeji haji.....walaw...
Ada yang full make up, ada yang pose miring, pose menghadap kedepan, ada yang tersenyum, menyeringai,.....wouuuuw
Ada yang full gelar sampai ke haji haji nya diringkid.
Ada yang pake embel embel berjiwa patriotik, berjiwa sosial, peduli rakyat miskin, mengupayakan kesejahteraan keadilan kemakmuran keamanan ketertiban, ke"gratis"an.....halah.
Pokoknya, kemanapun mata memandang, sekarang banyak warna warni seringai wajah dari berbagai model manusia.
Komplit dengan nomor partai dan nomor urutnya.
Intinya : dagang alias jualan.
Gustiiiiiiiiiii.....
Jaman apa ini?
Malah pusying sebelum mencoblos nih, eh...memilih ya nggak mencoblos?.
Energi sudah berkurang dimana mana.
Apalagi melihat poster, spanduk, pajangan yang beraneka rupa dan beraneka kesan.
Mumet banget.....sareukseuk pisan.
Mau milih siapa?
Gimana kita tahunya karakter dia, track record dia, kesungguhan dia untuk mengabdi, kerja keras dia dan totalitas dia untuk membangun negeri, profesionalismenya dll dlsb?
Gimana?
Coba, yang sekarang aja, dari sekitar 550 orang, di berita minggu lalu konon yang hadir untuk membahas Undang Undang penting katanya cuma 270 an, dan sampai akhir sidang tinggal 65 orang.
Kumaha coba?
Udah dibilang yang terhormat, digaji gede, fasilitas komplit.
Koq ?
Bagaikan milih kucing dalam karung bukan?
Orang mulai membicarakan akan mencoblos si anu dari partai anu.
Atas dasar apa?
Kata pengemudiku. katanya abis dia yang kemarin bantu bantu kerja bakti di kampungku, dia kirim gorengan.
Trus ibu itu juga mau bagi bagi amplop dan kerudung di pengajian pengajian.
Sebegitu cetekkah mental mayoritas bangsa ini?
Bisa dibeli dengan sedikit materi tanpa peduli dia itu serigala bahkan hyena?
Apa yang terjadi nanti dengan harkat martabat dan perkembangan bangsa dan negara ini?
Apalagi, puluhan persen pemilih kan type type beginian, gampang dibeli dengan iming iming sebungkus nasi, sekantung sembako atau sebuah kerudung.
Gustiiiiiiiii
Nanti, kalau sudah terpilih, duduk dikursi singgasana, dan nggak peduli rakyat, lagi lagi para pemilih yang salah pilih ini menyalahkan pemimpin negara.
Lha....yang milih mereka siapa dulu untuk ikut ngurusin kita?
Mau melangkah aja koq jadi ribet, pajurawet....iya kan?
Ujung ujungnya, kita akan memilih kucing dalam karung bukan?
Bahkan bukan kucing garong, ini sih termasuk jenis serigala atau hyena kali ya.
Belum masa kampanye aja, belum saat pemilihan aja, ini mata udah sareukseuk banget.
Boro boro bisa milih dengan baik dan benar........
Tuuuuh lihat...banyak yang menyeringai di jalanan.....hiiiiyyyyy
Satu hal yang kepikiran simamah, nanti sampahnya gimana ya?
Menggunung banget bukan????
Tuuuuh, udah bikin masalah lagi sama alam ciptaanNya, iya nggak?
Ampuuuuun Gustiii.
Ada nggak ya yang bikin poster dari kue kue...trus kuenya dibagikan?
Atau dari coklat, dari buah buahan atau sayuran?
Atau dari permen?
Atau dari kemasan kemasan mie, kopi, sabun colek ?
Hhiiiii..kebayang ya...terong jadi alis, kangkung jadi kumis, manggis jadi mata, alpuket jadi telinga.
Atau jahe jadi kuping, kapulaga jadi mata, cengkeh jadi bibir, kencur jadi hidung...whoaaaaa, seru... dan menarik
Hehehehehe...ide brilyan si mamah awas kalau ditiru ya...
Ada hak patennya lho.......
Nanti, kalau setelah keluar postingan ini terlihat ada yang berkampanye dengan cara begitu, bilangin kudu lapor dan bayar ke si mamah ya.....
Duitnya buat membantu anak anak yang terancam putus sekolah gitu ya......beneran lho.
Yuk ah
Selamat berkompetisi dengan sehat aja deh.
Berniat, berpikir, berbuat yang terbaik untuk sebanyak banyak mahlukNya, amin.
Mau milih siapa si mamah?
Duka teh teuing...masih sareukseuk nih...
Sunday, December 28, 2008
MAHAR
Mahar?
Iya mahar, bukan nama orang, tapi lebih populer dikenal sebagai Mas Kawin kali ya.
Kan setiap ijab kabul kita selalu mendengar....."Saya nikahkan putri saya bernama X kepada ananda Y dengan mas kawin berupa Z sejumlah sekian, tunai"...
Postingan ini terinspirasi oleh kisah pembantuku, sebut saja namanya Ina.
Konon, ketika dia berusia 17 tahun, dengan memalsukan usia, dia bisa jadi TKW di Malaysia selama hampir 3 tahun.
Kontrak pertama selama 2 tahun dengan catatan nggak boleh kontak dengan siapapun, juga nggak boleh ada hubungan dalam bentuk apapun dengan keluarga.
Setelah nyaris 3 tahun, dia mudik dan seluruh duitnya diserahkan kepada ibunya.
Alhamdulillah bisa beli beberapa ekor sapi untuk diternak.
Nggak berapa lama, ibunya menjual 1 sapi untuk biaya pernikahan Ina dengan lelaki pilihan ibunya yang bekerja sebagai petani di kampungnya.
Pernikahan yang cuma bertahan 3 hari, terputus karena Ina kabur, menjadi pembantu rumah tangga kesana sini sampai akhirnya terdampar dirumahku.
Konon, agar suaminya mau menceraikannya, si ibu di kampung kudu membayar beberapa juta, supaya keluar kata lisan "menceraikan."
Tanpa surat surat?
Kayaknya gitu deh, mau menikah, mau bercerai, nggak ada ceritanya surat dari KUA setempat.
2 minggu lalu, Ina mudik kekampungnya di Sukabumi.
Apa yang terjadi ?
Suatu ketika, bapaknya berkata : " Itu si Ujang , suami kamu sekarang. Kemarin bapak dan si Ujang sudah ijab kabul di pak lebe ( amil atau penghulu ? )"
Astaghfirullahaladziim.
Jaman apa ini?
Segampang itukah proses menikah?
Apa mahar dari suami pertama dulu?
Apa mahar dari si Ujang ?
Kerja apa si Ujang?
Tadi pagi, si Ujang ngotot mau membawa Ina pulang kampung.
Entah mau kerja apa disana, si Ujang kan di kampung saat ini mencari rumput buat ternak.
Mau dinafkahin apa istrinya?
Sementara si Ina masih betah untuk bekerja, menghidupi dirinya sendiri dan uang hasil kerja kerasnya dia kirim utuh ke kampung.
Jadi inget relasi si mamah yang baru kenal ketika harus mengantar pasien ke RS di Arab Saaudi.
Misbach namanya.
Dari Misbach, si mamah tahu, di Arab sana, raja menentukan nilai mahar minimal.
Tadinya 100 ribu reyal adalah syarat minimal bagi seorang lelaki yang mau menikahi perempuan pilihannya.
Berapa rupiah tuh...260 juta kali ya.
Tetapi berhubung jadi banyak perawan tua, dan lelaki menjomblo karena nggak punya duit buat mahar, maka beberapa tahun ini diturunkan nilai mahar terendah, ialah 50 ribu reyal.
Pantesan, beberapa roomboy di Hotel baik di Madinah ataupun Makkah, selalu berkata kepada si akang : " Kamu lelaki yang beruntung, bisa menikahi perempuan yang kamu cintai"....
Halah........Lha iyalah alhamdulillah bisa menikahi perempuan yang dicintai, bukan begitu?
Taunya, pendapat mereka begitu tuh dikaitkan dengan uang mahar rupanya ya.
Kata Misbach, seorang bapak yang mengerti dan sayang anaknya, akan minta mahar yang tinggi buat anaknya.
Kenapa?
Lha...kalau dalam pernikahan terjadi kekerasan atau perempuan tak terjamin dan tak bahagia, kan perlu biaya untuk mengurus gugatan.
Darimana uangnya kalau perempuan nggak dibayar dengan mahar yang mahal tinggi tinggi?
Mahal lho bu biaya untuk menggugat itu, demikian kata Misbach.
Dengan mahar atau mas kawin yang tinggi, perempuan menjadi punya "amunisi", bisa tegar, besar hati dan gagah mandiri seandainya terjadi hal hal penganiayaan atau pendzaliman dalam keluarganya.
Iya, bener juga ya.....
Coba , bandingkan dengan umumnya di Indonesia.
"Saya nikahkan putri saya X dengan ananda Y dengan maskawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..."
Halah.....
Kalau suami menganiaya, melakukan kekerasan, menyengsarakan, mendzalimi, darimana punya biaya menggugat ?
Makanya banyak perempuan tertekan, stress, depressi dll, dlsb, dan mengakibatkan pengasuhan anak anak menjadi nggak optimal.
Bukan hanya karena perempuan malu untuk menggugat cerai karena menjadi aib , takut karena ditakut takuti adzab kalau menggugat cerai, tapi juga karena alasan ekonomi.
Dipikir pikir, raja Arab itu melindungi kaum perempuan ya dengan SK nya....
Iya mahar, bukan nama orang, tapi lebih populer dikenal sebagai Mas Kawin kali ya.
Kan setiap ijab kabul kita selalu mendengar....."Saya nikahkan putri saya bernama X kepada ananda Y dengan mas kawin berupa Z sejumlah sekian, tunai"...
Postingan ini terinspirasi oleh kisah pembantuku, sebut saja namanya Ina.
Konon, ketika dia berusia 17 tahun, dengan memalsukan usia, dia bisa jadi TKW di Malaysia selama hampir 3 tahun.
Kontrak pertama selama 2 tahun dengan catatan nggak boleh kontak dengan siapapun, juga nggak boleh ada hubungan dalam bentuk apapun dengan keluarga.
Setelah nyaris 3 tahun, dia mudik dan seluruh duitnya diserahkan kepada ibunya.
Alhamdulillah bisa beli beberapa ekor sapi untuk diternak.
Nggak berapa lama, ibunya menjual 1 sapi untuk biaya pernikahan Ina dengan lelaki pilihan ibunya yang bekerja sebagai petani di kampungnya.
Pernikahan yang cuma bertahan 3 hari, terputus karena Ina kabur, menjadi pembantu rumah tangga kesana sini sampai akhirnya terdampar dirumahku.
Konon, agar suaminya mau menceraikannya, si ibu di kampung kudu membayar beberapa juta, supaya keluar kata lisan "menceraikan."
Tanpa surat surat?
Kayaknya gitu deh, mau menikah, mau bercerai, nggak ada ceritanya surat dari KUA setempat.
2 minggu lalu, Ina mudik kekampungnya di Sukabumi.
Apa yang terjadi ?
Suatu ketika, bapaknya berkata : " Itu si Ujang , suami kamu sekarang. Kemarin bapak dan si Ujang sudah ijab kabul di pak lebe ( amil atau penghulu ? )"
Astaghfirullahaladziim.
Jaman apa ini?
Segampang itukah proses menikah?
Apa mahar dari suami pertama dulu?
Apa mahar dari si Ujang ?
Kerja apa si Ujang?
Tadi pagi, si Ujang ngotot mau membawa Ina pulang kampung.
Entah mau kerja apa disana, si Ujang kan di kampung saat ini mencari rumput buat ternak.
Mau dinafkahin apa istrinya?
Sementara si Ina masih betah untuk bekerja, menghidupi dirinya sendiri dan uang hasil kerja kerasnya dia kirim utuh ke kampung.
Jadi inget relasi si mamah yang baru kenal ketika harus mengantar pasien ke RS di Arab Saaudi.
Misbach namanya.
Dari Misbach, si mamah tahu, di Arab sana, raja menentukan nilai mahar minimal.
Tadinya 100 ribu reyal adalah syarat minimal bagi seorang lelaki yang mau menikahi perempuan pilihannya.
Berapa rupiah tuh...260 juta kali ya.
Tetapi berhubung jadi banyak perawan tua, dan lelaki menjomblo karena nggak punya duit buat mahar, maka beberapa tahun ini diturunkan nilai mahar terendah, ialah 50 ribu reyal.
Pantesan, beberapa roomboy di Hotel baik di Madinah ataupun Makkah, selalu berkata kepada si akang : " Kamu lelaki yang beruntung, bisa menikahi perempuan yang kamu cintai"....
Halah........Lha iyalah alhamdulillah bisa menikahi perempuan yang dicintai, bukan begitu?
Taunya, pendapat mereka begitu tuh dikaitkan dengan uang mahar rupanya ya.
Kata Misbach, seorang bapak yang mengerti dan sayang anaknya, akan minta mahar yang tinggi buat anaknya.
Kenapa?
Lha...kalau dalam pernikahan terjadi kekerasan atau perempuan tak terjamin dan tak bahagia, kan perlu biaya untuk mengurus gugatan.
Darimana uangnya kalau perempuan nggak dibayar dengan mahar yang mahal tinggi tinggi?
Mahal lho bu biaya untuk menggugat itu, demikian kata Misbach.
Dengan mahar atau mas kawin yang tinggi, perempuan menjadi punya "amunisi", bisa tegar, besar hati dan gagah mandiri seandainya terjadi hal hal penganiayaan atau pendzaliman dalam keluarganya.
Iya, bener juga ya.....
Coba , bandingkan dengan umumnya di Indonesia.
"Saya nikahkan putri saya X dengan ananda Y dengan maskawin seperangkat alat shalat dibayar tunai..."
Halah.....
Kalau suami menganiaya, melakukan kekerasan, menyengsarakan, mendzalimi, darimana punya biaya menggugat ?
Makanya banyak perempuan tertekan, stress, depressi dll, dlsb, dan mengakibatkan pengasuhan anak anak menjadi nggak optimal.
Bukan hanya karena perempuan malu untuk menggugat cerai karena menjadi aib , takut karena ditakut takuti adzab kalau menggugat cerai, tapi juga karena alasan ekonomi.
Dipikir pikir, raja Arab itu melindungi kaum perempuan ya dengan SK nya....
Thursday, December 25, 2008
ORANG MAKAN ORANG
Orang makan orang?
Iya bener.
Manusia kan termasuk omnivora, segala dimakan.
Termasuk makan orang ?
Iya.....hiiiiiyyyyyy.
Postingan ini terinspirasi berita detik com.
Katanya, pedagang di Ragunan merugi, kenapa?
Karena disamping harus bayar sewa sejuta sebulan ke petugas keamanan, juga harus bayar uang preman sepuluh ribu sehari.
Uang preman? Dipalak?
Lha iyalah.
Siapa yang malak? ya petugas keamanan Ragunan juga cenah.
Beueueueueueu....
Bayangin.
Ibu ibu kepasar dinihari, ketika yang lain terlelap dibalik selimut.
Beli daging,tulang, mie, toge, soun, bihun, caisim, bawang merah, bawang putih, bawang daun, seledri, bumbu dapur, dll dlsb.
Trus sampai rumah, dia mengolah daging menjadi baso.
Mengolah tulang menjadi kuah baso.
Trus menata dagangan dan selepas subuh mendorong gerobak ke Ragunan.
Sampai disana, menata dagangan, menunggu pelanggan.
Eeeeeeeh....enak aja ada yang minta duit, duit palakan, duit sewa tempat.
Emang itu tanah siapa? Kudu nyewa tempat segala.
Tanah negara kan ?
Lha...penerimaannya kudu dilaporkan dan disetorkan ke negara atuh.
Duuhhh.....koq orang makan orang ya.
Tega benerrrr.
Itu baru dari tukang mie baso.
Belum dari tukang mie ayam, tukang ketoprak, tukang nasi uduk, tukang bubur ayam, tukang teh botol, tukang es, tukang siomay, tukang sate, tukang nasi goreng, dll, dlsb......
Berapa tuh penghasilan si pemalak sehari ? Sebulan ?
Gila benerrrr.....
Menyolok banget, diibu kota deket pusat pengawasan, berani beraninya ya.
Dan, nggak ada tindakan hukuman lagi.....
Trus,.....ngasih makan anaknya pake duit begituan?
Ampyuuuuuun.
Mending kalau dipake ngasih makan anak.
Biasanya, duit yang didapatnya secara nggak bener kan keluarnya untuk yang nggak bener juga. Iya kan ?
Berjudilah, main ceweklah, kawin lagi lah, minuman keraslah.
Beueueueueueu....Dosanya berlipat kuadrat kali ya.....
Berita lain, TKI yang hilang sejak 8 tahun, diketemukan di RSJ Magelang, sudah sembuh.
Anehnya, dari penelusuran, sejak hilang dipasar deket rumahnya dalam keadaan depresi, pernah dirawat di panti dinas sosial Jogjakarta, dan kemudian di RSJ Magelang, dia pernah hamil berkali kali dan anaknya dijadikan korban trafficking, jual beli bayi.
Beueueueueueu.....
Ini dirawat untuk dilindungi atau untuk jadi bahan pemasukan duit sih?
Koq berkali kali hamil dan bayinya dijual lagi.
Siapa yang melakukan coba...
Duuuh....koq jaman udah edan banget nih.
Dikira udah aman dimana mana.
Perlindungan terhadap rakyat, terutama perempuan, tokh masih lemah dimana mana.
Jangankan di Magelang atau Jogjakarta, ini di ibukota juga kan masih terjadi orang makan orang,
Pedagang dipalakin dimana mana, uang retribusilah, uang keamananlah.
Padahal, kelompok rakyat kecil ini yang bergiat menjalankan roda ekonomi dilapisan bawah, iya kan ?
Orang makan orang, terjadi juga dibidang transportasi rakyat.
Penumpang bis dipalakin preman yang bergerombol masuk bis dan meminta duit dengan paksa.
Nggak percaya?
Tuh bis rakyat jurusan dari RSPAD mau ke Tanah Abang.
Masiiiiiih aja ada preman sekali naik ber 4, pidato daripada nyopet atau merampok mending dikasih aja duit....maksa dan nakut nakutin kan ?
Apa bedanya dengan rampok atau begal?
Duuuh....
Dimana hak rakyat untuk hidup dengan aman tentram dinegeri sendiri?
Dimana para petugas keamanan yang bener bener tahu tugasnya untuk melindungi rakyat, yang notabene digaji oleh rakyat dengan berbagai pajak disana sini?
Masih adakah hak rakyat untuk merasa aman?
Masih adakah kewajiban negara untuk memberi rasa aman rakyatnya?
Koq masiiiiiih aja banyak orang makan orang ya.....
Iya bener.
Manusia kan termasuk omnivora, segala dimakan.
Termasuk makan orang ?
Iya.....hiiiiiyyyyyy.
Postingan ini terinspirasi berita detik com.
Katanya, pedagang di Ragunan merugi, kenapa?
Karena disamping harus bayar sewa sejuta sebulan ke petugas keamanan, juga harus bayar uang preman sepuluh ribu sehari.
Uang preman? Dipalak?
Lha iyalah.
Siapa yang malak? ya petugas keamanan Ragunan juga cenah.
Beueueueueueu....
Bayangin.
Ibu ibu kepasar dinihari, ketika yang lain terlelap dibalik selimut.
Beli daging,tulang, mie, toge, soun, bihun, caisim, bawang merah, bawang putih, bawang daun, seledri, bumbu dapur, dll dlsb.
Trus sampai rumah, dia mengolah daging menjadi baso.
Mengolah tulang menjadi kuah baso.
Trus menata dagangan dan selepas subuh mendorong gerobak ke Ragunan.
Sampai disana, menata dagangan, menunggu pelanggan.
Eeeeeeeh....enak aja ada yang minta duit, duit palakan, duit sewa tempat.
Emang itu tanah siapa? Kudu nyewa tempat segala.
Tanah negara kan ?
Lha...penerimaannya kudu dilaporkan dan disetorkan ke negara atuh.
Duuhhh.....koq orang makan orang ya.
Tega benerrrr.
Itu baru dari tukang mie baso.
Belum dari tukang mie ayam, tukang ketoprak, tukang nasi uduk, tukang bubur ayam, tukang teh botol, tukang es, tukang siomay, tukang sate, tukang nasi goreng, dll, dlsb......
Berapa tuh penghasilan si pemalak sehari ? Sebulan ?
Gila benerrrr.....
Menyolok banget, diibu kota deket pusat pengawasan, berani beraninya ya.
Dan, nggak ada tindakan hukuman lagi.....
Trus,.....ngasih makan anaknya pake duit begituan?
Ampyuuuuuun.
Mending kalau dipake ngasih makan anak.
Biasanya, duit yang didapatnya secara nggak bener kan keluarnya untuk yang nggak bener juga. Iya kan ?
Berjudilah, main ceweklah, kawin lagi lah, minuman keraslah.
Beueueueueueu....Dosanya berlipat kuadrat kali ya.....
Berita lain, TKI yang hilang sejak 8 tahun, diketemukan di RSJ Magelang, sudah sembuh.
Anehnya, dari penelusuran, sejak hilang dipasar deket rumahnya dalam keadaan depresi, pernah dirawat di panti dinas sosial Jogjakarta, dan kemudian di RSJ Magelang, dia pernah hamil berkali kali dan anaknya dijadikan korban trafficking, jual beli bayi.
Beueueueueueu.....
Ini dirawat untuk dilindungi atau untuk jadi bahan pemasukan duit sih?
Koq berkali kali hamil dan bayinya dijual lagi.
Siapa yang melakukan coba...
Duuuh....koq jaman udah edan banget nih.
Dikira udah aman dimana mana.
Perlindungan terhadap rakyat, terutama perempuan, tokh masih lemah dimana mana.
Jangankan di Magelang atau Jogjakarta, ini di ibukota juga kan masih terjadi orang makan orang,
Pedagang dipalakin dimana mana, uang retribusilah, uang keamananlah.
Padahal, kelompok rakyat kecil ini yang bergiat menjalankan roda ekonomi dilapisan bawah, iya kan ?
Orang makan orang, terjadi juga dibidang transportasi rakyat.
Penumpang bis dipalakin preman yang bergerombol masuk bis dan meminta duit dengan paksa.
Nggak percaya?
Tuh bis rakyat jurusan dari RSPAD mau ke Tanah Abang.
Masiiiiiih aja ada preman sekali naik ber 4, pidato daripada nyopet atau merampok mending dikasih aja duit....maksa dan nakut nakutin kan ?
Apa bedanya dengan rampok atau begal?
Duuuh....
Dimana hak rakyat untuk hidup dengan aman tentram dinegeri sendiri?
Dimana para petugas keamanan yang bener bener tahu tugasnya untuk melindungi rakyat, yang notabene digaji oleh rakyat dengan berbagai pajak disana sini?
Masih adakah hak rakyat untuk merasa aman?
Masih adakah kewajiban negara untuk memberi rasa aman rakyatnya?
Koq masiiiiiih aja banyak orang makan orang ya.....
Wednesday, December 24, 2008
JUDI
Postingan ini terinspirasi oleh dialog dengan pengemudi yang mengabarkan "keberuntungan" teman kerjanya , memperoleh sebuah mobil.
Bagaimana caranya?
Lha ya itu yang diperdebatkan sepanjang obrolan.
Menurutku, mobil yang diperoleh si bapak x itu termasuk kategori judi, sedangkan menurut sang pengemudi, itu adalah hadiah.
Gimana nggak disebut berjudi coba, si pemenang kan secara aktif mengirimkan SMS ke nomor tertentu yang memang menjanjikan hadiah mobil.
Artinya apa?
Lha sama saja dengan ia memasang taruhan.
Aktif mengirim SMS kan sama saja dengan membeli lotere, membeli togel, membeli nomor buntut, dll, dlsb.
Apa bedanya?
Kan niat awalnya juga memperoleh hadiah, kemudian dia ngirim SMS.
Sama saja kan dengan niat memperoleh keberuntungan perjudian dengan aktif membeli lotere?
Atau membeli undian berhadiah?
Apalagi, si bapak X ini mengirim SMS buanyaaaaaak banget.
Diluar dugaan kepatutan.
Kalau pake istilah sang pengemudi, dia pengirim SMS terbanyak.
Lha, gimana nggak terbanyak.
Orang lain ngirim satu atau dua SMS seharga 2000 rupiah sekali kirim.
Dia bermodalkan delapan juta rupiah !
Bayangkan, delapan juta rupiah.
Itu kan duit segambrengan banget.
Dan pasti pinjem dulu lagi duitnya kesana kemari.
Bagaimana mungkin, seorang kepala keluarga yang dalam struktur PNS bergolongan 2, kita tahu gajinya berapa, mengirimkan SMS senilai delapan juta rupiah.
Yang terbayangkan olehku, pertama, dia pasti mengurangi jatah pengeluaran keluarga.
Dibela belain nunggak SPP sekolah anak, dibela belain asap dapur nggak ngebul, anak kurang gizi, hanya demi ngirim sebanyak banyaknya SMS.
Kedua, buang buang waktu untuk hal yang nggak manfaat.
Lho, kirim SMS senilai 8 juta rupiah kan butuh waktu bukan?
Dia pasti cuma duduuuuuuuuk dan memijit mijit tombol sepanjang waktu.
Lantas, ketika dia mendapat mobil, menurut keyakinannya itu adalah hadiah atas "upayanya". "Upaya" apaan??
Dan yang lebih memiriskan, dia malah mendapat pujian dari sanak keluarga dan kerabatnya.......
Dianggap pahlawan yang membawa keberuntungan pula.
Duuuuhhhhh......
Konon, karena dia nggak punya duit buat membayar biaya BPKB dlsb, maka setelah diperhitungkan dengan potongan pajak ini itu dan bayar utang modal SMS, dia mendapat saldo tujuh puluh lima juta rupiah.
Keluarganya bergembira ria, teman dan kerabatnya bersukacita pula, dan diam diam mulai berniat meniru sepak terjangnya............siiighhhhhhh.....
Wah.....bener bener aneh kan ?
Model jalan cerita beginian malah dikagumi keluarga dan temen temennya.
Bukan hanya dikagumi, bahkan ditiru, diteladani, cara dapat uang jutaan secara mudah.
Duuuhhhh....
Emang bangsa kita tuh pemalas kelas berat ya, pengennya segala instant.
Istilah no free lunch nggak mereka kenal.
Sifat kerja keras dan kerja cerdas sudah lama ditinggalkan.
Inginnya instant, cepat berhasil.
Padahal, kehidupan tanpa proses, tanpa perjuangan, tanpa memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlukNya, apalah artinya.
Memang, saat ini banyak banget tontonan, yang menjanjikan kehidupan bergelimang kemudahan dan kemewahan, bagaimanapun cara mendapatkannya.
Bahkan dengan berjudi sekalipun.
Jadi inget lagunya Bang Haji tentang judi.
Judi adalah awal kesengsaraan, yang kaya menjadi miskin, apalagi yang miskin.
Bukan begitu?
Bagaimana caranya?
Lha ya itu yang diperdebatkan sepanjang obrolan.
Menurutku, mobil yang diperoleh si bapak x itu termasuk kategori judi, sedangkan menurut sang pengemudi, itu adalah hadiah.
Gimana nggak disebut berjudi coba, si pemenang kan secara aktif mengirimkan SMS ke nomor tertentu yang memang menjanjikan hadiah mobil.
Artinya apa?
Lha sama saja dengan ia memasang taruhan.
Aktif mengirim SMS kan sama saja dengan membeli lotere, membeli togel, membeli nomor buntut, dll, dlsb.
Apa bedanya?
Kan niat awalnya juga memperoleh hadiah, kemudian dia ngirim SMS.
Sama saja kan dengan niat memperoleh keberuntungan perjudian dengan aktif membeli lotere?
Atau membeli undian berhadiah?
Apalagi, si bapak X ini mengirim SMS buanyaaaaaak banget.
Diluar dugaan kepatutan.
Kalau pake istilah sang pengemudi, dia pengirim SMS terbanyak.
Lha, gimana nggak terbanyak.
Orang lain ngirim satu atau dua SMS seharga 2000 rupiah sekali kirim.
Dia bermodalkan delapan juta rupiah !
Bayangkan, delapan juta rupiah.
Itu kan duit segambrengan banget.
Dan pasti pinjem dulu lagi duitnya kesana kemari.
Bagaimana mungkin, seorang kepala keluarga yang dalam struktur PNS bergolongan 2, kita tahu gajinya berapa, mengirimkan SMS senilai delapan juta rupiah.
Yang terbayangkan olehku, pertama, dia pasti mengurangi jatah pengeluaran keluarga.
Dibela belain nunggak SPP sekolah anak, dibela belain asap dapur nggak ngebul, anak kurang gizi, hanya demi ngirim sebanyak banyaknya SMS.
Kedua, buang buang waktu untuk hal yang nggak manfaat.
Lho, kirim SMS senilai 8 juta rupiah kan butuh waktu bukan?
Dia pasti cuma duduuuuuuuuk dan memijit mijit tombol sepanjang waktu.
Lantas, ketika dia mendapat mobil, menurut keyakinannya itu adalah hadiah atas "upayanya". "Upaya" apaan??
Dan yang lebih memiriskan, dia malah mendapat pujian dari sanak keluarga dan kerabatnya.......
Dianggap pahlawan yang membawa keberuntungan pula.
Duuuuhhhhh......
Konon, karena dia nggak punya duit buat membayar biaya BPKB dlsb, maka setelah diperhitungkan dengan potongan pajak ini itu dan bayar utang modal SMS, dia mendapat saldo tujuh puluh lima juta rupiah.
Keluarganya bergembira ria, teman dan kerabatnya bersukacita pula, dan diam diam mulai berniat meniru sepak terjangnya............siiighhhhhhh.....
Wah.....bener bener aneh kan ?
Model jalan cerita beginian malah dikagumi keluarga dan temen temennya.
Bukan hanya dikagumi, bahkan ditiru, diteladani, cara dapat uang jutaan secara mudah.
Duuuhhhh....
Emang bangsa kita tuh pemalas kelas berat ya, pengennya segala instant.
Istilah no free lunch nggak mereka kenal.
Sifat kerja keras dan kerja cerdas sudah lama ditinggalkan.
Inginnya instant, cepat berhasil.
Padahal, kehidupan tanpa proses, tanpa perjuangan, tanpa memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlukNya, apalah artinya.
Memang, saat ini banyak banget tontonan, yang menjanjikan kehidupan bergelimang kemudahan dan kemewahan, bagaimanapun cara mendapatkannya.
Bahkan dengan berjudi sekalipun.
Jadi inget lagunya Bang Haji tentang judi.
Judi adalah awal kesengsaraan, yang kaya menjadi miskin, apalagi yang miskin.
Bukan begitu?
Sunday, December 14, 2008
HARI IBU
Hari Ibu ? Ngapain ya ?.....
Di Indonesia, pada Hari Ibu biasanya sih berjalan seperti hari hari biasa aja tuh....
Masak, nyuci, beres beres, nyetrika, belanja, ngurus anak dan suami, ngantor, pleueueueus beribu kerjaan remeh temeh tetek bengek lainnya...
Hari Ibu di Indonesia kan beda banget dengan Mother's Day.
Kalau 22 Desember kan riwayatnya juga bermula dari semangat kaoem perempoean Indonesia yang berkongres untuk menentukan sikap, ikut berjuang bersama kaum laki laki dalam merebut kemerdekaan dan mengambil peran dalam berbangsa dan bernegara.
Jadi, 22 desember adalah justru hari semangat, bukan hari leha leha dengan pemanjaan khusus. 22 Desember adalah hari yang menggugah para Ibu untuk kembali menata langkah dan sikap, memantapkan energi, menyatukan kekuatan dan kemampuan.
22 Desember adalah hari yang mengingatkan kaum perempuan untuk tetap tangguh mandiri, bertanggung jawab, berjuang sepenuh jiwa raga, penuh kasih sayang mengemban tugas sebagai Ibu yang mempersiapkan anak anak memegang kendali dimasa depan.
Entah kenapa, setiap ingat peran Ibu, yang teringat olehku diantaranya adalah perjuangan Siti Hajar .
Berlari bolak balik tujuh kali, dipanggang terik matahari, antara bukit Saffa dan bukit Marwah, hanya sekedar mencari air untuk anaknya tercinta, Nabi Ismail .
Siti Hajar, lambang perjuangan seorang Ibu yang berikhtiar sekuat tenaga dengan penuh harap dan doa, pleueueues rasa tanggung jawab dan kecintaan yang luar biasa atas peran sebagai ibu.
Ibu, adalah pembentuk utama jiwa raga seorang manusia.
Akan jadi bagaimana seorang embrio manusia kelak, ibulah yang terutama menentukan, sejak didalam kandungan.
Ibu, adalah lautan kasih sayang yang tiada batas.
Selalu penuh cinta.
Dalam setiap sel tubuhnya deras mengalir rasa cinta yang sungguh luar biasa.
Ibu, adalah sosok tangguh yang mempesona.
Penuh daya juang, menyiapkan sosok masa depan yang akan mewarnai dan mengendalikan dunia.
Ibu, adalah samudra keikhlasan yang tiada tara.
Ikhlas menjalankan peran ibu sebagai tanggung jawab peran membimbing anak menjadi manusia dewasa yang penuh manfaat.
Ibu, adalah oase pengorbanan yang mengagumkan.
Panutan dalam berkorban, senantiasa mengesampingkan kepentingannya demi kelangsungan hidup anak tersayang.
Ibu adalah sumber cinta yang menakjubkan.
Dalam setiap tatapan dan sentuhannya mengalir doa dan harapan.
Dalam setiap detak jantungnya dan helaan nafasnya, terpancar energi yang senantiasa ditransfer kepada buah hatinya,kapanpun dan dimanapun.
Ibu, adalah peran yang istimewa dan tak akan pernah tergantikan.
Ibu, is 24 hours job, no pay and day off. Seldom appreciated and impossible to resign. But Ibu still full of love doing it with warm heart.
Selamat menata hati dan menata langkah.
Memantapkan sikap, menjalankan peran sebagai seorang ibu dengan penuh kegembiraan dan kesukacitaan.
Selamat Hari Ibu
Di Indonesia, pada Hari Ibu biasanya sih berjalan seperti hari hari biasa aja tuh....
Masak, nyuci, beres beres, nyetrika, belanja, ngurus anak dan suami, ngantor, pleueueueus beribu kerjaan remeh temeh tetek bengek lainnya...
Hari Ibu di Indonesia kan beda banget dengan Mother's Day.
Kalau 22 Desember kan riwayatnya juga bermula dari semangat kaoem perempoean Indonesia yang berkongres untuk menentukan sikap, ikut berjuang bersama kaum laki laki dalam merebut kemerdekaan dan mengambil peran dalam berbangsa dan bernegara.
Jadi, 22 desember adalah justru hari semangat, bukan hari leha leha dengan pemanjaan khusus. 22 Desember adalah hari yang menggugah para Ibu untuk kembali menata langkah dan sikap, memantapkan energi, menyatukan kekuatan dan kemampuan.
22 Desember adalah hari yang mengingatkan kaum perempuan untuk tetap tangguh mandiri, bertanggung jawab, berjuang sepenuh jiwa raga, penuh kasih sayang mengemban tugas sebagai Ibu yang mempersiapkan anak anak memegang kendali dimasa depan.
Entah kenapa, setiap ingat peran Ibu, yang teringat olehku diantaranya adalah perjuangan Siti Hajar .
Berlari bolak balik tujuh kali, dipanggang terik matahari, antara bukit Saffa dan bukit Marwah, hanya sekedar mencari air untuk anaknya tercinta, Nabi Ismail .
Siti Hajar, lambang perjuangan seorang Ibu yang berikhtiar sekuat tenaga dengan penuh harap dan doa, pleueueues rasa tanggung jawab dan kecintaan yang luar biasa atas peran sebagai ibu.
Ibu, adalah pembentuk utama jiwa raga seorang manusia.
Akan jadi bagaimana seorang embrio manusia kelak, ibulah yang terutama menentukan, sejak didalam kandungan.
Ibu, adalah lautan kasih sayang yang tiada batas.
Selalu penuh cinta.
Dalam setiap sel tubuhnya deras mengalir rasa cinta yang sungguh luar biasa.
Ibu, adalah sosok tangguh yang mempesona.
Penuh daya juang, menyiapkan sosok masa depan yang akan mewarnai dan mengendalikan dunia.
Ibu, adalah samudra keikhlasan yang tiada tara.
Ikhlas menjalankan peran ibu sebagai tanggung jawab peran membimbing anak menjadi manusia dewasa yang penuh manfaat.
Ibu, adalah oase pengorbanan yang mengagumkan.
Panutan dalam berkorban, senantiasa mengesampingkan kepentingannya demi kelangsungan hidup anak tersayang.
Ibu adalah sumber cinta yang menakjubkan.
Dalam setiap tatapan dan sentuhannya mengalir doa dan harapan.
Dalam setiap detak jantungnya dan helaan nafasnya, terpancar energi yang senantiasa ditransfer kepada buah hatinya,kapanpun dan dimanapun.
Ibu, adalah peran yang istimewa dan tak akan pernah tergantikan.
Ibu, is 24 hours job, no pay and day off. Seldom appreciated and impossible to resign. But Ibu still full of love doing it with warm heart.
Selamat menata hati dan menata langkah.
Memantapkan sikap, menjalankan peran sebagai seorang ibu dengan penuh kegembiraan dan kesukacitaan.
Selamat Hari Ibu
Wednesday, December 10, 2008
BONUS
Juara ? Itu kan cuma bonusnya...
Ada yang suka lihat iklan yang salah satu dialognya begitu nggak?
Duuuuh...pesan moral dibalik iklan itu bagus banget ya.
Diperlihatkan bagaimana seorang ibu mengajarkan anaknya mencuci tangan yang benar, membuka sepatu yang benar, membuat PR yang benar, makan makanan bergizi dan minum minuman yang bergizi pula.
Dan ketika akhir tahun sang anak mendapat juara pertama disekolahnya,
komentar sang ibu, ya itu tadi : JUARA ? ITU KAN CUMA BONUSNYA
Benar. Amat sangat benar.
Juara, bukanlah tujuan , Besaran Gaji, besaran harta, bukanlah tujuan.
Tahta, pangkat jabatan kedudukan, bukanlah tujuan.
Segala yang didapatkan , harta, tahta, pangkat, kedudukan, jabatan, gelar, adalah bonus.
Bonus dari apa?
Ialah bonus dari kerja keras yang konsisten dan bertanggung jawab serta hasil dari seluruh output yang dilakukan dengan semaksimal maksimalnya kemampuan kita.
Miris, kalau inget saat ini orang berebut untuk mendapat gelar juara, berebut kedudukan, berebut jabatan dlsb, dengan menggunakan berbagai cara..
Nggak tedeng aling aling, cara cara instan dengan berbagai celah licik dan picikpun dipakai untuk mendapatkan harta, tahta dan kedudukan.
Astaghfirullahaladziim.
Kemampuan , profesionalisme, kekuatan positif otak dan hati nurani dikesampingkan. Pokoknya seperti gaya katak, menyikut kiri kanan, menendang kiri kanan, yang penting maju dan muncul sendiri.
Duuuuuh...koq bisa ya.
Banyak orang yang menempuh jalan pintas, nggak mau berproses, menjadikan harta tahta jabatan sebagai tujuan yang kudu diraih dengan berbagai cara.
Makanya, iklan yang menyampaikan bahwa Juara itu cuma bonus dari kerja keras, konsistensi, tanggung jawab dan kekuatan mental spiritual, boleh diacungin kedua jempol.
Two thumbs up lah buat iklan :
JUARA ? ITU KAN CUMA BONUS..........
Ada yang suka lihat iklan yang salah satu dialognya begitu nggak?
Duuuuh...pesan moral dibalik iklan itu bagus banget ya.
Diperlihatkan bagaimana seorang ibu mengajarkan anaknya mencuci tangan yang benar, membuka sepatu yang benar, membuat PR yang benar, makan makanan bergizi dan minum minuman yang bergizi pula.
Dan ketika akhir tahun sang anak mendapat juara pertama disekolahnya,
komentar sang ibu, ya itu tadi : JUARA ? ITU KAN CUMA BONUSNYA
Benar. Amat sangat benar.
Juara, bukanlah tujuan , Besaran Gaji, besaran harta, bukanlah tujuan.
Tahta, pangkat jabatan kedudukan, bukanlah tujuan.
Segala yang didapatkan , harta, tahta, pangkat, kedudukan, jabatan, gelar, adalah bonus.
Bonus dari apa?
Ialah bonus dari kerja keras yang konsisten dan bertanggung jawab serta hasil dari seluruh output yang dilakukan dengan semaksimal maksimalnya kemampuan kita.
Miris, kalau inget saat ini orang berebut untuk mendapat gelar juara, berebut kedudukan, berebut jabatan dlsb, dengan menggunakan berbagai cara..
Nggak tedeng aling aling, cara cara instan dengan berbagai celah licik dan picikpun dipakai untuk mendapatkan harta, tahta dan kedudukan.
Astaghfirullahaladziim.
Kemampuan , profesionalisme, kekuatan positif otak dan hati nurani dikesampingkan. Pokoknya seperti gaya katak, menyikut kiri kanan, menendang kiri kanan, yang penting maju dan muncul sendiri.
Duuuuuh...koq bisa ya.
Banyak orang yang menempuh jalan pintas, nggak mau berproses, menjadikan harta tahta jabatan sebagai tujuan yang kudu diraih dengan berbagai cara.
Makanya, iklan yang menyampaikan bahwa Juara itu cuma bonus dari kerja keras, konsistensi, tanggung jawab dan kekuatan mental spiritual, boleh diacungin kedua jempol.
Two thumbs up lah buat iklan :
JUARA ? ITU KAN CUMA BONUS..........
Thursday, December 04, 2008
SAUR SEPUH
Bukankah kita semua ingin hidup bahagia, aman tentram, damai sejahtera ?
Bukankah kita ingin negara kita gemah ripah loh jinawi, subur makmur, tata tentrem kertaraharja, adil makmur sentosa?
Bukankah kita ingin semua mahluk sejahtera ?
Bukankah kita semua ingin mendapatkan surga didunia dan diakhirat?
Lantas, dalam meniti kehidupan, kita ini harus bagaimana dong?
Masing masing , pasti punya pegangan hidup, punya petunjuk hidup, punya pokok pokok rambu hidup sesuai ajaran agamanya.
Dan, masing masing pernah mendengar petatah petitih para sepuh, para nenek moyang kita bagaimana menjalani hidup, bukan ?
Sekedar berbagi, kebetulan si mamah baru aja menemukan kembali petatah petitih nenek moyang si mamah yang tertuang dalam SAUR SEPUH.
Mau tahu apa isinya ?
Naaaah...ini dia, petunjuk orang tua agar kita bisa menggapai surga dunia akhirat.
Tapi....sorryyyyy banget ya...bahasanya koq ya "rooming"banget....
Ada yang bisa menerjemahkan ??
SAUR SEPUH :
GUNUNG KAIAN
GAWIR AWIAN
CINYUSU RUMATAN
PASIR TALUNAN
LEBAK CAIAN
SAMPALAN KEBONAN
WALUNGAN RAWATAN
LEGOK BALONGAN
DATARAN SAWAHAN
SITU PULASARAEUN
LEMBUR URUSEUN
BASISIR JAGAEUN
Duuuuh...
Kalau semua petunjuk tersebut kita lakukan bersama sama , pasti dunia ini indah mempesona, damai sejahtera, aman tentram makmur sentosa.
Nggak ada lagi banjir, longsor, kekeringan, kelaparan dan bencana bencana alam lainnya yang kini makin kerap terjadi.
Inti petatah petitih tersebut adalah kita harus menjaga, memelihara, merawat alam dan seisinya, sekuat tenaga, semampu mampu kita, sekeras keras ikhtiar dan semaksimal maksimal potensi yang sudah dianugrahkan kepada kita, setiap detik, setiap saat, sepanjang waktu, sampai usia berujung.
Hayu atuh, kita rapatkan barisan, kuatkan genggaman, bersama melangkah menata kembali kehidupan.
Mau ???
Bukankah kita ingin negara kita gemah ripah loh jinawi, subur makmur, tata tentrem kertaraharja, adil makmur sentosa?
Bukankah kita ingin semua mahluk sejahtera ?
Bukankah kita semua ingin mendapatkan surga didunia dan diakhirat?
Lantas, dalam meniti kehidupan, kita ini harus bagaimana dong?
Masing masing , pasti punya pegangan hidup, punya petunjuk hidup, punya pokok pokok rambu hidup sesuai ajaran agamanya.
Dan, masing masing pernah mendengar petatah petitih para sepuh, para nenek moyang kita bagaimana menjalani hidup, bukan ?
Sekedar berbagi, kebetulan si mamah baru aja menemukan kembali petatah petitih nenek moyang si mamah yang tertuang dalam SAUR SEPUH.
Mau tahu apa isinya ?
Naaaah...ini dia, petunjuk orang tua agar kita bisa menggapai surga dunia akhirat.
Tapi....sorryyyyy banget ya...bahasanya koq ya "rooming"banget....
Ada yang bisa menerjemahkan ??
SAUR SEPUH :
GUNUNG KAIAN
GAWIR AWIAN
CINYUSU RUMATAN
PASIR TALUNAN
LEBAK CAIAN
SAMPALAN KEBONAN
WALUNGAN RAWATAN
LEGOK BALONGAN
DATARAN SAWAHAN
SITU PULASARAEUN
LEMBUR URUSEUN
BASISIR JAGAEUN
Duuuuh...
Kalau semua petunjuk tersebut kita lakukan bersama sama , pasti dunia ini indah mempesona, damai sejahtera, aman tentram makmur sentosa.
Nggak ada lagi banjir, longsor, kekeringan, kelaparan dan bencana bencana alam lainnya yang kini makin kerap terjadi.
Inti petatah petitih tersebut adalah kita harus menjaga, memelihara, merawat alam dan seisinya, sekuat tenaga, semampu mampu kita, sekeras keras ikhtiar dan semaksimal maksimal potensi yang sudah dianugrahkan kepada kita, setiap detik, setiap saat, sepanjang waktu, sampai usia berujung.
Hayu atuh, kita rapatkan barisan, kuatkan genggaman, bersama melangkah menata kembali kehidupan.
Mau ???
Subscribe to:
Posts (Atom)