Postingan ini terinspirasi oleh dialog dengan pengemudi yang mengabarkan "keberuntungan" teman kerjanya , memperoleh sebuah mobil.
Bagaimana caranya?
Lha ya itu yang diperdebatkan sepanjang obrolan.
Menurutku, mobil yang diperoleh si bapak x itu termasuk kategori judi, sedangkan menurut sang pengemudi, itu adalah hadiah.
Gimana nggak disebut berjudi coba, si pemenang kan secara aktif mengirimkan SMS ke nomor tertentu yang memang menjanjikan hadiah mobil.
Artinya apa?
Lha sama saja dengan ia memasang taruhan.
Aktif mengirim SMS kan sama saja dengan membeli lotere, membeli togel, membeli nomor buntut, dll, dlsb.
Apa bedanya?
Kan niat awalnya juga memperoleh hadiah, kemudian dia ngirim SMS.
Sama saja kan dengan niat memperoleh keberuntungan perjudian dengan aktif membeli lotere?
Atau membeli undian berhadiah?
Apalagi, si bapak X ini mengirim SMS buanyaaaaaak banget.
Diluar dugaan kepatutan.
Kalau pake istilah sang pengemudi, dia pengirim SMS terbanyak.
Lha, gimana nggak terbanyak.
Orang lain ngirim satu atau dua SMS seharga 2000 rupiah sekali kirim.
Dia bermodalkan delapan juta rupiah !
Bayangkan, delapan juta rupiah.
Itu kan duit segambrengan banget.
Dan pasti pinjem dulu lagi duitnya kesana kemari.
Bagaimana mungkin, seorang kepala keluarga yang dalam struktur PNS bergolongan 2, kita tahu gajinya berapa, mengirimkan SMS senilai delapan juta rupiah.
Yang terbayangkan olehku, pertama, dia pasti mengurangi jatah pengeluaran keluarga.
Dibela belain nunggak SPP sekolah anak, dibela belain asap dapur nggak ngebul, anak kurang gizi, hanya demi ngirim sebanyak banyaknya SMS.
Kedua, buang buang waktu untuk hal yang nggak manfaat.
Lho, kirim SMS senilai 8 juta rupiah kan butuh waktu bukan?
Dia pasti cuma duduuuuuuuuk dan memijit mijit tombol sepanjang waktu.
Lantas, ketika dia mendapat mobil, menurut keyakinannya itu adalah hadiah atas "upayanya". "Upaya" apaan??
Dan yang lebih memiriskan, dia malah mendapat pujian dari sanak keluarga dan kerabatnya.......
Dianggap pahlawan yang membawa keberuntungan pula.
Duuuuhhhhh......
Konon, karena dia nggak punya duit buat membayar biaya BPKB dlsb, maka setelah diperhitungkan dengan potongan pajak ini itu dan bayar utang modal SMS, dia mendapat saldo tujuh puluh lima juta rupiah.
Keluarganya bergembira ria, teman dan kerabatnya bersukacita pula, dan diam diam mulai berniat meniru sepak terjangnya............siiighhhhhhh.....
Wah.....bener bener aneh kan ?
Model jalan cerita beginian malah dikagumi keluarga dan temen temennya.
Bukan hanya dikagumi, bahkan ditiru, diteladani, cara dapat uang jutaan secara mudah.
Duuuhhhh....
Emang bangsa kita tuh pemalas kelas berat ya, pengennya segala instant.
Istilah no free lunch nggak mereka kenal.
Sifat kerja keras dan kerja cerdas sudah lama ditinggalkan.
Inginnya instant, cepat berhasil.
Padahal, kehidupan tanpa proses, tanpa perjuangan, tanpa memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlukNya, apalah artinya.
Memang, saat ini banyak banget tontonan, yang menjanjikan kehidupan bergelimang kemudahan dan kemewahan, bagaimanapun cara mendapatkannya.
Bahkan dengan berjudi sekalipun.
Jadi inget lagunya Bang Haji tentang judi.
Judi adalah awal kesengsaraan, yang kaya menjadi miskin, apalagi yang miskin.
Bukan begitu?
2 comments:
huhuy....
judi yah..
maunya instant?? kenapa eh...kenapa???
karena...eh...karena.....
makanannya : mie instant, minuman instant, sekolah instant.....
Sereeeeem banget.... orangnya serem, mobilnya mau donks.... hehehehe.
Mending beli barang hasil jerih payah jalan yang halal, daripada ujug-ujug teupararuguh kayak gitu. Seereeem
Post a Comment