Sunday, June 28, 2009

APARAT

Sebelumnya, maaf banget sama para aparat yang baik dan berbudi.
Si mamah sih yakin masih banyak aparat yang baik , berbudi luhur dan profesional, persis kayak dokter.
Kan masih banyak dokter yang baik dan profesional ( hehehehe..narsis nih, si mamah dan saudara saudara si mamah yang jadi dokter, kan termasuk dokter dokter yang baik dan profesional bukan ? Tamrin...kasih kesaksian doooong..hehehehe )

Biasanya, nama baik korps rusak karena ulah segelintir orang.
Bagaikan nila setitik, rusak susu sebelanga, kan begitu peribahasanya juga ya.

Kali ini, terpancing pengen menceriterakan ulah aparat yang konyol konyol.

Dulu, suatu ketika, si mamah dibonceng sama adik si mamah yang cowok.
Didaerah deket viaduct Bandung, tiba tiba becak didepan kita oleng ketengah jalan.
Nggak ayal lagi, motor nyenggol becak.
Untung kecepatan motor pelan banget.
Yang terjadi berikutnya, ya becaknya ngajungkel berikut isinya.
Itu becak terjungkal kan belum tentu karena tersenggol, bisa aja emang tadinya juga oleng ke tengah jalan koq

Tapi, penumpang becak, yang ternyata adalah aparat, sangat petantang petenteng banget, ngamuk ngamuk nggak karuan.
Adik si mamah jadi korban pelampiasan kemarahannya,.
Nggak dikasih waktu buat menceriterakan apa yang terjadi, adik si mamah digiring ke kantor aparat terdekat kejadian perkara.

Disitulah terjadi hal hal yang aneh.
Pak aparat minta diganti jam tangannya lah.
Minta dikasih duit buat berobat ke Rumah Sakit lah, karena "lehernya patah", cenah
Gemes, si mamah ngomong. "Pak, kalau mau ke Rumah Sakit, saya antar deh. Saya kan di Rumah Sakit, dan tahu tanda tanda patah tulang"
( Masa yang patah tulang leher masih bisa jalang jeleng kesana sini teriak teriak tolak pinggang?)

Ketika tahu si mamah anak kedokteran, dia menolak diantar, keukeuh minta uangnya saja.

Mang beca? Diantepin aparat tuh.
Malah ketakutan.
Dia merasa bersalah kecepetan jalan menurun, nggak seimbang, dan dia nggak merasa ada kerusakan apapun di becaknya atau di badannya.
Halah..

Karena negosiasi macet, tak ayal lagi, kita tilpon aja kerabat kita yang aparat juga ( yang pangkatnya lumayan....hehehehe )

Ketika si paman datang.....aparat yang tadinya ribut melulu....ngacirrrr, entah kemana.

Jadi...perkara selesai kalau ternyata KKN
Ada nepotisme dengan aparat , iya kan ?

Kejadian lain menimpa si akang, dulu.
Mobil yang baru keluar bengkel, bersenggolan dengan mobil lain di jalan Lombok, Bandung.
Mobil lawan, malah ngotot kita yang salah, padahal jelas jelas dia yang salah, keluar dari jalan kecil.
Ribut, ribut, ribut, dan dia ngajak kekantor aparat.

Kenapa dia mengajak kesana?
Karena eh karena...kerabatnya ada yang jadi aparat disitu.
Setelah dihubungi , maka, datanglah kerabatnya yang aparat itu.

Ketika datang....." Eh, Di, ngapain disini?"
Ternyata, pak aparat itu temennya adikku yang ikut nganter.
"oh..ini nganter kakak, senggolan di jalan Lombok"

Haaaa?
Si lawan senggolan, kaget...
Ternyata..jagoannya malah kenal baik sama keluarga kita.
Dia ngomong pake bahasa londo ke pak aparat itu, artinya kurang lebih " Saya salah ya....."
Uggh parah....emangnya kita nggak ngerti bahasa rahasia ortu kita dulu....hehehehe

Apa yang terjadi kemudian ?
Aparat bingung memutuskan.
Bahkan terucap " Duh...gimana ya...yang ini es ha...yang ini insinyur...mana yang bener ya"

Whatttts?
Apakah benar nggaknya perkara itu bergantung gelar mereka yang berperkara???

Saking keselnya, si akang ngomong begini.
" Pak, coba SIM dan STNK nya kembalikan. Kalau bapak bingung memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah, begini aja deh. Gelut aja , duel, saya sama dia, bapak wasitnya"
Huahahahaha...si akang mulai menyingsingkan lengan baju, pasang kuda kuda, tangan terkepal "Eh...eh...pak...jangan ribut, jangan gelut dikantor saya"
Damai aja deh pak....

Hehehehehe....solusi akhir emang mobil dua duanya ke bengkel, dan biayanya dibagi dua...


Kejadian ketiga, yang si mamah inget, menimpa menantu si mamah, juga di Bandung.
Ketika masuk Bandung, keluar jalan layang di pintu Dago, kena lampu merah di perempatan Dago.
Pas lampu merahnya mati ( itu udah 3 tahun sampai sekarang masih mati lho.....sumber income? )
Lampu merah memang mati, tapi diujung kanan, sebrang jalan, ada juga lampu lalu lintas yang menyala.
Tapi...aparat disitu memberi tanda agar maju.
Ya, majulah si menantu.
Tahunya...pas deket perempatan Diponegoro....priiiittttt.

Lah..kan tadi disuruh maju sama temennya.
Apa karena mobilnya B ya...
Yang didepan, yang kena semprit juga, cuma nongolin lengan, yang disambut aparat, maju lagi segera.
Mantu si mamah sih turun......:"Ada apa ya pak"

"Selamat siang pak..bisa lihat SIM, STNK, bapak melanggar lampu merah"
Lha....kan temen bapak yang nyuruh maju
"Nggak tuh"
Gubrakkkkks

Setelah blablabla....keluarlah duit 75 ribu perak
Dasar menantu, dia balik lagi.

" Maaf pak..itu uangnya masuk kas negara ya"
"Oh..iya pak..kalau bapak keberatan, ambil surat tilang aja, nanti sidang"
" Wah...saya sibuk pak..."
"Bisa diwakili siapa saja koq...orang tua bapak juga bisa"
" Wah..apalagi bapak saya..dia sibuk banget..mungkin bapak tahu, bapak saya pak xxxxxx, dia aparat juga koq pak "

" Hah ?....maaf pak...koq bapak nggak ngomongnya tadi.....kan nggak akan kena tilang"
Whatttts? Apa anak aparat nggak akan kena tilang?

Kata si menantu : " Nggak apa apa pak, kalau memang saya salah dan harus bayar dan uangnya masuk kas negara, saya ikhlas ...cuma, tolong lampu lalu lintasnya dibenerin ya pak, jangan sampai ada korban lainnya ( sekali lagi, coba deh lihat, itu teh udah 3 tahun yang lalu, lampu merah disitu masih mati juga lho ) .
"Selamat siang, , selamat bekerja ya pak Slamet"

Hihihihi.....kebayang kan pucat pasinya pak Slamet itu....


Yang terakhir tentang aparat.
Baruuuu aja tadi pagi kejadian sama si akang.

Sudah rutin, kalau Sabtu dan Minggu pagi, si mamah dan si akang jalan kaki ke Pasar .
Sementara si mamah belanja, si akang putar puter dan akhirnya nunggu di pinggir pagar pasar.
Sudah puluhan minggu begitu, sudah tetap tempat nunggunya disitu.
Sekali kali, kalau pegel, dia duduk diatas tembok pagar, sambil bersenandung.

Naaaaah...pas tadi pagi, didatengi aparat, satpam.
"Maaf pak, jangan duduk disitu, nggak enak lihatnya".

What?????
Udah puluhan minggu sekali sekali nangkring disitu, ujug ujug ada larangan?
Mana papan larangannya ya.

"Emang nggak boleh pak? Ada larangannya pak?"
"Oh itu inisiatif saya pribadi saja"

Lha...aturan, larangan aparat koq berdasarkan kemauan sendiri sendiri ya, bukan berlaku umum dan diketahui semua rakyat?

" Lho..saya sudah puluhan kali begini tiap minggu, baru tahu nggak boleh disini. Kalau larangan kan bukan inisiatif pribadi, harus ada tertulis bukan?"
" Ada pak, di komandan"
"Lha, jangan di komandan dong, harusnya tertulis jelas, bisa diketahui semua yang ke pasar ini. Dipampang keq di papan pengumuman."
" Oh itu sih tugas pengelola pasar, bukan tugas kami"

Gubrakkks....
Susah kan ngomong sama yang keukeuh peuteukeuh begini?

Jadi, kayaknya, kalau orang dikasih seragam, sepatu, emblem, dan tanda tanda lainnya,dikenal sebagai aparat, maka kayaknya dia kudu "pikasieuneun". kudu "menakutkan" dan kudu curak carek, harus ngoceh melarang ini itu.
Semau maunya dia saja ( " itu inisiatif saya sendiri", kan katanya begitu?" )

Aparat, jadi terkesan sesukanya sendiri.
Mana aturannya, mana yang boleh, mana yang nggak boleh, terserah mau maunya dia saja.

Pantesan, banyak kasus yang menohok rasa keadilan, rasa kemanusiaan.

Baruuuu aja, dua hari lalu ada 10 anak ditangkap aparat dengan tuduhan berjudi gara gara main main duit logam dibolak balik ( Masih inget waktu kita kecil ? Kita main main uang logam, "Garuda tulis??" )
Sementara yang judi beneran, baik judi kartu, judi sabung ayam,rolet, judi di hotel, di apartemen, bebas merdeka.


Siiiiggghhhh

3 comments:

Unknown said...

Ha ha ha ha haaaaaa.....

Itu cerita serempetan di Jl. Lombok yang diakhiri dengan "Si Akang" gulung lengan baju ngajak gelut!

Hua ha ha ha haaaaa....., teu kabayang Si Akang yang segitu sopan someahnya sampai segitunya. Pasti kesel banget, ya?

Sabaaaarrrr......, sabaaaarrrr....

Salam,

Iwan

Ahyani Raksanagara said...

aduh...kalau ketemu sama oknyum mah...serrring banggget.

kadang2 suka bingung...."eta teh jelema lain...????"
abis sok aneh kitu kelakukannya.

yg terhangat, sahabatku sedang diam manis karena menunggu lampu merah berubah jadi hijau, weh diserempet....sm oknyum dr kantor antah berantah.
dia turun dong....
Lah ...malah dia bilang....."kamu ikut ke kantor sayah!"
huah3x.....
sahabatku dokter yg baik, dia bilang..."loh,bapak yg nyerempet kok saya yg harus ke kantor bapak....???"

iki piyye...3x

dia bilang :"saya gak ada waktu saya harus apel!"

"Loh...saya juga mau apel pak"
"Ya udah...kalau situ mau urusan ke kantor sayah!"

gimana coba??????
kumaha??????
pada makan apa sech????

dia ke kantor dengan wajah sedih dan kesel, tahu apa yg dia ucapkan :" saya doakan dia celaka bagaimana pun caranya...."


hiiii seyemmmmmmm, doa org didzalimin ...gitu loh!!!!

Tamrin said...

hihi ada-ada aja ya oknum yang tidak bertanggung jawab. semoga saja oknumnya tidak lebih banyak daripada yang baik-baiknya. :)