Hanya satu kata : Ahlak .
Tapi dampaknya dalam kehidupan, sungguh teramat luar biasa.
Kayaknya semua orang juga paham, tahu dan setuju, penyebab mendasar dari carut marutnya keadaan berbangsa, bernegara, bermasyarakat, bersosialisasi kita saat ini adalah terletak dalam hal : AHLAK
Semua tahu, semua paham, tapi bagaimana mengurai benang kusutnya ya....
Dari mana mulainya ya....
Bagaimana caranya memperbaiki ahlak, atau membentuk ahlak yang baik agar bangsa ini tidak ribet berkepanjangan ??
Sudah banyak teori untuk memperbaiki moral bangsa, memperbaiki ahlak individu.
Sudah banyak anjuran, berjuta mulut sampai berbusa, kertas presentasi menjulang ke angkasa, rupiah tak terbilang digelontorkan untuk menunjang berbagai program.
Terlalu sering mendengar 3 M....mulai diri sendiri, mulai hal kecil, mulai sekarang....
Tapi....aduuuuuuh.
Pernah ada tulisan di KOMPAS : Hilangnya kesadaran moral, atau hilangnya suara hati.
Saat ini, sudah mewabah gejala penyakit ketumpulan suara hati, dimana mana.
Menurut si penulis, bagi orang yang bersuara hati, ia akan malu jika melakukan perbuatan yang tak bermoral.
Ia akan malu jika membiarkan ada perbuatan yang tak bermoral disekitarnya.
Menurutnya pula, atas bimbingan suara hati, akan muncul keberanian yang membawanya kepada pilihan bernilai....adeueueueh....itu yang bagus bukan ?
Pilihan yang bernilai.....ck ck ck ck....hebat banget ya...
Yang menarik, katanya, keutamaan moral dibentuk oleh kebiasaan, etos dan etik.
Naaaah, disini peran kita sebagai individu dewasa yang paham, mengerti dan sudah melakukan pilihan pilihan yang bernilai, berkewajiban penuh untuk terus menerus menjalankan "kebiasaan" berahlak, bermoral, bersuara hati, dimanapun, kapanpun, dalam posisi apapun.
Disini pula, orang tua berperan utama dalam membentuk ahlak, moral keturunannya sejak awal, sejak janin masih dalam kandungan.
Nilai nilai pilihan yang akan diambil si anak, sebagian besar adalah "kebiasaan" orang tuanya bukan ?
Sebagai anggota masyarakat, kitapun wajib banget menjaga suara hati, sebagai tanggung jawab moral turut membentuk nilai nilai luhur yang akan dijadikan "kebiasaan" anak anak kelak, bagaimanapun caranya sesuai dengan peran dan kemampuan masing masing.
Jadi inget, masa si mamah kecil dulu, pencipta lagu banyak yang mengandalkan suara hatinya untuk ikut bertanggung jawab menanamkan nilai nilai luhur kepada masyarakat, khususnya kepada anak anak yang dalam proses tumbuh kembang.
Coba saja simak beberapa cuplikan lagu lagu si mamah kecil dulu :
He barudak, kudu mikir ti leuleutik, maneh kahutangan, ku indung ti barang lahir nepi ka ayeuna pisan ( anak anak, kalian itu berutang budi kepada ibu kalian sejak lahir sampai sekarang ).
Atau ...eling eling mangkaeling rumingkang dibumi alam, darma wawayangan wae, raga taya pangawasa, lamun kasasar lampah, napsu nu matak kaduhung, badan anu katempuhan ( ingat ingatlah hidup hanya bagaikan peran wayang, kalau menuruti hawa nafsu, kita akan tersesat, akan mendapat hukumannya )
Atau...utamana jalma kudu rea batur, keur silih tulungan silih titipkeun nya diri ( kita harus banyak berteman untuk saling menolong dan saling mengingatkan ).....
Atau..hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman......deueueueueh...indah nian bukan ????.
Sekarang, kita tampaknya kekurangan banget nget nget nget, tokoh teladan atau figur atau peran anggota masyarakat yang bahu membahu membentuk nilai luhur , agar "kebiasaan" yang dijalankan anak anak atau masyarakat umumnya benar benar menjunjung suara hati yang bernilai.....
Coba simak sinetron sinetron, lagu lagu anak anak...
Duuuuuuh ( mama bolo bolo...papa bolo bolo.....maksudnya apa sih ???)
Saat ini, banyak yang terengah engah, tertatih tatih senantiasa mengumpulkan energi, agar nggak kehabisan tersedot sama kejadian keseharian diseputar kita yang bener bener bertolak belakang dengan suara hati kita......
Jangan sampai deh kelelahan, jangan sampai jadi ABCD .
Btw, tahu nggak apa ABCD ? Ampyuuuun Booo...Chapee Dehh....
Yuk ah, kita mah harus anteng aja fokus membangun energi dan berkiprah ikut memberi sumbangan membentuk kebiasaan kebiasaan yang berlandaskan suara hati, punya nilai nilai luhur, bagaimanapun caranya dan sekecil apapun peran kita, iya nggak ???
Naaaah...minggu depan kita kan mau nyontreng.
Saatnya menggunakan suara hati kita.
Ternyata, nyontreng tuh nggak sulit sulit amat koq.....gunakan saja suara hati kita, iya nggak?
Jangan sampai terkecoh oleh janji janji gombal.
Mari kita mulai dengan istighfar, baca basmallah, lahaula wala quwwata ilabillah, tarik nafas dan keluarkan nafas dengan lambat, fokus ke suara hati dan.....contreng .
Semoga kita semua akan mendapat caleg caleg dan pemimpin yang berkualitas, profesional dan berahlak mulia, yang bisa menjadi panutan kita semua, dan membawa kita semua menjadi bangsa yang bermartabat, bahagia dan sejahtera,amin
2 comments:
Katanya.....apa yang dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan,kebiasaan akan membentuk karakter...wadoh...
dari teori bloom juga perilaku dan lingkungan perannya 80 %..jadi jangan deket2 sama lingkungan "dunia lain",dan tetap menjaga perilaku yang "sehat"
selalu dalam memutuskan mah dipakai gabungan ilmu dan iman.gak boleh wawarehan...
btw...ABCD ya...????
kalau sayah mah KTP gitu loh.....(KAJEUN TEUING PISSSAN....!!!)
wek3x peace ah......
iya deh jangan sampe salah pilih dan tergoda goyangan lidah mereka. sekali-kali, don tray det et hom. Ngeri juga kalo milih pamingpin yang salah. Ntar kita disalahin juga pas di aherat. Sereeeem
Post a Comment