Tuesday, June 17, 2008

KEKERASAN

Sudah nyaris habis imunitas atau daya tahan kita terhadap berita yang satu ini : KEKERASAN
Hampir setiap saat , dimanapun, kita disuguhi berita atau disajikan tayangan, tontonan yang mirip : KEKERASAN
Itu yang kita tahu, yang diberitakan, dan cuma sebatas kekerasan fisik.
Yang kita belum tahu?
Yang berupa kekerasan mental ??

Pantas saja bangsa ini nggak maju maju, rakyatnya ditindas terus menerus dari berbagai penjuru sih.
Potensi jadi berkurang, kepercayaan diri menjadi lemah. Instink jahat malah dikembangkan.

Siapa sih yang bisa menjadi pede kalau dihajar terus menerus?
Siapa sih yang bisa menampilkan output maksimal kalau sepanjang hidupnya ditekan, dihina, dilecehkan, nggak dihargai, nggak dipuji?

Dirumah, dilingkungan, di sekolah, di kampus, ditempat kerja, teruuuuuus aja direndahkan, dikecilkan.
Yaaaaa akhirnya jadi rendah beneran, nggak punya apapun untuk dibanggakan, iya nggak ?

Coba, salah siapa bangsa kita umumnya potensinya melemah, outputnya minim? Apatis?
Kreatifitasnya nyaris mati ? Daya juangnya melempem ? Kejahatan, kemaksiatan, jiwa iblis muncul diberbagai lini?
Yaaaaaa...karena salah kita semua juga kan ?
Dan kita pinternya menunjuk orang, mencari kambing hitam.

Yang berlaku ditengah kita saat ini, dan dari jaman baheula, adalah kenyataan bahwa kekerasan, penindasan, dibiarkan terus menerus diberi peluang untuk berkembang.

Buktinya ?
Coba lihat itu tayangan kekerasan di STPDN, STIP, Genk Nero dlsb
Kan udah lama tahu, ada penindasan di komunitas tertentu.
Kan sudah sejak jaman baheula melihat, senior selalu petentengan melecehkan junior.
Koq kita diem aja sih?

Menurut si mamah, yang bertanggung jawab banget ya pimpinan dan staf pengajarnya.
Koq ya ada huru hara dirumahnya kagak mudeng? nggak tahu?

Masa dirumah kita ada kekerasan atau anak kita diluar rumah sekalipun berlaku nggak bener, kita ortunya nggak ngeuh? nggak tahu?

Coba, bukan hanya di kampus yang sudah terpublikasikan.
Bahkan acara ospek, pengenalan kampus atau whatever lah namanya, ujung ujungnya kan cuma ajang perpeloncoan.
Atau dengan arti kata lain, perbuatan penistaan terhadap harkat martabat manusia, penghinaan, pelecehan, penindasan.
Koq dibiarkan sih ?

Hallo....para orang tua, para guru, para kepala sekolah, BKOMS, Dewan Sekolah, para dosen, dekan, rektor?
Anda anda semua yang paliiiiiiiing bertanggung jawab terhadap ajang "KEKERASAN FISIK ATAU MENTAL " ini bukan ?

Coba, bentar lagi nih....adaaaaa aja pembenaran terhadap acara ospek dengan berbagai nama kamuflase.
Padahal, bukan hanya memberi efek pelecehan, penghinaan, penindasan secara fisik dan mental, tapi juga PEMBOROSAN

Bahkan, perpeloncoan sudah semakin parah....terjadi dilingkungan SMP !!!
Apa akan kita biarkan kelak anak TK masuk SD pun dipelonco kakak kelasnya???

Bayangin, bocah bocah petantang petenteng, lajag lejeg, jalang jeleng, teriak teriak sok jagoan, bahkan bubak babuk, didepan juniornya yang tertunduk ketakutan atau bahkan kesakitan !.

Belum lagi secara material, finansial...
Beueueueueue...bangsa miskin koq menghambur hambur duit buat aksi sesaat yang nggak ada gunanya ya.

Ada yang pernah survey nggak sih ?
Berapa ratus milyar atau mungkin triliun uang terbuang percuma , hanya untuk kegiatan semacam ospek yang diselenggarakan diseluruh penjuru tanah air ?

Coba..untuk kegiatan selama 3 sampai 7 hari..kudu beli kaus warna warni yang beda antara kaki kiri dan kanan, untuk beli pita rambut, untuk beli karton, beli permen, coklat, biskuit, bikin nasi hijau, hitam, coklat, kuning, bikin tempe tahu bentuk hati, jajaran genjang, segi enam , untuk beli lele berkumis panjang, ......dll,dlsb
Wuah......si mamah pernah menghitung, untuk satu anak selama ospek , buat beli barang krental krentil, seharinya minimal 25 ribu, terkadang bahkan 100 ribu !!!! busyet banget dah.......

Coba...di satu sekolah aja berapa duit yang terbuang?
Padahal begiiiiiiiituuuuu banyak anak anak putus sekolah, nggak bisa bayar SPP, nggak punya buku, nggak punya seragam, nggak punya sepatu, bahkan nggak bisa makan !

Ospek ? No way lah...
Mending outbond bareng junior senior, berkemah bareng, atau pelatihan kepribadian, pelatihan emosional, game game yang dipandu psikolog lah..banyaaaaak cara mendekatkan satu sama lain, memupuk jiwa kebersamaan, meningkatkan potensi diri dan memunculkan kebanggaan baik pribadi atau korps...iya kan ???

Buang itu pita warna warni, karung terigu, kaus kaki belang belang, tali sepatu warna warni, karton papan nama dlsb dlsb...


Menurut si mamah, kalau Allah "belum" mensejahterakan kita secara merata...yaaaaaa kan kitanya juga selama ini punya andil.
Kita nggak menjalankan maunya Allah sih....ialah berkhidmat kepada dan menjaga semua ciptaanNya, iya kan ?

jadi?

Mari kita bersama berupaya menghilangkan atau paling nggak meminimalkan semua tindakan yang berkedok apapun, tapi ujung ujungnya adalah menurunkan potensi manusia, merendahkan kepercayaan diri manusia.

Kita buang jauh jauh tindakan kekerasan baik fisik maupun mental, dikampus, disekolah, ditempaat kerja, di lingkungan, dan yang terutama dalam keluarga kita sendiri

Hayooooo...ada yang suka marah marah sama anaknya nggak?
Ada yang suka menjewer nggak?
Ada yang suka menuntut atau mengancam nggak?

Jadi inget masa kecil si mamah, usia SD sekitar awal 60 an
Di Taman Cibeunyin Bandung, deket rumah, ada perpeloncoan mahasiswa Sospol Unpad.
Si mamah kecil melihat ada 2 mahasiswa diadu kayak ayam jago...telinganya diludahin, dibentakin
Si mamah pulang terisak isak, abis kasihan sih, nggak tega, lagipula si mamah kan terkenal sejak bocah si mata yuyun, gampang menangis lihat kesusahan orang

Ibunya si mamah bertanya, ada apa ?, beliau segera mencek ke lapangan.
Setelah melihat di lapangan apa yang terjadi, beliau minta ketemu yang paling senior....beliau meminta jangan memberi contoh yang nggak bener terhadap lingkungan...kalian kan mahasiswa, yang seharusnya memberi teladan kebaikan.
Nggak cukup hanya itu...beliau bergegas ke Dipatiukur, menghadap rektor....hehehehe, iya, bener, rektor.
Meminta kegiatan semacam jangan sampai terjadi diluar kampus, memberi contoh nggak baik, mending didalam kampus, terkontrol sekalian.
Plok plok plok....begitu dong sebagai ibu dan sebagai anggota masyarakat yang bertanggung jawab, iya nggak ??

Pembaca,
Hari ini sudah touching, loving, memberi pujian anak anaknya nggak?
Hari ini tersenyum nggak?
Walaupun kecil, dampaknya dahsyat lho....

Semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang memberi kita dan menjaga kita semua agar selalu bersifat pengasih penyayang, amin

6 comments:

mochie said...

mamah sy yg baca aja sampe speechless, no comment... *aliyas bener2 prihatin*

Mom-Aryaka said...

hemmm serem ya mah klo semua terungkap ternyata dinegeri tercinta kita masih aja bnyk terjadi kekerasan dng topeng agar melatih mental lebih tangguh, berani, apalah org sebut yg pasti sy sendiri tidak setuju....


semoga pemerintah bisa merubah sistem mendidiknya agar tidak usah pake anarkis

Anonymous said...

Warisan kolonial yang masih tetap dilestarikan hingga kini, ya mamah?? Sebenarnya dilestarikan atau kitanya aja yang enggan membuangnya sih...

debbie said...

sepertinya memang bgs ini suka keras kepala gak puguh, jelas2 warisan kolonial masih di eman2 smape sekarang
Bener mah, semua bermula dari rumah....

Tamrin said...

Emang parah koNdisi sosial di IndoNesia. Kekerasan sudah menjadi makanan alam sadar dan alam bAwah sadar. Kekerasan terus meraCuni, membius, dan telah mendarah daging. Padahal banyak syair-syair cinta yang diciptakan para pujangGa.
Kayaknya pemerintah harus mengeksPor orang-orang yang terlibAt kekerasan ke negara tetangGa. Biar gak ada orang Indo yg disiksa disana, cz mereka pada takuT. hehe @_@

Anonymous said...

Ada lg kelompok yg mau (rela?) melawan kelompok lain, bahkan petugas keamanan.. sampai sampai mobil yg gak salah dihantam /digulingkan..krn calon kada yg didukung kalah. Knp jd ginii? Kapan yaa ada cakada yg kalah, mau bicara pd para pendukungnya:
trima kasih saudara saudaraku atas dukungannya, kami menerima kekalahan ini.
Demi perdamaian dan ketentraman Indonesia tercinta, mari kita dukung kada terpilih.......???