Tuesday, September 18, 2007

BADUY

Tiba tiba saja 4 orang lelaki berpakaian hitam hitam tanpa alas kaki dengan menyandang gembolan menerobos masuk halaman dalam rumah temanku yang kebetulan pagarnya terbuka.

Halah...siapa mereka ?
Mau apa memasuki daerah privat ?
Secara halus mereka digiring kembali ke halaman depan oleh suami temanku.....

Bapak Gede ! Bapak Gede ! ,seru mereka....
Pas temanku melongok keluar..
Ibu Gede ! Ibu Gede...seru mereka.....

Apa ya maksudnya ?
Selanjutnya, mereka bertutur, sambil duduk bersila ditanah , sementara "Bapak Gede" harus duduk dikursi , karena katanya "pamali" duduk setara mereka.

Konon telah 4 hari 4 malam turun gunung, keluar dari perkampungan mereka, nun jauh didaerah Banten sana, menyusuri jalan tanpa alas kaki, sekedar hanya ingin menjalankan perintah tetua mereka.

Bahwa sudah 3 kali berturut turut, tetua mereka mendapat wangsit, dalam mimpinya ditampakkan wajah seseorang yang harus ditemui dan mendapat anugrah senjata sakti mandraguna bernama senjata merah delima.

Konon, senjata tersebut sudah banyak ditawar orang seharga jutaan, puluhan juta, ratusan juta rupiah.....
ck, ck, ck, ck....senjata apapula ini ya...

Berulang mereka menyampaikan, bahwa "Bapak Gede" bakal kaduhung, mun teu mawa ieu pusaka ( akan menyesal kalau tak mengambil benda pusaka ), atau membeli beberapa kerajinan tangan yang juga mereka bawa.

Dialog yang sepenuhnya terjadi dalam bahasa sunda "mirip bahasa baduy", sementara temanku yang jawa kebetulan saja besar di Bandung , seperti menjurus kearah pemaksaan pembelian "benda pusaka"........

Untung temanku teringat salah seorang relasi yang asli Banten......
Dan ketika dihubungi, dengan tegas mengatakan, jangan dibeli.
Orang baduy tidak demikian, beri saja sedikit uang, jangan banyak banyak, nanti mereka kembali , usir dengan cara halus.

Dan ketika ditolak, dan diberi uang 20 ribu untuk membeli minuman dijalan, mereka toh menerimanya.

Apalagi ketika ditawari makan minum, mereka dengan sukacita menerima bungkusan makanan.

Si mamah sih penasaran banget, bagaimana itu tetua mereka mendeskripsikan wajah "Bapak Gede" yang muncul dalam wangsitnya kepada utusannya, sehingga mereka yakin 100 % temankulah " Bapak dan Ibu Gede"....

Apakah wajah dalam mimpinya itu difoto?
Hehehehehe....

Duuuuh....
Jadi teringat orang baduy asli, yang begitu setia menjunjung nilai nilai luhur.
Yang begitu konsisten menjaga alam dan lingkungan
Yang memang suka berjalan kaki berhari hari dari tempat tinggalnya, hanya sekedar ingin mempersembahkan hasil palawija dari kampung halamannya kepada petinggi nagara yang mereka yakini sebagai suatu kewajiban sebagai penduduk, tanpa pamrih, tanpa mengharapkan apapun jua, tanpa menerima imbalan.
Apalagi ini cuma duit 20 ribu.

Orang Baduy asli sama sekali nggak pernah mau menerima apapun.
Sungguh mereka menjaga martabat kelompoknya secara turun temurun.

Jadi terkenang orang baduy.
Yang konon merupakan penduduk paling kaya di seantero banten, bahkan di Indonesia.
Boro boro minta duit, memberi adalah kebiasaan mereka.

Bayangkan, mereka, orang Baduy asli, rajin bercocok tanam, rajin menjual hasil tanamannya ke"kota", tanpa membutuhkan apapun dari "kota" untuk hidupnya kecuali garam, ikan asin, terasi....
Bisa dibayangkan, berapa besar tabungan mereka sepanjang hidupnya.
Duh....

Koq tega teganya ya merusak nilai budaya Baduy yang begitu indah .

4 comments:

amethys said...

wah bener kata salah satu temanku bahwa Indonesia itu semakin ngga jelas...laah itu orang2 yg mau main tipu, koq tega2 nya ngaku2 dari suku yg terkenal jujur dan tidak ingin menjadi modern :Badui
sedih saya mamah...semoga dibuka hati mereka di bulan suci ramadhan ini yah

Anonymous said...

aduh mah...kalau itu saya yg didatangi sama mereka. pingsan kali. hehe..
salut juga sama mereka yg sampai era modern ini masih menjungjung tinggi nilai budaya nenek moyang. ke jakarta tanpa alas kaki? kalo kelindes ban bajaj aja lumayan cenut2 tuh....
gimana puasanya mamah?

Anonymous said...

meni teungteuingeun nya mah nya... teu gaduh kaera....

eh, mamah, nuhun tos ameng ka rorompok abdi (tos lami, mung abdi teh kakara ayeuna tiasa ameng.. hampura nya mah).

wilujeng saum, mah.

Anonymous said...

Ceritanya mirip banget dengan yang sama alami , mereka pertama hanya menawarkan obat gosok dan mengaku datang dari Badui. Mereka bertiga memakai baju hitam dan ikat kepala biru. Setelah obat gosok dibayar 50 rb , jalan ceritanya persis sama , menawarkan bartu merah delima. Dan mereka juga menawarkan diri u di test keaslian batu tersebut. Setelah dimasukan ke gelas yang berisi air putih , air berwarna terang merah darah. Mereka sih minta uang mahar sebahagai syarat untuk keselamatan dan kebaikan bagi penerimannya.
Hanya karena penasaran, tawaran mahar saya terima dan berpindah tanganlah batu tsb. Kemudian saya coba sendiri, dan memang air dalam gelas berubah menjadi merah.
Mereka juga [ agak mistis nih ]mengatakan khasiat batu tsb.
Cuman dari saya mmg hanya penasaran bagaimana air dalam gelas menjadi berwarna merah terang , padahal hanya batu.
Jadi masih disimpan batu tsb u/ kenang2-an dari mereka.

Wassalam