Wednesday, August 15, 2007

JOKI JOKI KECIL

Ada yang lihat film dokumenter Joki Joki Kecil di Metro TV nggak ?
Itu tuh...film dokumenter yang diperlombakan untuk merebut Eagle Awards.
Suka bagus bagus lho filmnya.

Pokoknya memberi warna yang lain deh, tentang kehidupan jenis lain, apa saja yang terjadi diluar kehidupan kita yang biasa kita jalani.

Film Joki Joki Kecil, kebetulan si mamah nontonnya nggak utuh, nggak dari awal.
Itu lokasinya di Sumbawa kali ya, atau Sumba ?
Pokoknya, tempat dimana kuda nggak terpisahkan dari budaya masyarakat.

Film ini bertutur tentang kehidupan Joki Joki kecil disana......
Duuuuuh, ngeneeees deh....

Ampyuun pisan deh.....
Itu teh bukannya sudah termasuk Kekerasan Pada Anak Anak kali ya.....

Kalau begitu , para dewasa disana sudah melanggar Undang Undang tentang Perlindungan terhadap anak anak dong ya.....
Tapi koq didiemin aja ?
Koq tetep aja berjalan......
Karena budaya setempat ?......

Aaaaah, kalau nyakitin fisik dan mental anak anak mah kan harus dibenerin atuh.....
Tanggung jawab siapa ya......

Miris banget deh lihat anak anak dipaksa naik keatas kuda yang akan berpacu....
Anak yang nangis ogah naik juga dipaksa keatas punggung kuda.
Dipukulin bahkan didatangin dukun, karena katanya si anak "kemasukan"....
Maka si anak dipukul kepalanya, digetok, dibura....
Apa ya dibura tuh...
Disembur air dari mulut...
Trus dipaksa naik keatas punggung kuda yang tanpa pelana.
Nggak peduli si anak roroesan sambil nangis jejeritan.

Ada lagi anak yang jatuh, masih meringis kesakitan, sudah dipaksa naik kembali keatas kuda...
Kaki yang memar, lebam, mungkin juga retak, malah dipukul, ditepuk sama "orang pinter"..

Bibir yang robek atau kepala yang benjol kena papan pembatas start pacuanpun nggak digubris...
Teteeeep harus jadi joki.

Dan, ketika seekor kuda memenangi perlombaan, maka jejingkaranlah para dewasa yang menang taruhan, bergembira mendatangi bandar judi taruhan pacuan kuda.
Sementara disisi lain, joki joki kecil meringis kesakitan dengan wajah lebam, luka pada kaki, mata membiru, bibir robek, dll, dlsb
Dan...tatapan mata kosong yang gimanaaaa gitu.....

Duuuuuh, anak anak.
Kasihaaaan banget ya...
Fisik anak anak kan nggak berdaya buat melawan ketangguhan pria dewasa.
Juga bukan hanya fisik yang sakit....
Tatapan joki joki kecil menggambarkan kondisi kejiwaannya dengan sangat gamblang....

Duuuuh, sediiiih, ngeneeeees lihatnya.

Ada satu joki kecil yang diwawancara.
Itu anak pinter banget ya...
Dia bahkan berkomentar, kalau kesakitan, didatengin dukun biar nggak sakit...
Dan dia agak tertawa...kalau sakit , didatengin dukun, ya sakit sih teteeep aja sakit.....hehehehhe.

Beranian juga tuh anak bicara blak blakan...

Lha iyalah...
Kalau memar, terus dibura, jadi nggak sakit gitu ???

Nonton film dokumenter, koq ya kayaknya kita ini pongah amat ya.
Kurang bersyukur atas berbagai karunia hidup yang kita sudah nikmati selama ini.
Kita koq nggak ngerasain, yang lain, diluar sana, hidupnya gitu gitu amat.

Duuuuuh....
Ada yang bisa nolong joki joki kecil itu nggak ya.....
Pemerintah setempat ?
Atau siapa ya......

Mudah mudahan, pembuatan film dokumenter itu juga menjadi pembuka jalan adanya pertolongan buat kehidupan joki joki kecil menjadi lebih baik.
Kehidupan yang indah, yang membuat pertumbuhan fisik dan mentalnya baik, agar mereka tumbuh kembang dengan baik menjadi dewasa yang tangguh lahir batin, penuh kasih sayang dan full energi untuk manfaat.

Semoga..

3 comments:

Teteh Bunda said...

mamah, pas baca judulnya kirain saya teh cerita ttg joki 3 in 1, trus naha bet di sumbawa? emang disana ada 3 in 1 gitu, ari pek teh... hahahhaha....

btw, nuhun nya mah tos diijinan di Link bari jeung blog mamah Ani tos saya link duluan tanpa ijin heula, hapunteun nya...

Anonymous said...

ceritanya sama tuh kaya yg pernah ditayang di Discovery chanel disini, tapi ini mah di Arab, anak2 dipaksa naek onta...tapi karena karena banyak yg protes, jadi sekarang pake boneka...kalau enggak itu melanggar hak asasi anak2....semoga di Sumba/Sumbawa pun anak2 ngak dipaksa.....Buat apa atuh ada hari anak...kalau mereka tetep disakiti:)
Eta dukun lintuh..panyakit matuh kaleee heeheheheh :D

Anonymous said...

halo mamah ani...
perkenalkan saya, Yuli Andari, pembuat film dokumenter Joki Kecil. Hmmm...terima kasih atas responnya terhadap dokumenter Joki Kecil. Film ini mendapat respon serupa dari banyak pihak, termasuk masyarakat lokal Sumbawa. Perbaikan terhadap nasib Joki Kecil juga coba dilakukan sedikit demi sedikit. Yang paling utama adalah kebijakan Pordasi daerah Sumbawa tentang hak-hak Joki Kecil terutama pada keselamatan mereka. Semoga melalui dokumenter ini bisa jadi entry poin untuk perubahan nasib mereka...semoga ya Mamah...