Thursday, June 17, 2010

AIB

AIB ?
iya AIB. Seminggu ini kan beritanya panas melulu.
Tentang AIB, AIB seseorang..
Dimana mana, media elektronik, kalau ganti channel, pasti nongol lagi tuh berita tentang AIB.
Ada yang dikupas habis sejam penuh. Ada "ahlinya" yang dengan berbinar binar menguraikan "ilmunya" tentang keaslian apa yang sedang diperbincangkan.
Semua bicara tentang AIB, diumbar, entah dibumbui atau tidak

Di media cetak, sama saja.
Gambar besar besar blak blakan dihalaman utama , copyan dari "video", katanya, terpampang jelas dan menyita perhatian, beredar di perempatan jalan, di lampu stopan, di bis, angkot, kereta api, dll, dlsb.

Konon, di HP juga begitu.
Saling tukar gambar, dibuka, ditonton beramai ramai.
Menertawakan, mencaci maki, menghina dina, mengutuk, menyumpah serapah, dll, dlsb
Mengutuk tapi sambil matanya berseri seri menonton sampai habis tayangan yang dipertontonkan.
Menyumpah serapah, mengucap istighfar, tapi sambil terus menyaksikan tayangan.

Ini jaman apa sih ?
Dualisme banget.
Munafik.
Katanya dosa, tapi ditonton, dinikmati malah.

Ada yang menjual, ada yang membeli.
Ada yang mengumpat sambil mengambil untung.
Ada yang mencari nafkah sampai larut malam mengejar sumber berita, hanya untuk menyebarkan AIB.
Astaghfirullahaladziim.
kasihan keluarganya, diberi nafkah dari upah menyebarkan AIB orang lain. Sungguh kasihan

Yang menonton tayangan, yang membaca berita, yang melihat rekaman, semakin hari semakin menggila.
Yang munafik semakin banyak pula.
Kalau nggak sepakat, ya jangan ditonton, pindah channel.
Kalau itu dianggap perbuatan nista, ya jangan minta dikirim rekamannya dong.
Kalau berpendapat yang melakukannya dosa, yang menyebarkannya dosa, ya jangan ikutan nonton dong..

Kita, suka sibuk menuding, menghakimi, menghina dina, menistakan seseorang yang kita "anggap" berdosa.
Dan tanpa kita sadar, kita juga terhanyut dosa dengan menonton, mengupas tuntas, membicarakan hal hal yang kita anggap "menghinakan diri sendiri" tersebut.

Dosa perbuatan seseorang,hanyalah Allah Yang Maha tahu.
Biarlah Allah yang mengurus dan menghukumnya.

Kita, nggak punya urusan dengan memperbincangkannya, mengupas tuntasnya, menghakiminya, menghina dinakannya, menistakannya.

Kita alpa, bahwa kita punya kewajiban berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan mahlukNya.

jelas, sebagian besar kita, saat ini makin nyata nyata "terlihat" cukup aktif "mendekatkan diri" kepada Allah.
Kita melihat jelas, banyak yang berupaya keras "mengumpulkan poin demi poin " pahala kebaikan beribadah kepada Allah.
Masjid penuh, pengajian dimana mana, bimbingan baca Al Quran tersebar diseluruh pelosok.
Sejak pagi buta tayangan bimbingan agama sudah marak disemua channel TV atau diberbagai pemancar radio, apalagi di masjid masjid, surau, mushala..
Acara apapun, tak luput ada tausyiah, ada pengajian.
Hubungan dengan Allah semakin "mesra"", tampaknya.

Lantas, bagaimana hubungan dengan mahlukNya?

Ini yang aneh.
Kalau hubungan dengan Allah semakin marak, lho...logikanya kan hubungan dengan mahlukNya juga semakin meningkat kuantitas dan kualitasnya.
Bukan begitu ?

Mengurus, merawat, menghormati, memelihara, memuliakan mahluk mahlukNya juga kan pada dasarnya menjalankan perintahNya, memuliakanNya, bukan begitu?

Berkhidmat kepada mahlukNya, bukankah berarti berkhidmat juga kepadaNya?

Kita lupa, lalai, alpa,
Mahluk mahlukNya terabaikan, bahkan diabaikan, bahkan dihina dinakan, dinihilkan, dinistakan.
Kita merasa paling mulia, paling berahlak, paling nomor satu ahli surga, sehingga berani beraninya menistakan mahlukNya.

Bukankah kalau seseorang berbuat salah, adalah kewajiban kita merangkulnya, mengajaknya dengan penuh kelembutan dan kecintaan, memberinya penjelasan dengan arif bijaksana, agar yang tidak tahu menjadi tahu? Agar yang tidak paham menjadi paham? Agar yang tidak mengerti menjadi mengerti?

Bukankah kita "diwajibkan" bersikap santun, lembut, penuh kasih sayang kepada siapapun ?
Bukankah yang tahu dosa dan tidak itu hanyalah Allah semata?
Jangan jangan, kita yang sok mulia, yang sok paling disayang Allah, yang sok ahli surga, malah niat kita sebenernya nggak tulus ikhlas.
Dan siapakah yang tahu niat seseorang? Bukankah hanya Allah semata ?

Katakanlah si A,B,C,D yang konon berbuat AIB, benar berbuat AIB.
Pantas dan layakkah kita mencaci maki, menistakan, menghina dina ?

Yang berbuat dosa tokh mereka, dan dalam masyarakat ada kelompok yang berkewajiban menyelesaikannya, jika itu dianggap melanggar hukum.
Bukan kita, yang malah sibuk bergunjing, ghibah dan bahkan fitnah.
Kita bahkan wajib merangkulnya dengan santun, memberi pemahaman dan pengertian agar mereka paham dan mengerti, sehingga selanjutnya terhindar dari perbuatan yang tercela.

Apa yang kita lihat , yang terjadi dalam masyarakat kita saat ini ?
Yang denger sepotong sepotong, yang menonton tayangannya, lantas menghina dina si pembuat AIB , apakah kita berahlak mulia?

Miris rasanya, melihat orang lain yang kita anggap "kurang mendekat kepada Allah", tapi berbuat banyak untuk mahluk mahlukNya.
Dan lebih miris rasanya, melihat mereka "yang konon katanya lebih punya hubungan dengan Allah", malah menistakan mahlukNya.

Astaghfirullahaladziim


Kita ingin negara kita yang kaya raya, subur makmur ini bisa memberi kesejahteraan yang memuliakan bagi segenap bangsanya, seluruh rakyatnya.
Dan untuk itu, kita semua punya kewajiban bersama untuk berkhidmat kepada mahluk mahlukNya.

Semoga, dari setiap kejadian perkara, kita diberi hidayah, untuk memahami kehidupan yang hanya sekejap saja. Kita bisa memetik hikmahnya, menjadi mahlukNya yang lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi.

Petatah petitih orang tua tentang berita sih kan jelas, kalau ada berita, ya kita teliti dulu kebenarannya, isi beritanya dan manfaatnya.
Kalau beritanya cuma "katanya", lantas tentang keburukan seseorang dan nggak ada manfaatnya pula buat kita, ya jangan buang waktu buat dengerin berita tersebut, apalagi menontonnya.

AIB ?
Ya jangan ditonton atau diperbincangkan.
Jangan menyulut dosa berjamaah karena ghibah atau fitnah.

6 comments:

Tamrin said...

Betul sekali mah. Nuhun udah diingetin. Emang aneh ya jaman sekarang. Saya juga agak ngeri kalo daging yang tumbuh di badan kita adalah hasil dari uang perbuatan ghibah (e.g. nyebar gosip lewat tulisan, jualan pisidi porno ybs, dll)

Bisa kacau dunia persilatan kalo daging, energi, keringat, apapun yang ada sangkut pautnya dengan tubuh berasal dari uang hasil ghibah. Mengerikan sekeli.

*ngacung: untung saya gak liat videonya, hehe

Lita Lalucu.com said...

postingan yg bagus mom..
di jadikan pengingat atas hal yang sedang gencar dibicarakan belakangan ini.
zaman sudah aneh sekarang.

http://lalucu.com/

ifa said...

apa kabar mah? semoga sehat selalu ya :)

wonka said...

kumaha damang tante?

CÜpú kisяÜh said...

bner banget ma :)
semoga kita semua terhindar dari perbuatan yang tercela dan yang di larang allah swt.
AMIN...

paromo suko said...

numpang komen:
itu kualat sama si kancil
yang dulu sering dirasani oleh guru-guru dan murid-murid di sekolah
dan sekarang sudah nggak laku

kuno, katanya