Sudah pernah baca postingan tentang Tarhil?
Itu tuh cerita tentang WNI yang bikin masalah di Arab Saudi.
Kemarin, menurut berita, Departemen Luar Negeri, Departemen Agama, Departemen Sosial dan Departemen Tenaga Kerja, lagi lagi disibukkan oleh masalah Tarhil tersebut.
Bayangkan, sejak Desember 2008 sampai Juli 2009, dari Arab Saudi saja, ada sekitar 13 ribu WNI yang masuk kelompok Tarhil.
Duuuhhh....koq masiiiiiih adaaaaa aja yang berniat dan melakukan tindakan yang mencoreng nama bangsa dan negara ya.
Koq masih ada aja yang nggak mikir panjang, mempermalukan dan merendahkan martabat bangsa dan negara hanya untuk keuntungan sendiri.
Bukan hanya sekali, biasanya mereka melakukannya berkali kali, nyaris setiap tahun malah.
Siapa yang paling bertanggung jawab?
Kalau menurut si mamah sih ya Departemen yang terlibat dalam perijinan keberangkatan mereka.
Departemen mana yang memberangkatkan mereka dengan memakali jalur umrah dan haji?
Departemen mana yang memberi rekomendasi identitas penduduk untuk pengurusan paspor dan visa?
Departemen mana yang memberangkatkan mereka dengan jalur tenaga kerja?
Koq mereka yang pernah Tarhil nggak di blacklist sih?
Kan pasti ada nama namanya mereka yang pernah bermasalah dengan Departemen Luar Negeri yang bertanggung jawab memulangkan mereka dari Arab Saudi?
13 ribu itu nggak sedikit lho
Coba hitung, berapa anggaran untuk memulangkan mereka.
Sementara mereka yang diurus negara, malah cekikikan di penjara penjara, di sel sel kantor polisi Kerajaan Arab Saudi, gaduh sepanjang perjalanan dan........berganti rupa ketika di cengkareng.
Bayangkan, ada yang pake celana ketatlah, sepatu hak tinggi lah, pakaian seronok lah.
Coba deh perhatikan, begitu pesawat landing di Cengkareng, mereka menyerbu toilet untuk berganti pakaian dari abaya yang serba hitam, menjadi pakaian yang seronok, komplit dengan make up yang memunculkan wajah dan penampilan yang amat berbeda.
Siapakah yang masuk kelompok tarhil ?
Mereka adalah WNI yang bukan TKI, karena mereka menggunakan visa haji atau umroh. Mereka kemudian melarikan diri untuk mencari pekerjaan di sana.
Mereka menjadi masalah sosial di Kerajaan Arab Saudi.
Para WNI tersebut melakukan aksi-aksi yang memalukan seperti tidur di kolong jembatan, mengejar mobil patroli dan berdemonstrasi dengan harapan mereka dideportasi ke Indonesia untuk mengurangi biaya mudik.
Padahal Arab Saudi saat ini tidak lagi melakukan deportasi kepada WNA yang menjadi masalah sosial di negerinya.
Otomatis, biaya pemulangan mereka kan ditanggung pemerintah kita bukan?
Bayangin, 13 ribu WNI harus dipulangkan dalam 7 bulan ini, belum lagi nanti setelah usai Ibadah Haji yang akan datang.
Duuuh....koq begini begini terus ya.
Konon, mereka itu diberangkatkan oleh agen yang itu itu juga.
Dengan memakai visa haji atau umrah, mereka berangkat ke Arab Saudi, kemudian nggak pulang pulang, overstay, bekerja dan duitnya dikirim ke kampung halaman lewat para agen.
Sementara, mereka menghilangkan identitas diri berupa paspor dlsb plus nggak memegang uang satu reyalpun.
Dan apabila mereka ingin pulang, ya begitulah, demo dijalan, mengejar mobil patroli polisi agar mereka ditangkap.
Maka, mereka akan tertangkap, dimasukkan mobil berkerangkeng kayak binatang liar yang tertangkap, dan dimasukkan sel polisi sambil menunggu jadual pemulangan ke kampung halaman dengan biaya ditanggung pemerintah.
Duh....koq selalu terjadi lagi, terjadi lagi yang beginian ya.
Coba, siapa yang paling bertanggung jawab selain pelaku Tarhil?
Siapa yang bisa memberangkatkan mereka?
Agen perjalanan yang merangkap agen Tenaga Kerja bukan?
Koq nggak nyadar nyadar sih?
Bahwa tindakan mereka itu "mencuri" uang rakyat juga disamping merendahkan martabat bangsa?
Kena kategori korupsi juga bukan?
Lha, koq nggak ditangkep tangkep atau diusut dari dulu ya ?
Au ah gelap.
Yang jelas, kalau baca berita tentang Tarhil, perasaan jadi nano nano
Ya kesel ya malu lho.
Coba, apa nggak malu kalau mengingat bangsa kita dikejar kejar polisi Arab, dipenjarakan, digiring pulang , diantar ke bandara kayak menggiring bebek sambil dikawal polisi?
Malu kan ?
1 comment:
Mamah Ani,
kalo mau tahu, dari mana awal-awalnya maka urat malu Bangsa kita itu kebanyakan pada "putus", coba deh luangkan waktu buat baca bukunya John Perkins CONFESSION of an ECONOMIC HITMAN, disambung dengan bukunya Steven Hiatt A GAME AS OLD AS EMPIRE.
Di situ diungkapkan bagaimana para arsitek ekonomi kita mengemis utangan ke negara-negara IGGI, bagaimana mereka ngajejentul nunggu di luar ruangan sementara toewan-toewan di dalam ruang rapat (di Genewa) berunding bagaimana caranya menghisap darah Bangsa Indonesia sampai sekering-keringnya.
Lalu para arsitek ekonomi itu dipanggil dan dibilangin (BUKAN diajak rundingan) bahwa: "We WANT this..., we WANT this...., we WANT this...dst.!"
Para "ekonom" ini cuma manggut-manggut bilang "Yes, Sir!", "Yes, Sir!"
Pulang ke Indonesia, mereka jadi pahlawan, karena berhasil "dipercaya" untuk mendapatkan "bantuan ekonomi" dan sampai sekarang masih dianggap dihormati sebagai pahlawan!
Kalau contohnya seperti itu, bagaimana kita mau menyalahkan rakyatnya? "Bantuan" itu juga, kita semua tahu ke mana bermuaranya, 'kan?
Salam,
Iwan
Post a Comment