Monday, June 22, 2009

EGOISME

Pilpres tinggal hitungan hari.
Masa depan bangsa dan negara dipertaruhkan.
Kita semua, punya kesempatan besar turut andil dalam meraih kegemilangan bangsa dan negara yang bermartabat.
Nyontreng kan peluang untuk menentukan langkah kedepan bersama bukan?

Masih adakah yang egois ????
Masih adakah yang cuma mikirin kepentingan pribadi dan golongan??
Masih adakah yang nggak peduli dengan nasib masa depan bangsa dan negara yang amat kita cintai ini ?
Masih adakah yang sibuk menghitung untung ruginya hanya buat pribadi dan golongan?

Ternyata.......uuuugh, banyak banget ya.
Mau tahu contohnya ?

Seorang teman, beberapa hari yang lalu berkata, bahwa di pemukiman tertentu, gencar disebar luaskan issue agar nyontreng kandidat tertentu.
Obrolan di masjid, di arisan, di pengajian, diwarung, di kantin, di kantor, di seputar tukang sayur, ya begitulah.
Lebih baik contreng si anu.

Kenapa?
Karena si anu diyakini akan menyetujui keinginan sebagian penghuni pemukiman tersebut.

Apakah itu ?
Ialah pengambil alihan aset negara menjadi hak milik pribadi.

Halah.
Hare gene masiiiiiiiih aja ada yang berpikiran pengen menguasai aset negara.
Mobil dinas lah, rumah dinas lah.

Kalau semua diobral, lantas generasi berikutnya yang notabene lebih moncer, lebih cemerlang, mau dikasih amunisi apa?
Sementara sebagian besar yang sudah nggak berkontribusi aktif buat negara mendapat kemudahan dan kenyamanan, generasi baru yang harus total all out menampilkan yang terbaik demi kemajuan bangsa dan negara, nggak disupport ?

Siiiiighhhh.....
Memang, egoisme tuh nggak kenal usia ya.
Nggak cuma milik anak balita yang memang egonya masih tinggi, pengen menguasai segala benda.
Anak balita kan begitu kan ?
Semua barang suka dianggap miliknya

Nyontreng, ternyata masih juga memperhitungkan egoisme.
Untung ruginya "hanya" buat pribadi dan golongan.
Nyontreng,kan sebaiknya berlandaskan kepentingan bangsa dan negara, bukan begitu?

Kita masih punya waktu melihat, mendengar, mencermati, menganalisa, mempelajari track record, karakter, sifat para kandidat yang berlaga.
Apakah kita siap nyontreng dengan tanggung jawab yang begitu besar?
Dunia akhirat lho tanggung jawabnya.

Bukan hanya pemimpin yang bertanggung jawab atas kemajuan bangsa dan negara.
Kita, yang juga harus bekerja keras memperbaiki masa depan generasi berikutnya, juga harus cerdas dan cermat nyontreng pemimpin.

Kita, punya hak dan kewajiban yang besar, menentukan kegemilangan masa depan anak keturunan kita.
Oleh sebab itu, nyontreng dengan alasan kepentingan pribadi, apalagi cuma sekedar iming iming materi atau duniawi, kan mestinya sudah jauh jauh disingkirkan.

Nyontreng, adalah kewajiban kita yang akan dipertanggung jawabkan dunia akhirat.
Nyontreng, adalah amanah yang dibebankan kepada kita untuk dilaksanakan dengan baik dan benar.

Baik dan benar?
Lha iyalah
Makanya, egoisme, atau kepentingan pribadi, harus bener bener tidak diperhitungkan.

Kepentingan rakyat, bangsa dan negara, adalah jauh diatas kepentingan ego yang cuma sesaat.
Umur manusia siapa tahu bukan?
Nyontreng sembarangan, trus yang harus menanggung akibatnya bertahun tahun kemudian adalah duaratus juta lebih penduduk Indonesia.
Berani bertanggung jawab di akhirat nanti?
Hiiiiiiyyyy

Jadi?
Tajamkan nurani ( kata orang sunda mah...sing seukeut hate ), agar kita nyontreng dengan baik dan benar, dan siap mempertanggungjawabkannya dunia akhirat.

Selamat menajamkan nurani, menjauhkan egoisme, dan semoga bisa mendapat pencerahan agar bisa nyontreng dengan baik dan benar.

Salam

2 comments:

meity said...

Mah, sayangnya Meity bermasalah dengan hak suara berhubung ada masalah dengan KTP. Seandainya dikasih kesempatan buat milih, rasanya udah tau harus milih yang mana. Kan sebenernya, setiap pasangan capres-cawapres itu udah ada track recordnya, jadi biarin aja tim sukses itu berkoar-koar tapi track record seseorang mah ngga bisa dimanipulasi.

Yuk ah, kita milih dengan bijak.

Anonymous said...

Wah, masalahnya gawat banget, ya?

Yang gawatnya agak mendingan ialah para terpelajar yang "menonton" pilpres ini seakan-akan tidak punya kepentingan apa-apa di dalamnya. Seakan-akan comfort zone yang sedang dirasakannya itu kekal akan dimiliknya. Siapapun presidennya, mereka akan tetap comfort!

Baagaimana ya, menyadarkan mereka bahwa mereka itu juga wajib bertanggung -jawab atas kelangsungan hidup Bangsa dan Negaranya?

Ehhh...., mereka pasti golongan yang berpikir, bahwa diapain juga, dunia masih tetap akan berputar. Dan Indonesia tidak akan pernah punah!

Apa iya?

Salam,

Iwan