Friday, April 17, 2009

SYAHWAT KEKUASAAN

Akhirnya, kita juga bisa melihat, mencermati, mempelajari dan berkesimpulan, bahwa SYAHWAT KEKUASAAN, terbukti dan memang jauh lebih "bedebah', daripada syahwat seksual.

Iya kan?

Coba saja ikuti berbagai berita perkembangan politik negeri ini diberbagai media.

Pertunjukan episode jenis apa yang sedang Allah pertontonkan kepada kita semua dalam pesta akbar 5 tahunan memilih siapa yang akan ngurus negara?

Karakter elite politik yang aslinya orang per orang, yang bagaimana yang sedang Allah perlihatkan kepada kita?

Kita tercengang, sekaligus miris, kecut, melihat begitu banyak ahlak, yang notabene adalah reaksi spontan tanpa rekayasa orang perorang dalam keaadaan "terdesak" atau "kepepet" ?

Lha....sekarang emang lagi kepepet?....Kepepet bagaimana?
Lha iyalah, sudah mengeluarkan materi yang luar biasa dan menanamkan harapan petruk jadi raja, taunya gembos, ditinggalkan rakyat.....

Kayaknya, para elite politik sudah pada kena alzheimer, sudah pikun, sudah lupa, bahwa rakyat sekarang sudah pinter, dan rakyat itu lebih sehat, nggak pelupa.

Coba simak, ada elite politik yang ngomong begini, tapi gaya hidupnya begitu.
Ada yang teriak jangan bodohi rakyat sambil dia juga dariiiiii dulu ngebohongin rakyat, emang rakyat sudah lupa???
Ada yang meracau kampanye negatif, padahal dia sendiri track recordnya amat sangat amburadul. Persis kayak teko, isi teko apa, ya keluarnya begitu sesuai isinya.

Ada yang benar benar lupa siapa dia dulu, padahal rakyat itu sehat semua, nggak kena penyakit alzheimer, pikun.Rakyat mengingat dengan jelas segala tutur kata dan sepak terjangnya. Bener lho....rakyat itu memorinya kuat, nggak gampang terhapus.

Duuuuh....benar, syahwat kekuasaan itu amat sangat "bedebah".
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Hanya Allah yang bisa menolong kita terhindar dari nafsu syahwat kekuasaan sang elite politik yang sudah begitu kebelet pengen duduk dikursi.

Kita, rakyat, yang sebenernya nggak begitu banyak kemauannya, hanya ingin punya pemimpin yang jujur, profesional, tangguh pekerja keras, amanah, berahlak dan berbudi luhur, dan, sangat takut kepada Allah.
Pasti ada kan ? Kita kan jumlahnya lebih dari 220 juta ?

Tadi pagi, dikoran, si mamah baca, seorang elite menyampaikan, bahwa kita mau berkoalisi asal "kita" tidak dirugikan.
Kita ???????...elo aja kaleee, gue nggaaaak....
Hehehehehehhe, jadi inget celetukan Ruben Onsu

Jadi, yang dimaksud "kita" tuh siapa ya.
Kan, menurut si mamah nih yang rakyat jelata, koalisi itu bukan bagi bagi rejeki,bukan bagi bagi kursi, bukan bagi bagi kekuasaan.
Tujuan akhirnya kan kepentingan rakyat.
Jadi koalisi itu motivasinya, niatnya, nawaetunya ya hanya untuk kepentinganm rakyat, bukan kalkulasi dagang untung rugi buat "kita".

Jadi, kalau rakyat diuntungkan, tujuan akhirnya buat rakyat makmur sejahtera, ya berkoalisi sajalah.
Gitu aja koq repot.


Memang benar, kalau mau ngurus orang lain, diri sendiri itu HARUS sudah tercukupi, harus sudah nggak ada keinginan lain, selain pengen pulang dengan baik, pengen khusnul khatimah.
Cuma itu kan ?
Koq repot amat sih ?
Cukup, bukan berarti materi lho....
Merasa cukup karena senantiasa barsyukur dengan sebenar benarnya bersyukur, bahwa Allah sudah begiiiiiiitu banyak memberi kepada kita, memberi aaaapa saja,, mulai dari kehidupan, oksigen gratis, kesehatan, ilmu, kesempatan, karir, keluarga, relasi, dll, dlsb.

Jadi, kita masih punya waktu untuk berdoa, meminta, berdoa, agar Allah terus mempertontonkan ahlak , watak aslinya mereka yang pengen jadi raja.
Agar kita semua nggak salah nyontreng nanti dibulan Juli.

Yuuuuk, banyak berdoa yuuuuuk
Hasbiyallah, hanya Allah penolongku, penolong kita semua, rakyat Indonesia yang masih paaaaaanjaaaaang perjalanannya.

Mungkin, tayangan berita akhir akhir ini, memang paling tepat berjudul SYAHWAT KEKUASAAN..........iya kan ?


Salam

No comments: