Episode kehidupan kita semua, rakyat Indonesia, sedang memasuki adegan yang konyol, miris, mencengangkan, memilukan tapi sekaligus mencerahkan.
Kehidupan kan nggak selamanya tanpa gelombang.
Kadang kita adem ayem, kadang terkena gelombang dahsyat, riak kecil atau bahkan masuk wilayah turbulen, nggak karu karuan.
Biasanya, bagaikan kawah candradimuka, episode gonjang ganjing kalau disikapi dengan sikap tawakal dan ikhlas dan memfokuskan tujuan hidup hanya bagi Allah semata, plus mencermati tanda tanda maunya Allah bagaimana, episode tersebut akan terlampaui dengan baik dan membuat kita menjadi lebih baik, lebih arif bijaksana. Naik kelaslah.
Kita semua sedang menyaksikan episode "penelanjangan diri", begitu istilah temen si mamah, Om Kapiten Iwan.
Kalau kata nenek si mamah dulu, mungkin beliau menyebutnya "ngaboretekeun isi kadut sorangan"....heheheheheheh, alias mempertontonkan isi perutnya sendiri, alias memperlihatkan sebenar benarnya karakter atau pribadi seseorang.
Apa maksud Allah kita memasuki episode ini?
Menyaksikan semua hingar bingar politik, cakar cakaran, gontok gontokan, seringai seringaian, umpat umpatan,telikung telikungan dari segelintir orang, dll, dlsb?
Mungkin Allah sedang mempertontonkan keaslian karakter orang perorang, agar kita nggak salah nyontreng nanti, Juli 2009, bukan begitu?
Kita, jutaan rakyat, sepanjang hari disuguhi berita tentang "pertarungan" memperebutkn kursi dari beberapa gelintir orang saja.
Iya, bener, kalau dicermati sih kan cuma sepersekian persen saja atau nol koma nol nol nol nol nol sekian sekian persen kali ya dari jumlah penduduk yang ribuuuuuut melulu.
Mereka ribut ngapain sih?
Buat apa sih?
Kalaupun dapet kursi, akan mereka pergunakan untuk apa sih?
Buat kepentingan rakyat?
Buat memperbaiki kesejahteraan rakyat?
Buat program supaya rakyat nggak kelaparan, nggak kehujanan, nggak miskin, nggak bodoh, ?
Buat program agar negara makmur sejahtera, aman damai, tertib serta adil makmur?
Atau hanya untuk kepentingan pribadi, kepentingan segelintir orang yang ribut melulu itu berikut temen temennya, relasinya, saudaranya, kelompoknya?
Cuma beberapa gelintir saja yang ribut habis habisan, mengatasnamakan kelompok, bahkan mengatas namakan jutaan rakyat. Apa iya begitu?
Episode kehidupan berbangsa bernegara kali ini, bener bener mengingatkan si mamah akan pak Ikin ( hallo pak Ikin, dimana ya sekarang ? )
Beliau adalah teman seperjalanan haji si mamah tahun 1997 dulu, tepatnya teman kerja dalam group medis.
Tahun 1997 kan si mamah bertugas dalam team medis haji kloter Ciamis campur Bogor, dan pak Ikin saat itu bertugas sebagai perawat.
Masih terngiang ucapan beliau, elite politik tuh salah mengartikan arti politik.
Mereka seharusnya BERPOLITIK BUKAN BERPULITIK.
Apa bedanya ?
Berpolitik itu adalah NEMPO NU LEUTIK ( "melihat" yang kecil alias rakyat , atau memperhatikan kebutuhan rakyat ).
Sedangkan berpulitik itu adalah NIPU NU LEUTIK ( menipu yang kecil , alias menipu rakyat )
Nah lhoooooooo...........
Hayoooooh.....pak Ikin aja, rakyat, tahu.
Mana yang NEMPO mana yang NIPU..........
5 comments:
Wah, ceritanya bagus. SEmoga aja caleg yang terpilih gak berpulitik. amin
giniii
katanya politis atau wakil rakyat jangan jadi mata pencaharian,
itu panggilan jiwa semacam pengabdian.
kalau bukan karena pengabdian atau panggilan jiwa ya jadi gituuu ada istilah untung rugi...
ngabdi kok ada merugi...masa sih???
malu2 in deh!!!
Leres pisan Mom .. hese ningalina tah mana nu Nempo mana nu Nepu hehehehhehehe .....
Dari pada pusing-pusing, Mamaah...
HIDUP PAK IKIN!!!
ah ya ya....
lucu deh liat "orangyangngakunya politikus" pada rebutan kursi...
lagian klo orientasinya "untung rugi" ngapain terjun ke politik, pasti lebih banyak ruginya.
ibarat orang investasi, mereka gak ngerti memperhitungkan efisien frontiernya.klo hukum investasi mengatakan"hight risk,hight return", klo politik mah "hight risk,hight risk + hight risk".
Jadi klo mau kaya,bukan jadi caleg caranya,,,
Post a Comment