Monday, February 16, 2009

BATU PETIR

Akhir akhir ini media masa gencar memberitakan tentang "Fenomena Batu Petir " yang melibatkan seorang dukun cilik.

Maka, si dukun cilik yang menggenggam batu petir, seolah tersita waktu kanak kanaknya, hanya untuk mencemplungkan genggaman tangannya yang erat menggenggam batu tersebut kedalam air yang dibawa masing masing pasiennya.

Ribuan pasien setiap hari antri untuk memperoleh kesempatan berjumpa sekian detik dengan sang dukun, dan memperoleh tuah berupa air yang sudah dicemplungi tangan si dukun yang menggenggam batu petir tersebut.

Begitulah gambaran masyarakat kita.
Masiiiiiih saja terkungkung oleh keyakinan keyakinan yang bagi sebagian orang nggak masuk akal.

Kalau dipikir pikir dan diingat ingat, petir itu kan sudah bebeledagan dari jaman baheula.
Petir itu sudah menyambar nyambar tanah dan batu sejak ribuan tahun bahkan sejak dunia diciptakan bukan ?

Buat si mamah, artinya, begitu banyak batu petir berserakan dimuka bumi.
Begitu banyak tanah petir terhampar luas.
Kalau begitu, air tanah juga kan air rendaman batu petir bukan?
Trus, air menguap, dan kemudian jadi hujan, lha...itu sungai juga rendaman air batu petir bukan?

Lantas, air yang kita minum, air yang kita pake mandi, juga rendaman batu petir bukan ?
Jadi, seharusnya kita semua sehat wal afiat seperti pasiennya dukun cilik yang bawa bawa batu petir itu bukan ?
Kenapa harus jauh jauh menjumpai dukun cilik?
Kenapa harus berdesakan antri sampai ada yang mati segala?

Hehehehehehe...au ah gelap.

Fenomena dukun cilik tersebut , bisa kita lihat dari sisi lain.
Bahwa, memang banyak banget bagian bangsa ini yang mudah percayaan, mudah tergiring ke hal hal yang kadang nggak masuk akal.

Bahwa, intinya pengobatan adalah sugesti, kalau dia percaya disembur dukun akan sembuh, maka dia "akan"sembuh, terutama penyakit penyakit psikosomatis akibat stress dll.
Maka fenomena batu petir seharusnya jadi PR buat petugas kesehatan.
Koq mereka lebih percaya dukun? Dukun cilik lagi?
Ada apakah gerangan?
Petugas medis judes? Nggak ramah? Susah berobat ke tenaga medis ? Mahal?

Bahwa, begitu banyak orang yang egois, nggak melihat betapa menderitanya sang dukun cilik.
Ia lepas dari dunia anak anak, nggak bisa sekolah, nggak bisa bermain, hanya karena harus meladeni kemauan banyak orang dewasa.
Bukan hanya kemauan pasien, tapi juga ketamakan orang orang yang memanfaatkannya.

Bukan rahasia, begitu banyak pihak yang diuntungkan oleh adanya dukun cilik berbatu petir tersebut.
Ada panitia,ada keamanan, ada penjual makanan, ada penjual air, ada penjual wadah air, ada yang menyewakan penginapan, ada yang mengupayakan transportasi.

Beueueueueueuue....
Banyak pihak yang berupaya keras agar sang dukun cilik terus membuka praktek agar mereka juga kecipratan rejeki, iya kan ?

Kenapa sih nggak direndam aja itu batu petir disumur , dan air sumurnya dijual kepada pasien yang membutuhkan?
Kan lumayan, sekampung juga masih kecipratan rejeki tanpa merampas hak si dukun cilik untuk bersekolah dan bermain?
Kan lumayan si dukun cilik juga dapat royalti.....
Hehehe, gaya banget , kecil kecil dapat persenan ya.

Kenapa sih nggak membiarkan saja si cilik bebas menikmati masa kanak kanaknya ?
Duuuhhhhh...

Ramalan si mamah, akan muncul banyak "dukun" yang mengaku punya batu petir.
Bahkan, segera akan diperdagangkan batu batu yang diklaim sebagai batu petir.

Just wait and see...........

2 comments:

Tamrin said...

Iya ya, orang indonesia ini ada ada ajah. ketika orang lain mengembangkan teknologi pengobatan moderen, kita malah masih banyak yang percaya hal hal begituan.

primaningrum said...

hehehehe bener thu mah ramalan mamah!!! makin banyak bermunculan "batu petir" hehehehehe,...

iya disatu sisi lucu, disatu sisi ada rasa prihatin juga. tapi ya mo gimana lagi mah, inilah negara kita tercintah, endonesah, yang masih mengagungkan "kemistikan"