Saturday, September 13, 2008

KESALEHAN SOSIAL

Melihat antusiasme kaum muslimin dan muslimat berpuasa, "ngabuburit", tarawehan, shalat subuh di masjid, shalat jum'at, dlsb, kayaknya nggak perlu diragukan lagi, bahwa bangsa Indonesia sejak beberapa tahun ini menapaki episode kehidupan peningkatan kesalehan individu.

Iya apa iya ya ?

Wallahu alam

Yang tahu nilai kesalehan seseorang, kualitas ibadah seseorang, mutu kesalehan seseorang, hanya Allah Yang Maha Memiliki segalanya, bukan begitu ?

Tapi secara kasat mata, sebagai awam yang melihat, dibandingkan dari tahun ke tahun, makin banyak orang ikut pengajian, makin banyak pendakwah-ustadz-ustadzah, makin banyak acara TV yang bermuatan pencerahan agama, makin banyak orang ikut umrah, makin banyak yang berhaji, makin banyak yang memakmurkan masjid saat shalat jumat dan ramadhan.
Bukankah itu "pertanda' adanya keinginan untuk meningkatkan kesalehan individu?

Kalau disimak, orang berlomba mengumpulkan point pribadi, ibarat peneliti yang senantiasa sepanjang karirnya sibuuuuuk mengumpulkan point demi point agar jenjang kepenelitiannya meningkat terus, sehingga "reward" nya juga naiiiiik terus, reward untuk pribadi, tentu saja.

Naaaah, kenapa atuh ya koq keadaan masyarakat kita koq begini begini saja, ggak maju maju.
Baik dari segi kesejahteraan, kenyamanan hidup, kesehatan, pendidikan, wawasan, etika,
azas manfaat, koq kayaknya malah makin amburadul ya.

Mungkin, kita alpa terhadap tugas dan kewajiban kita untuk juga meningkatkan kesalehan sosial.

Kita terjebak, terkungkung dalam pengertian orang saleh itu yang rajin shalat, rajin puasa, rajin tadarusan, rajin pengajian, rajin ke masjid, pake sarung dan baju koko, pake jilbab atau pake topi haji kalau perlu pake sorban bawa bawa tasbih atau sajadah.
Pokoknya kesalehan individu deh...rewardnya , pointnya, nilai tambahnya buat individu si pelaku semata.

Kita lupa memperhatikan mereka yang seharusnya kita bantu.
Bantu apa?
Ya apa aja atuh......ya material, ya moril.

Kalau punya, ya bantu duit buat makan, buat meningkatkan pendidikan atau ketrampilan, atau bahkan buat modal usaha, kalau perlu, malah bantu tempat singgah

Kalau nggak mampu duit, ya bantu ilmu aja....beri ilmu buat mereka bisa hidup lebih baik, ilmu buat meningkatkan kualitas keahliannya, ilmu buat peningkatan kualitas moralnya, ilmu etika, adab, apaaaaaa , aja

Kalau nggak mampu bantu finansial dan bantu moral....masa sih nggak bisa senyum ?
Pasang wajah yang bagus menyenangkan ?
Itu juga kan salah satu kontribusi kita dalam meningkatkan kualitas lahir batin lingkungan kita ?

Atau...masa sih kita nggak mau dengerin curhatan seseorang yang lagi super bete ?
Walaupun kita nggak bisa memberi solusi, tapi sebagai pendengar yang baik dan penuh atensi, sudah cukup meringankan beban seseorang, bukan begitu ?

Atau...masa sih nggak bisa bantuin bersihin lingkungan ?
Buangin sampah diseputar kita? Disepanjang jalan yang kita lalui ketika kita berjalan?

Atau.....masa sih kita nggak bisa berlaku manis, khidmat dan memperlakukan mahluk Allah dengan baik?
Bukan hanya terhadap manusia, hewan atau tumbuhan , tetapi juga terhadap alam....sungai, laut, bebatuan dlsb

Puasa, adalah ajang untuk training massal.
Melatih kita semua meningkatkan kesalehan individu dan kesalehan sosial.

Melatih kita mengendalikan diri, mengendalikan emosi, tepo seliro, rajin berbagi, berinfaq bersedekah. menajamkan hati dan nurani

Puasa, bukan hanya sekedar sahur, menahan lapar haus dan mengendalikan diri, lantas berbuka, tadarusan, tarawehan, itikaf , membayar zakat, berinfaq dan meningkatkan sedekah.

Puasa, adalah ajang pelatihan untuk peningkatan kualitas pribadi dan sebagai mahluk sosial.

Puasa mengajarkan kita agar lebih banyak berbuat kebaikan terhadap masyarakat dan mahluk seputar kita.

Kalau saja lebih dari duaratus juta penduduk Indonesia,mempunyai derajat kesalehan sosial yang tinggi, maka Insya Allah nggak akan ada lagi yang berfoya foya, sementara diluar sana banyak yang membutuhkan hanya sekedar untuk bertahan hidup.

Nggak akan ada lagi yang menghambur hamburkan duit untuk hal yang kurang manfaat, sementara diluar sana banyak yang menjerit kepanasan, kehujanan, kedinginan, kelaparan

Kalau saja derajat kesalehan sosial penduduk Indonesia meningkat, maka nggak ada lagi yang cuek atas masalah orang lain.

Kalau saja derajat kesalehan sosial masyarakat Indonesia meningkat, , diluar sana nggak ada lagi yang tertekan dan kebingungan melunasi biaya pendidikan, membayar utang buat bertahan hidup, terjerat rentenir akibat biaya berobat dll dlsb

Semoga ramadhan kali ini kita termasuk orang yang bisa meningkatkan baik kesalehan individu, maupun kesalehan sosial.

Kita bisa lebih khusyuk shalat, lebih banyak melakukan shalat sunnah,lebih memakmurkan masjid, lebih sering tadarusan, lebih bermakna puasa kita dengan peningkatan pengendalian diri, lebih tepat berzakat, lebih banyak berinfaq sedekah, lebih sering ingin mengunjungi Baitullah, dan lebih tajam hati dan nurani kita membaca alam dan segenap isinya, amin.

Ya Allah, Ya Rabb Yang Menggenggam semua urusan.
Berilah aku dan seluruh pembaca blog ini hidayahMu , agar kami mendapat peningkatan derajat kesalehan baik individu maupun sosial, sehingga kami bisa menjadi mahluk yang dicintaiMu, yang memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlkukMu, amin

5 comments:

Grace Y. Wulanda said...

Mamah...padahal aku baru saja termenung-menung, berburuk sangka kenapa Tuhan sedang mencobai aku dengan sedikit memberi kesempatan beramal di Ramadhan ini (dgn kata lain, kantong lagi mepet nih Mah, belum thr-an, hehehe). Baca cerita Mamah, deg...nyadar lagi deh, beramal tidak hanya berupa materi! Salah satu yang paling kena di aku, selain sekian banyak hal yang bisa diambil manfaatnya dari tulisan Mamah kali ini (dan yang sebelum2nya pastinya). Mamah...kok sering banget ya, apa yang Mamah tulis, cocok ama yang sedang jadi pikiran di kepala, ganjalan di hati... Terimakasih ya Mamah. Alhamdulillah.

cijengkol said...

kata keponakan saya, " mang, kalo bulan puasa tipi nya sekalian dijilbabin ajah..".

beruntung sekali kita punya ramadhan ya, jika tidak...kelupaan pada Allah tak ada liburnya. meski banyak komentar sinis tentang "pasar ustad" saat ramadhan...saya malah bersykur, apa jadinya jika setahun saja hidup kita tanpa ramadhan...

ramadhan seperti tanggal merah dalam rutinitas kehidupan kita, saatnya berpiknik illahiah...tanpa perlu curiga, bahkan maling pun pasti berdo'a pada Allah memohon selamat...

kata keponakan saya lagi "mang, emang selain bulan puasa gusti allah yang libur ya?"

tentang kesalehan sosial, saya setuju sekali!!

buat apa jungkir balik merayu tuhan dalam kamar sedangkan tetangga sebelah kelaparan..

Tamrin said...

betul mah... setuju, kalo kesolehan secara sosial itu penting bgd. kan dalam Al Qur'an ada ayatnya, merugilah orang-orang kecuali orang yang saling menasehati dalam kebaikan dan saling mengingatkan dalam kesabaran.

Tetep sEmangat!!

^_^.

L. Pralangga said...

Mam,

Memang banyak yang nampak 'berat di bungkus' apalagi khas ramadhan begini.. kritik ini juga mengena secara individu, dimana kita perlu telaah dan bertanya kembali: "What ahve you done [to the society[ lately?"

Semoga posting entry kali ini bisa banyak mengetuh nurani kita semua agar lebih mawas dan berpijak, baik dalam merefleksikan ibadah dan menyumbangkan kontribusinya pada khalayak ramai.

Salam hangat dari afrika barat!

Tamrin said...

Seru... jadi tambah semangat buat belajar bahasa inggris.. sekarang lagi bikin kurikulum dan sasaran akhir.