Subhanallah....Allahu Akbar .
Cuma kata kata itu yang bisa terucapkan....
Selebihnya....speechless banget.
Mau ngomentarin apa coba, melihat pemandangan yang dahsyat ruarrrr biasa, yang hanya terjadi setahun sekali dan hanya terjadi di negara kita, Indonesia.
Ada yang pernah lihat pemandangan tersebut nggak?
Atau bahkan ada yang menjadi bagian dari pergerakan yang dahsyat dari kota menuju udik?
Ya, memang benar, mudik.
Menuju udik, bgitu kira kira terjemahannya ya.
Akhir akhir ini, khususnya sejak H-5, menjelang Hari Iedul Fitri, semua perhatian, semua fokus, semua pembicaraan hanya tertuju pada drama kolosal yang satu ini : MUDIK.
Di media cetak, elektronik, tayangan langsung, atau apapun...berita utamanya tak lepas dari kegiatan yang satu ini : Menuju Udik.
Ternyata, memang mayoritas kita itu orang udik ya....hehehehehe.
Makanya seputar lebaran ini Jabodetabek nyaris lengang.
Hampir sebagian besar penduduknya kembali kekampung halamannya, di Udik alias di kampung.
Jadi inget, ketika beberapa tahun yang lalu, keluarga si mamah juga suka mudik, tetangga atau teman kantor suka nanya, "mudik juga bu "
Si mamah suka spontan menjawab " Yeeeee, saya mah nggak mudik atuh, ngota...menuju kota....heheheheh"
Iya bener, dari Kawasan Puspiptek di desa Setu serpong yang udik ke Jalan Ciliwung di kota Bandung kan bukan mudik, tapi ngota...iya nggak? hehehehehehe.
Mudik, ternyata merupakaan energi yang sungguh dahsyat, ruarr biasa.
Betapa tidak, orang mempertaruhkan segalanya, hanya untuk berlebaran dikampung.
Tabungan setahun diludeskan bahkan nambah utangan pula buat melengkapi biaya mudik plus oleh oleh.
Tenaga tercurah untuk membeli oleh oleh dan mengangkutnya ke kampung.
Menjingjing,menenteng, menggembol, memanggul..pokoknya heboh.
Yang dibeli untuk oleh oleh juga beragam banget.
Ada pakaian, ada kue, ada permen, ada coklat, ada sajadah, bahkan ada duit.
Ya, duit.
Menjelang lebaran, tukang jualan duit laku keras.
Di pasar modern BSD ada tukang duit.
Di sepanjang jalan utama menuju Pondok Indah Mal, hampir tiap 10 meter berdiri pedagang duit.
Duit seribuan baru segepok, atau lima ribuan baru atau sepuluh ribuan, buat nyawer atau bagi bagi angpau di kampung.
Setiap jumlah seratus ribu, kita harus bayar seratus lima ribu.
Peluang bisnis yang menjanjikan dan sangat menguntungkan.
Lihat saja di daerah Pondok Indah.
Banyak pengendara motor atau mobil menghentikan laju kendaraannya, untuk bertransaksi membeli duit.
Ini nyata, ini fakta, hanya ada di Indonesia, jual beli duit terang terangan pinggir jalan raya.
Memperhatikan yang mudik, barang bawaannya dikemas dalam kopor, travel bag, tas jinjing, tas kempit, tas plastik, karung, dus indomie, dus aqua, dus bekas Kipas Angin, dll dlsb.
Si mamah baru tahu bahwa ada selebriti dengan dua anak, kalau mudik ke jogya, bawaannya 16 kopor besar!!!
Sebagian koper terbawa pesawat terbang, sebagian besar dikirim lewat travel.
Ckckckckckckckc, bawa apa aja buuuuuuu....
Katanya sih bawa segala keperluan anak anak, mainan, sprei, bedcover, susu, makanan, bahkan coolbox berisi sayuran hidrophonic diangkut mudik.
Emang di Jogyakarta nggak ada susu, pampers, daging, sayuran ,buah buahan ya......
Duhhhhhhhh...
Yang juga menakjubkan, adalah segi waktu tempuh perjalanan.
Waktu puluhan jam dijalanan yang macet total, dilakonin dengan sabar,
Bayangkan, Bekasi -Cirebon yang normalnya ditempuh sekitar 2 jam, seputar lebaran ditempuh dalam 20 jam !!!
Dan orang teteeeeeep aja mau mudik, walaupun sudah sangat tahu, akan menguras tenaga, waktu dan kesabaran.
Mudik, bagi sebagian besar pemudik bahkan membatalkan puasa, atau bikin orang nggak puasa.
Bolehlah, dengan alasan musafir, dalam perjalanan.
Tapi terkadang untuk jarak mudik yang pendek, dengan alasan macet berat, tokh orang nggak puasa juga.
Betapa tidak.
Macet dijalanan, nggak tahu kapan tiba, makan sahur terlewatkan, buka puasa entah bisa dimana, sementara pengap, panas, mencekik leher.
Maka isi botol minumanpun diteguk ditengah perjalanan.
Mudik, ternyata terkadang bikin orang menjadi irrasional.
Bayangkan, separuh penumpang kapal laut di ambon, adalah penumpang gelap yang tanpa tiket.
Mereka nggak sadar membahayakan orang lain yang patuh membayar, atau bahkan mencelakakan jiwanya sendiri.
Kalau kapal keberatan dan tenggelam...hayooooo, gimana?
Anehnya, karena kapal tak kunjung diberangkatkan sebelum penumpang gelap keluar kapal, malah kantor kapal tersebut terancam diobrak abrik massa yang menginginkan kapal tersebut segera diberangkatkan, nggak peduli membahayakan atau tidak.
Duhhhhh....
Di bidang perkereta apian sami mawon.
Ruang lokomotif dijejali penumpang gelap tanpa tiket yang membayar kepada masinis.
Dan ketika petugas pengawas kereta api tak kunjung meniup peluit tanda kereta api boleh berangkat, penumpang resah.
Selalu terjadi ngotot ngototan, antara penumpang gelap yang disuruh turun untuk membeli karcis resmi dengan petugas yang tegas.
Mudik, dari segi keuangan, membuat kita benar benar membelalakan mata.
Konon, menurut berita media elektronik, triliunan rupiah disedot hanya untuk kegiatan mudik.
Konon pula, TKI menyumbang 14 triliun rupiah yang dikirimkan dari mancanegara ke kampung kampung.
Konon lagi , sebulan ramadhan, uang kartal yang tertarik dari bank mencapai 40 triliun.
Siapa bilang rakyat kita miskin?
Katanya sih, 65 % dari 40 triliun uang yang tertarik dari bank, terjadi di Jakarta.
Halah....pantesan orang mudik nanti kembali ke Jakarta dengan membawa relasi, tetangga, teman, sanak saudara dll, dlsb.
Karena memang Jakarta bagai magnet yang akan memberikan triliuna rupiah lagi ditahun depan untuk dibawa mudik.
Mengamati jutaan pemudik, memang memberi dampak energi yang dahsyat.
Kita seperti tertular mendapat energi, menyaksikan betapa dahsyatnya peristiwa mudik menjelang lebaran.
Bayangkan, ribuan berbagai jenis kendaraan berhimpitan,berjejeran merayap sepanjang puluhan bahkan ratusan kilometer.
Konon, tahun ini 2,5 juta sepeda motor memenuhi jalan raya dalam kaitannya dengan peristiwa mudik lebaran.
Ada yang naik motor sorangan wae dengan helm ala kadarnya, diboncengannya terikat dus indomie entah berisi apa pula.
Ada pula yang membawa beras karungan di boncengan tambahan yang terbuat dari papan kayu.
Ada pula yang naik motor dengan tongkrongan yang menakjubkan.
Bayangkan, didepan pengendara duduk seorang anak, didepan anaknya ada tas kecil, dibelakang pengendara duduk pula seorang anak lain, dibelakang si anak duduk ibunya, paling belakang ada tambahan boncengan dari kayu atau bambu, bertengger travel bag, sementara si ibu membawa ransel pula.
Ada pula pengendara motor yang menyimpan koper kecil didepannya, dibelakangnya nempel travel bag, diatas travelbag ditidurkan seorang bayi, sementara si ibu memegangi sang bayi dan dipunggungnya menempel pula ransel.
Berbagai jenis kendaraan roda 4 pun tak luput menyimpan banyak energi.
Mobil diisi melebihi kapasitas, sementara barang disimpan diatas, orang terbungkuk bungkuk jongkok di bagasi mobil.
Beueueueueueu....mau kemana tuh...gimana kalau jaraknya jauh...bongkok beneran tuh.
Sementara mobil boks yang seyogyanya berisi barang, dijejali penumpang dan motor, pintu boks bergiliran dipegangi dan dibukakan sedikit hanya untuk mendapatkan sedikit oksigen.
Ada pula truk yang ditutupi kain terpal....
Seperti mengangkut barang, tetapi sesungguhnya dibawah terpal berjejalan pemudik dengan ditimbuni barang bawaannya.
Maka tak heran sekali kali kita melihat ada kepala menyembul keluar dari tutup terpal, kadang bertelanjang dada.
Mungkin mereka yang sudah tak tahan dengan panas dan pengapnya udara dibawah terpal
Duhhhh.....apa nggak akan mati lemas di perjalanan ya...
Bermacam pemandangan, bermacam informasi tentang mudik, memang membuat kita berdecak kagum.
Segitunya ya perjuangan orang untuk berlebaran di kampung halaman.
Berjuang menuju kampung halaman, tak selamanya berbuah manis.
Begitu banyak cerita pilu tentang pemudik.
Yang kecopetanlah, yang dihipnotis dan dikuras duitnyalah, yang kena bujuk minuman yang membuat pingsan lah.
Atau, yang mengalami kecelakaan lalu lintas.
Dari yang pesawat terbangnya kena turbulen, kapal laut tenggelam, kereta api anjlok, tabrakan lalu lintas, masuk jurang karena pengemudi mengantuk, tertabrak kereta api di lintasan kereta tanpa palang pintu, bus terbakar, sampai ke mati tergilas truk karena jatuh dari boncengan motor.
Duhh..........tragis banget.
Mudik, juga mempertontonkan kepasrahan ( atau keterpaksaan ?? ) manusia atas perlakuan semena mena manusia lainnya.
Bayangkan. Ongkos mudik yang berlipat lipat tetap saja mereka bayar.
Bayangkan, penumpang alat transportasi yang berjejalan, jauh melebihi kapasitas yang seharusnya, tetap saja nggak ada yang protes.
Mereka diam, atas perlakuan semena mena apapun, demi satu tujuan, sampai ke kampung halaman nun jauh disana,
Buat yang baca postingan ini, masih ada waktu untuk menikmati beragam pemandangan yang menakjubkan.
Yang membuat kita terimbas energi positif dan membuat kita senantiasa bersyukur.
Masih banyak ternyata orang yang bersusah payah hanya untuk berkumpul bersama keluarga.
Mudik, juga memberi pelajaran tentang kesabaran.
Masih banyak orang yang jauuuuuuh lebih sabar menghadapi berbagai tantangan, hambatan dan kendala dalam perjalanan, hanya untuk sebuah peristiwa : MUDIK.
Mereka diam tanpa mengeluh didalam bis yang berjejalan atau didalam kereta api yang penuh sesak, atau bahkan dijebloskan kedalam mobil boks atau ditutupi kain terpal dalam truk..
Mereka membisu sambil mengipas ngipaskan sehelai koran hanya untuk sekedar mendapatkan udara didalam bis atau kereta api yang pengap.
Mudik, menuju udik, berkendaraan apapun, pesawat terbang, kapal laut, kereta api, bis, mobil pribadi, motor, mobil barang, truk, teteeeeep aja memberi kenikmatan tersendiri.
Selamat Mudik, Selamat Idul Fitri, maaf lahir batin.
Sunday, September 28, 2008
Saturday, September 27, 2008
IDUL FITRI
Ya Allah,
kami memohon perkenanMu
agar dalam Ramadhan 1429 H ini
nafas kami menjadi tasbih,
tidur kami menjadi ibadah,
amal kami diterima
dan do'a kami diijabah.
Ya Allah,
Berkahilah kami semua dengan RahmatMu,
Iringilah langkah kami dengan RidhaMu,
sayangilah kami dengan CintaMu, lindungilah dan kuatkan kami dan keluarga kami dari UjianMu,
muliakan kami dengan Syafaat RasulMu,
terimalah puasa, shalat, dzikir, tilawah, itikaf dan sedekah kami
Selamat Iedul Fitri 1429 H
mohon maaf lahir dan bathin
Taqqobalahu Minna Waminkum
kami memohon perkenanMu
agar dalam Ramadhan 1429 H ini
nafas kami menjadi tasbih,
tidur kami menjadi ibadah,
amal kami diterima
dan do'a kami diijabah.
Ya Allah,
Berkahilah kami semua dengan RahmatMu,
Iringilah langkah kami dengan RidhaMu,
sayangilah kami dengan CintaMu, lindungilah dan kuatkan kami dan keluarga kami dari UjianMu,
muliakan kami dengan Syafaat RasulMu,
terimalah puasa, shalat, dzikir, tilawah, itikaf dan sedekah kami
Selamat Iedul Fitri 1429 H
mohon maaf lahir dan bathin
Taqqobalahu Minna Waminkum
Saturday, September 13, 2008
KESALEHAN SOSIAL
Melihat antusiasme kaum muslimin dan muslimat berpuasa, "ngabuburit", tarawehan, shalat subuh di masjid, shalat jum'at, dlsb, kayaknya nggak perlu diragukan lagi, bahwa bangsa Indonesia sejak beberapa tahun ini menapaki episode kehidupan peningkatan kesalehan individu.
Iya apa iya ya ?
Wallahu alam
Yang tahu nilai kesalehan seseorang, kualitas ibadah seseorang, mutu kesalehan seseorang, hanya Allah Yang Maha Memiliki segalanya, bukan begitu ?
Tapi secara kasat mata, sebagai awam yang melihat, dibandingkan dari tahun ke tahun, makin banyak orang ikut pengajian, makin banyak pendakwah-ustadz-ustadzah, makin banyak acara TV yang bermuatan pencerahan agama, makin banyak orang ikut umrah, makin banyak yang berhaji, makin banyak yang memakmurkan masjid saat shalat jumat dan ramadhan.
Bukankah itu "pertanda' adanya keinginan untuk meningkatkan kesalehan individu?
Kalau disimak, orang berlomba mengumpulkan point pribadi, ibarat peneliti yang senantiasa sepanjang karirnya sibuuuuuk mengumpulkan point demi point agar jenjang kepenelitiannya meningkat terus, sehingga "reward" nya juga naiiiiik terus, reward untuk pribadi, tentu saja.
Naaaah, kenapa atuh ya koq keadaan masyarakat kita koq begini begini saja, ggak maju maju.
Baik dari segi kesejahteraan, kenyamanan hidup, kesehatan, pendidikan, wawasan, etika,
azas manfaat, koq kayaknya malah makin amburadul ya.
Mungkin, kita alpa terhadap tugas dan kewajiban kita untuk juga meningkatkan kesalehan sosial.
Kita terjebak, terkungkung dalam pengertian orang saleh itu yang rajin shalat, rajin puasa, rajin tadarusan, rajin pengajian, rajin ke masjid, pake sarung dan baju koko, pake jilbab atau pake topi haji kalau perlu pake sorban bawa bawa tasbih atau sajadah.
Pokoknya kesalehan individu deh...rewardnya , pointnya, nilai tambahnya buat individu si pelaku semata.
Kita lupa memperhatikan mereka yang seharusnya kita bantu.
Bantu apa?
Ya apa aja atuh......ya material, ya moril.
Kalau punya, ya bantu duit buat makan, buat meningkatkan pendidikan atau ketrampilan, atau bahkan buat modal usaha, kalau perlu, malah bantu tempat singgah
Kalau nggak mampu duit, ya bantu ilmu aja....beri ilmu buat mereka bisa hidup lebih baik, ilmu buat meningkatkan kualitas keahliannya, ilmu buat peningkatan kualitas moralnya, ilmu etika, adab, apaaaaaa , aja
Kalau nggak mampu bantu finansial dan bantu moral....masa sih nggak bisa senyum ?
Pasang wajah yang bagus menyenangkan ?
Itu juga kan salah satu kontribusi kita dalam meningkatkan kualitas lahir batin lingkungan kita ?
Atau...masa sih kita nggak mau dengerin curhatan seseorang yang lagi super bete ?
Walaupun kita nggak bisa memberi solusi, tapi sebagai pendengar yang baik dan penuh atensi, sudah cukup meringankan beban seseorang, bukan begitu ?
Atau...masa sih nggak bisa bantuin bersihin lingkungan ?
Buangin sampah diseputar kita? Disepanjang jalan yang kita lalui ketika kita berjalan?
Atau.....masa sih kita nggak bisa berlaku manis, khidmat dan memperlakukan mahluk Allah dengan baik?
Bukan hanya terhadap manusia, hewan atau tumbuhan , tetapi juga terhadap alam....sungai, laut, bebatuan dlsb
Puasa, adalah ajang untuk training massal.
Melatih kita semua meningkatkan kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Melatih kita mengendalikan diri, mengendalikan emosi, tepo seliro, rajin berbagi, berinfaq bersedekah. menajamkan hati dan nurani
Puasa, bukan hanya sekedar sahur, menahan lapar haus dan mengendalikan diri, lantas berbuka, tadarusan, tarawehan, itikaf , membayar zakat, berinfaq dan meningkatkan sedekah.
Puasa, adalah ajang pelatihan untuk peningkatan kualitas pribadi dan sebagai mahluk sosial.
Puasa mengajarkan kita agar lebih banyak berbuat kebaikan terhadap masyarakat dan mahluk seputar kita.
Kalau saja lebih dari duaratus juta penduduk Indonesia,mempunyai derajat kesalehan sosial yang tinggi, maka Insya Allah nggak akan ada lagi yang berfoya foya, sementara diluar sana banyak yang membutuhkan hanya sekedar untuk bertahan hidup.
Nggak akan ada lagi yang menghambur hamburkan duit untuk hal yang kurang manfaat, sementara diluar sana banyak yang menjerit kepanasan, kehujanan, kedinginan, kelaparan
Kalau saja derajat kesalehan sosial penduduk Indonesia meningkat, maka nggak ada lagi yang cuek atas masalah orang lain.
Kalau saja derajat kesalehan sosial masyarakat Indonesia meningkat, , diluar sana nggak ada lagi yang tertekan dan kebingungan melunasi biaya pendidikan, membayar utang buat bertahan hidup, terjerat rentenir akibat biaya berobat dll dlsb
Semoga ramadhan kali ini kita termasuk orang yang bisa meningkatkan baik kesalehan individu, maupun kesalehan sosial.
Kita bisa lebih khusyuk shalat, lebih banyak melakukan shalat sunnah,lebih memakmurkan masjid, lebih sering tadarusan, lebih bermakna puasa kita dengan peningkatan pengendalian diri, lebih tepat berzakat, lebih banyak berinfaq sedekah, lebih sering ingin mengunjungi Baitullah, dan lebih tajam hati dan nurani kita membaca alam dan segenap isinya, amin.
Ya Allah, Ya Rabb Yang Menggenggam semua urusan.
Berilah aku dan seluruh pembaca blog ini hidayahMu , agar kami mendapat peningkatan derajat kesalehan baik individu maupun sosial, sehingga kami bisa menjadi mahluk yang dicintaiMu, yang memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlkukMu, amin
Iya apa iya ya ?
Wallahu alam
Yang tahu nilai kesalehan seseorang, kualitas ibadah seseorang, mutu kesalehan seseorang, hanya Allah Yang Maha Memiliki segalanya, bukan begitu ?
Tapi secara kasat mata, sebagai awam yang melihat, dibandingkan dari tahun ke tahun, makin banyak orang ikut pengajian, makin banyak pendakwah-ustadz-ustadzah, makin banyak acara TV yang bermuatan pencerahan agama, makin banyak orang ikut umrah, makin banyak yang berhaji, makin banyak yang memakmurkan masjid saat shalat jumat dan ramadhan.
Bukankah itu "pertanda' adanya keinginan untuk meningkatkan kesalehan individu?
Kalau disimak, orang berlomba mengumpulkan point pribadi, ibarat peneliti yang senantiasa sepanjang karirnya sibuuuuuk mengumpulkan point demi point agar jenjang kepenelitiannya meningkat terus, sehingga "reward" nya juga naiiiiik terus, reward untuk pribadi, tentu saja.
Naaaah, kenapa atuh ya koq keadaan masyarakat kita koq begini begini saja, ggak maju maju.
Baik dari segi kesejahteraan, kenyamanan hidup, kesehatan, pendidikan, wawasan, etika,
azas manfaat, koq kayaknya malah makin amburadul ya.
Mungkin, kita alpa terhadap tugas dan kewajiban kita untuk juga meningkatkan kesalehan sosial.
Kita terjebak, terkungkung dalam pengertian orang saleh itu yang rajin shalat, rajin puasa, rajin tadarusan, rajin pengajian, rajin ke masjid, pake sarung dan baju koko, pake jilbab atau pake topi haji kalau perlu pake sorban bawa bawa tasbih atau sajadah.
Pokoknya kesalehan individu deh...rewardnya , pointnya, nilai tambahnya buat individu si pelaku semata.
Kita lupa memperhatikan mereka yang seharusnya kita bantu.
Bantu apa?
Ya apa aja atuh......ya material, ya moril.
Kalau punya, ya bantu duit buat makan, buat meningkatkan pendidikan atau ketrampilan, atau bahkan buat modal usaha, kalau perlu, malah bantu tempat singgah
Kalau nggak mampu duit, ya bantu ilmu aja....beri ilmu buat mereka bisa hidup lebih baik, ilmu buat meningkatkan kualitas keahliannya, ilmu buat peningkatan kualitas moralnya, ilmu etika, adab, apaaaaaa , aja
Kalau nggak mampu bantu finansial dan bantu moral....masa sih nggak bisa senyum ?
Pasang wajah yang bagus menyenangkan ?
Itu juga kan salah satu kontribusi kita dalam meningkatkan kualitas lahir batin lingkungan kita ?
Atau...masa sih kita nggak mau dengerin curhatan seseorang yang lagi super bete ?
Walaupun kita nggak bisa memberi solusi, tapi sebagai pendengar yang baik dan penuh atensi, sudah cukup meringankan beban seseorang, bukan begitu ?
Atau...masa sih nggak bisa bantuin bersihin lingkungan ?
Buangin sampah diseputar kita? Disepanjang jalan yang kita lalui ketika kita berjalan?
Atau.....masa sih kita nggak bisa berlaku manis, khidmat dan memperlakukan mahluk Allah dengan baik?
Bukan hanya terhadap manusia, hewan atau tumbuhan , tetapi juga terhadap alam....sungai, laut, bebatuan dlsb
Puasa, adalah ajang untuk training massal.
Melatih kita semua meningkatkan kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Melatih kita mengendalikan diri, mengendalikan emosi, tepo seliro, rajin berbagi, berinfaq bersedekah. menajamkan hati dan nurani
Puasa, bukan hanya sekedar sahur, menahan lapar haus dan mengendalikan diri, lantas berbuka, tadarusan, tarawehan, itikaf , membayar zakat, berinfaq dan meningkatkan sedekah.
Puasa, adalah ajang pelatihan untuk peningkatan kualitas pribadi dan sebagai mahluk sosial.
Puasa mengajarkan kita agar lebih banyak berbuat kebaikan terhadap masyarakat dan mahluk seputar kita.
Kalau saja lebih dari duaratus juta penduduk Indonesia,mempunyai derajat kesalehan sosial yang tinggi, maka Insya Allah nggak akan ada lagi yang berfoya foya, sementara diluar sana banyak yang membutuhkan hanya sekedar untuk bertahan hidup.
Nggak akan ada lagi yang menghambur hamburkan duit untuk hal yang kurang manfaat, sementara diluar sana banyak yang menjerit kepanasan, kehujanan, kedinginan, kelaparan
Kalau saja derajat kesalehan sosial penduduk Indonesia meningkat, maka nggak ada lagi yang cuek atas masalah orang lain.
Kalau saja derajat kesalehan sosial masyarakat Indonesia meningkat, , diluar sana nggak ada lagi yang tertekan dan kebingungan melunasi biaya pendidikan, membayar utang buat bertahan hidup, terjerat rentenir akibat biaya berobat dll dlsb
Semoga ramadhan kali ini kita termasuk orang yang bisa meningkatkan baik kesalehan individu, maupun kesalehan sosial.
Kita bisa lebih khusyuk shalat, lebih banyak melakukan shalat sunnah,lebih memakmurkan masjid, lebih sering tadarusan, lebih bermakna puasa kita dengan peningkatan pengendalian diri, lebih tepat berzakat, lebih banyak berinfaq sedekah, lebih sering ingin mengunjungi Baitullah, dan lebih tajam hati dan nurani kita membaca alam dan segenap isinya, amin.
Ya Allah, Ya Rabb Yang Menggenggam semua urusan.
Berilah aku dan seluruh pembaca blog ini hidayahMu , agar kami mendapat peningkatan derajat kesalehan baik individu maupun sosial, sehingga kami bisa menjadi mahluk yang dicintaiMu, yang memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahlkukMu, amin
Subscribe to:
Posts (Atom)