Ini mah nyambung postinganku tentang lieur bin puyeng.
Khusus tentang kekerasan pada anak aja deh....
Anak, adalah karunia Allah yang terindah
Anak, adalah penerus estafet kita, pembawa tongkat eksistensi kelompok manusia
Anak, adalah sepenuhnya tanggungjawab kita semua, masa depannya ada dalam genggaman kita.
Bagaimana kelak bentuk eksistensi kelompok manusia, bergantung sepenuhnya kepada kita.
Kitalah yang membentuk pribadinya.
Kitalah yang menjaga nuraninya.
Kitalah yang mengajari akal pikirannya.
Kitalah yang membersihkan atau mengotori kalbunya.
Kitalah yang "menggambari" kepolosannya.
Pokoknya , bagaimana jadinya kelak, itu adalah total buah tangan kita bersama bukan ?
Baik sebagai orang tua, guru, ataupun sebagai anggota masyarakat yang mewarnai lingkungan tempat anak anak berinteraksi.
Makanya, kita teh jangan suka diem aja kalau ada yang gimanaaaaaa gitu sama anak anak, biarpun itu bukan anak kita , iya nggak ?
Sudah seharusnya, kita semua ikut memberi kasih sayang, perhatian, memberi rasa nyaman, memberi rasa aman, memungkinkan keleluasaan anak anak tumbuh kembang dengan sempurna, bukan begitu ?
Ini mah malah marak kekerasan pada anak anak.
Gimana jadinya kelak ?
Gimana jadinya seorang dewasa kelak ?
Gimana bentuknya kelompok manusia suatu saat nanti ?
Kekerasan pada anak, bisa terjadi dimana mana, dirumah, dilingkungan keluarganya sendiri, disekolah, dijalan.
Pokoknya bisa terjadi dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja.
Banyak orang tua, bukannya menciptakan suasana optimal untuk tumbuh kembang.
Ini malah melakukan kekerasan.
Disekolah sami mawon.
Dijalan apalagi.
Jadi, anak anak dimana mana merasa tertekan, terancam, terintimidasi, tersiksa, tersakiti, terlukai, nggak berdaya, nggak happy.
Mau tumbuh seperti apa kelak mereka ?
Bentuk kekerasan yang mereka alamipun beragam, baik kekerasan fisik, mental, seksual.
Mulai dari dimarahi, diomelin, dihina, dicaci maki, dicibir, diolok olok, diledek, dikucilkan, sampai ke dijewer, dicubit, dipukul, dijambak, ditonjok, ditampar, diikat, disundut rokok, disiram air, ....
Haduuuuuuuuh.....
Belum lagi dicolek colek, diremas pantat atau payudaranya, dicium, atau bahkan.....diperkosa.....
Ampuuuuuuun Gustiiiiiiii.......
Astaghfirullahaladziim....
Yang bikin lebih prihatin, justru pelaku kekerasan, kebanyakan adalah mereka yang seharusnya menjadi pelindung, pengayom, suri teladan atau panutan.
Contohnya, orang tua, guru, guru agama, dll, dll
Halah...ini mah malah guru agama yang suka mukulin pake penggaris, nyiramin anak anak pake air minumnya, nyuruh anak sekelas nyubitin temennya....bener bener nggak masuk akal sehat bukan ???
Lebih mencemaskan lagi, adalah nggak tersosialisasikannya undang undang tentang perlindungan anak.
Boro boro ada tindakan hukum terhadap si pelaku atau si pelanggar undang undang......
Undang undangnya juga pada nggak tahu koq....ya nggak ?
Coba, pada tahu nggak , ada Undang Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ?
Pada tahu nggak ada pasal 78 yang menyatakan bahwa kalau kita itu mengetahui ada anak mendapat kekerasan, tapi kita diam saja, nggak melakukan apapun, kita terancam tahanan 5 tahun penjara atau denda 100 juta rupiah ??
Pada nggak tahu kan ??
Jangankan kita, rakyat, para penegak hukumnya juga pada bloon koq, nggak tahu ada Undang Undang Perlindungan Anak.
Contoh kasus, ini mah kejadian beneran.
Ada anak cewek dipukulin saudara tirinya yang laki laki, dikeroyok.
Dia lapor polisi deket rumahnya.
Apa kata pak polisi ?
Aaaah, selesaikan sendiri aja deh dirumah, itu kan urusan rumah tangga..........
Haaaaaaah ?
Kumaha pak polisi teh ?
Ada anak lapor, minta perlindungan, malah nyuruh menyelesaikan dalam keluarganya saja ?
Itu teh udah kena pasal 78 UURI no 23 tahun 2002 lho......
Pak polisinya bisa dipenjara 5 tahun......
Jadi, sok atuh para blogger, nu aranom, muda, palinter, balageur, pemberani, berhati indah, mulai pada menyebar luaskan isi Undang Undang tentang Perlindungan Anak ya.........
Harus berani menegur atau bahkan melaporkan kalau pada tahu adanya kekerasan pada anak ya.....
Kita harus punya rasa tanggung jawab sebagai kelompok manusia bukan ?
Biar kualitas manusia Indonesia makin hebring, gagah perkasa penuh percaya diri, kuat tangguh mandiri, cerdas cendekia, ulet tahan banting penuh daya juang, santun beradab, dan berhati indah mulia.....
Wwaaaaaaaah, bener bener membanggakan kita semua ya......
Para orang tua juga akan menutup mata dengan senyuman kalau begitu sih.......
Yuk ah, kita berpartisipasi dengan kemampuan masing masing.
Mengantar anak anak Indonesia menyongsong masa depannya yang gilang gemilang....
Kita mulai saja dengan memberi senyuman, tatapan, sentuhan, usapan, pleueueueueues....kudu bawel kalau tahu ada kekerasan pada anak ya.........
Selamat berpartisipasi dengan kemampuan dan kekuatan masing masing
Hidup anak anak Indonesia !!!!..........eh....., hidup anak anak sedunia !!!!!
3 comments:
Udah budaya ngkali ya, Mah...kalo anak dikerasin bakal manut, nurut & takut ama orangtua.
Kalo gak dikerasin (terlalu dimanja), anaknya yang bakal gak tau diri.
Tapi kalo pake nyiram air, nyundut rokok, nempeleng, nonjok, apalagi memperkosa...wah wah wah...itu udah di luar "Pendidikan Yang Berperikemanusiaan"
Nah, Mah..kira2 pendidikan yang tepat tanpa kekerasan biar anak tau diri sekaligus percaya diri gimana yaa...Ada masukan?
*anak saya, Florian, mulai tumbuh, mengemukakan pendapat, bisa nolak, bisa ngeyel...de el el...*
Saya tidak ingin terlalu keras, tapi juga tidak ingin terlalu memanjakan, yang pada akhirnya membuat dia tidak tau diri & kurang ajar...
Hmmm...ada ide, Mah?
siap..!!!!!! laksanakan...!!!!!
saya akan mendukung sepenuhnya
harusnya ya,mah...kaya' di aussie sini, perlindungan anaknya hebat banget,bilang naughty aja ama anak ngga boleh ama gurunya...apalagi lain-lain...
kaya pengalamanku kemarin, anakku nangis kencang banget waktu itu, sampe nenek disebelah rumah tanya kenapa, kata dia kaya'ada yang mencekik leher anakku..padahal nenek itu ngga tau klu nangisnya emang gitu..hehehe..
tp kadang klu kita ikut campur ama anak orang nanti dibilang sok tau..de el el...gimana dong mah...
Post a Comment