Sunday, October 08, 2006

RENUNGAN PASUTRI

Renungan buat yang mau menikah ataupun sudah menikah:

Ada 2 pasutri yang sedang bermasalah, usia mereka diatas 35 tahunan, usia pernikahannya sekitar 10 tahunan.

Yang satu, istrinya menggugat cerai.
Ketika minta bantuan keluarga, keluarga besarnya berkeputusan : CERAI


Ketika pihak kantor laki laki diturunkan untuk mendamaikan, maka yang terjadi adalah pembuatan perjanjian diatas kertas bermeterai dengan tandatangan para saksi dari kantor.
Isi perjanjian kurang lebih :
Gugatan cerai istrinya akan dicabut bila...bla bla bla bla.....
Mulai hari ini istrinya bersikap dan berlaku begini begini begini dan pihak suami berlaku begitu begitu begitu........

Ternyata...cuma sehari, ribut besar terjadi.

Kemudian aku dan temanku diminta bantuan......
Aku cuma pesan :
Ini dipersimpangan, ada 2 jalan, kekiri atau kekanan.
Kalau milih bercerai, harus sudah tahu resikonya, baik untuk istri,suami, dan juga anak.

Kalau milih jalan satunya, kembali berumah tangga, please jangan ada syarat apapun.
Semua kelebihan dan kekurangan pasangan harus diterima seutuhnya.
Diterima dengan keikhlasan tanpa ingin mengubahnya atau mencelanya.
Biarkan kalaupun berubah bukan atas paksaan kita, tapi atas maunya sendiri sendiri.

Jadi,kalau mau tidak bercerai, please jangan banyak menuntut dan jangan ada syarat apapun.
Hubungan batin diikat dengan syarat syarat tertera jelas diatas kertas yang mengatur sifat sifat kedua belah pihak, hubungan macam apa ini ya???
Asa araraneh buatku sih.....

Hasilnya ????
Masih bingung mereka.
Tetep aja merasa saling tidak ada kecocokan, harusnya dia begini, harusnya dia begitu.
Kalau begitu terus, kayaknya mau cerai tuh.

Yang satu lagi, istrinya ngotot akan mempertahankan cintanya, akan mempertahankan keutuhan rumahtangganya, akan mencoba ikhlas dan pasrah menerima suaminya apa adanya, akan ikhlas dengan segala kekurangan suaminya.
Pokoknya, ogah cerai.......

Yang terjadi ???
Suaminya malah menghamili perempuan lain.
Si istri menangis, pengen nggak cerai tapi suaminya harus menceraikan yang lain. Suaminya, ogah cerai karena sang istri begitu baik mengurusnya, begitu sempurna sebagai istri dan ibu,begitu penurut dll dll.
Juga ogah menceraikan yang lain karena takut dikejar keluarga cewek selingkuhannya.

Apa yang terjadi selanjutnya ??
Istri yang mencoba ikhlas, pasrah, tawakal dan berupaya selalu melihat sisi baik suaminya
Tapiiiiii, sewaktu waktu suka diluar kontrol.
Bawa golok ditempelin dileher suami, pecahin botol dan gelasnya ditempelin ke dada suami, bawa gunting mau ditancepin ke perut suami.
Hiiiiiiiiyyyyyy.

Kata aku, dari pada suami terbunuh dan sang istri masuk penjara, anak nggak ada yang ngurus, mendingan....cerai.
"Saya nggak mau cerai bu.....saya mau coba terima dia apa adanya".
Ya udah atuh jangan suka ngamuk teu pupuguh deui.
Jangan suka lepas kendali.
Katanya mau ikhlas menerima apa adanya, ternyata ????
Sampai hari ini......masih suka ribut nggak terkontrol.....
Ggggrrrrkkkhhh..

Intinya, memang benar, kalau sudah menikah,harus terima apa adanya semua sisi baik dan sisi buruk pasangan.
Jangan menuntut,sering sering melihat sisi baik yang membuat kita jatuh cinta dulu..

Tetapi kalau kita merasa ada kekurangan dipasangan kita yang perlu diperbaiki, cobalah sampaikan baik baik dengan tuntas.
Disamping itu, kitapun mencoba berubah sesuai yang pasangan kita inginkan dengan kemauan kita sendiri agar lebih baik, tanpa paksaan siapapun.

Kritik dan saran untuk perbaikan, amat sangat perlu disampaikan pada waktu dan suasana yang tepat.
Namanya juga manusia, pasti nggak ada yang sempurna.
Kalau kita nggak menyampaikan kritik, malah kita akan mencelakakan dan nggak bikin pasangan kita naik kelas.

Jadi.......
Terima apa adanya, syukuri kelebihannya, tetapi coba sampaikan usul perbaikan untuk mengurangi kekurangannya pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat pula.

Juga, terima dan renungkan dengan ikhlas, kritiknya terhadap kita.

Insya Allah kita menuju jalan pulang yang tepat...
Menghadap sang Khalik dengan senyuman penuh kepuasan, amin.

No comments: