Friday, July 24, 2009

PEJABAT

Nggak tau kenapa ya.
Dari dulu, kalau melihat pejabat tuh, si mamah sih suka inget pohon.
Iya bener pohon.
Pohon gede, tetumbuhan yang tinggiiiiiiii banget.

Ibaratnya, pejabat tuh kan lagi manjat pohon.
Makin tinggi jabatannya, ya makin tinggi dia ada diatas pohon.
Bahkan ada yang bertengger dipuncak pohon, iya nggak?

Nah, kalau manjat pohon, kan ada resikonya juga bukan?

Pertama, ya jatuh.
Kalau memang dia bukan pemanjat pohon sejati, dia akan sulit bertahan diatas pohon.
Baru naik sebentar,takut ketinggian, pusing, ya jatuh.
Baru naik sebentar,lihat ulet, takut, ya jatuh.
Baru naik sebentar, dikerubutin semut, sibuk menangkis nangkis semut, ya jatuh.
Baru naik sebentar, salah nginjek dahan, koq malah ranting rapuh yang diinjek, ya jatuh.
Baru naik sebentar, injekan belum kuat, udah sibuk ngambilin buah, ya jatuh.
Baru naik sebentar, ketemu uler, takut, ya jatuh.
Begituuuuuuuuu terus.
Bawaannya, ya jatuh melulu.

Tapi, ada juga pemanjat pohon sejati.

Naik perlahan tanpa bantuan tangga atau didorong dorong badannya atau ditahan temen temen supaya nggak jatuh.
Naik, tenang, kalem, nyari dahan yang kuat untuk berpijak, menyingkirkan dedaunan yang menghalangi pandangan, menepis semut dan ulet, nggak takut uler, nggak takut sarang tawon.

Dan, kalau nemu buah, dia petik, dan dilempar kebawah, buat mereka yang pengen buah dan menunggu dibawah.
Atau dikumpulin dikantung buah, buat dibagi bagiin mereka yang menunggu buah buahan dibawah.

Sementara, dia terus fokus memanjat dan mengajak teman teman lain yang pemberani, mau ikut memanjat, supaya lebih cepat menyingkirkan semut, ulet dan lebih banyak memetik buah.

Pemanjat pohon sejati, akan makin tinggi, makin tinggi memanjat, dengan pijakan yang kuat, dan terus menebas daun kering, dahan yang perlu ditebas, memetik buah buahan untuk mereka yang memerlukan.

Suatu ketika, pemanjat sejati akan sampai dipucuk pohon dengan pemandangan yang luas terbentang, sehingga dia tahu persis, dimana ada danau yang indah, dimana ada pepohonan yang lebat, dimana ada sungai jernih mengalir, dimana ada lahan subur terhampar, dan dimana ada harimau, srigala, buaya, singa dll yang membahayakan mereka yang ada dibawah pohon.

Pemanjat sejati, tentu, akan memberitahu yang dibawah pohon agar waspada terhadap apapun yang akan mencelakakan mereka yang dibawah pohon untuk bersiap siap menghadapi serangan mahluk yang berbahaya.
Atau,pemanjat sejati akan memberitahukan siapapun yang berada dibawah pohon, untuk bergerak menuju danau yang indah, hamparan laut yang mempesona atau ladang pertanian perkebunan yang ranum buah buahan yang memberi manfaat.

Disisi lain, pemanjat sejati,makin tinggi memanjat, tentu saja akan makin terlihat siapapun yang ada dibawah.
Bukan saja goncangan angin akan semakin keras, teriakan orang dibawahnyapun akan sayup sayup terdengar.
Bahkan, keadaan mereka yang dibawahpun akan sulit tampak, karena terhalang dedaunan dan ranting.

Itulah sebabnya, setiap teriakan, setiap status keadaan yang dibawah, bahkan, pendistribusian buah buahan yang dipetiknya, sangat bergantung kepada kepiawaian dan karakter pemanjat lain yang ada didahan dahan dibawahnya.

Apakah teriakan yang dibawah, keadaan yang dibawah, disampaikan dengan sebenar benarnya oleh pemanjat dibawahnya?
Apakah buah yang diberikan oleh pemanjat paling tinggi disampaikan kepada mereka yang ada dibawah ?

Jangan jangan, teriakan dan keadaan dibawah disampaikan nggak sebenar benarnya.
Jangan jangan, pemanjat dibawahnya bahkan nggak bisa mendengar,kurang pendengaran dan asal saja menyampaikan ke pemanjat diatasnya.

Atau, bahkan jangan jangan para pemanjat itu bawa kantung buah sendiri sendiri.
Hehehehehehehhe....bukannya dioper kebawahnya, malah dikantungin buat sendiri, atau dimakan sambil manjat pohon.
Huahahahahahahahah.....kapan kebagiannya itu mereka yang dibawahnya ya..???

Pemanjat sejati, sekali lagi akan mendapat terpaan angin kencang.
Makin tinggi dia memanjat, maka akan makin kencang badai menghadang.

Pemanjat sejati, juga akan makin banyak mendapat komentar dari bawah.
Ya karena makin kelihatan kan?
Komentar beragam akan dikeluarkan, baik yang mengingatkan agar jangan sampai jatuh karena salah menginjak dahan atau salah berpegangan
Atau, komentar yang sama sekali memang sengaja dibuat keliru agar pemanjat salah menginjak dahan atau memegang ranting.
Diteriakinya agar memegang ranting patah atau dahan yang rapuh agar pemanjat jatuh.
Atau diganggunya fokus untuk memetik buah dengan teriakan teriakan yang nggak jelas maksudnya apa.

Pemanjat sejati, akan tahu persis dengan kemampuannya sendiri, dahan mana yang bisa dijadikan pijakan dan ranting mana yang kuat untuk berpegangan, buah mana yang penuh manfaat untuk dibagikan dan teriakan mana yang memang tujuannya cuma mengganggu konsentrasi.

Anehnya, banyak yang nggak berani manjat, malah kenceng berteriak teriak.
Selalu berkomentar dari bawah, harus begitulah, harus beginilah.

Banyak yang nggak punya kesempatan manjat pohon karena memang nggak bisa manjat, malah kontra terhadap laporan pandangan mata pemanjat sejati dari puncak pohon yang punya lebih luas area pandangan.

Mereka, yang nggak berani manjat dan takut ketinggian, biasanya lebih seru berkomentar, lebih ganas menunjukkan laporan pandangan mata, seolah dia berada dipuncak pohon tinggi yang bisa melihat sejauh mata memandang.
Seandainya, mereka juga diberi peluang manjat pohon, kayaknya baru sebentar juga udah diserang tawon tuh.....hehehehehe.
Belum lagi dikerubutin semut dan ulet sekaligus dipatuk ular.......hiiiiyyyyy

Makanya, kalau menurut teori si mamah yang rada rada ngawur ini, kalau naik pohon tuh harus hati hati, harus pinter mencari dahan untuk berpijak, mencari ranting yang bagus untuk pegangan, memetik buah yang bagus bagus untuk dibagikan, mengajak temen temen yang baik baik untuk ikut memanjat agar banyak buah yang bisa dipetik dan jangan lama lama manjat pohonnya.

Disamping yang dibawah kesel nungguin buah yang dijatuhkan,pemanjat juga akan pegel.
Ngapain lagi diem diatas pohon lama lama , ntar sakit lho.
Kedinginan, kena angin, kehujanan dll
Lama lama kan jadi sakit, nggak berdaya.

Mending turun, nyari pohon lain yang jauh lebih lebat, lebih berbuah ranum
Kan waktu naik pohon, bisa melihat pemandangan yang dahsyat dan luas.
Bahwa ditempat lain, ada pohon juga, yang banyak buahnya dan lebih ranum.

Jadi....kalau jadi pejabat, kan ibarat manjat pohon.
Jangan lama lama bertengger diatas pohonnya.
Turun lagi dengan tertib, cari pohon lain untuk dipanjat.
Bukan begitu??

Kalau kelamaan, nggak nyadar nyadar bahwa pohon itu udah nggak berbuah lagi.
Bahkan dahan mulai keropos dan banyak benalunya.
Pohon nggak ada manfaatnya, bahkan menghalangi sinar matahari buat pepohonan kecil yang ada dibawahnya.
Trus tiba tiba pohon ditebang dari bawah, gimana coba.....


Iya kan ??

4 comments:

meity said...

Analoginya mantap pisan mah!

Jadi inget duluuu, waktu tiba-tiba dikasih kesempatan untuk menjabat salah satu posisi managerial level. dari yang hanya staff biasa di kantor sebelumnya, jadi ada di posisi managerial level di perusahaan baru. Antara seneng dan paur. seneng karena dapet kerjaan dengan posisi dan benefit yang lebih baik, paur karena takut salah langkah. kan malu mah, sama 13 orang staff yang ada di bawah Meity langsung. Aduuuh ... itu mah, bener2 saat2 kerja keras untuk belajar mendengar, berempati, bertindak dengan benar. Alhamdulillah mereka yang tadinya menjaga jarak jadi mau bekerja sama, dan Alhamdulillah saat Meity memutuskan untuk move on ke posisi yang berbeda dengan level yang sama, hubungan kami tetep baik dan bahkan masih saling sharing.

Bener kata mamah, jangan lama-lama ada diatas pohon yang sama.

Ahyani Raksanagara said...

hanya orang yang punya kemampuan, kemauan dan berani bisa naik ke pohon kan?

nah yang terjadi yang berteduh dibawah pohon itu bilang..."kamu sih enak...diatas pohon..."

gubrak....!!! weleh 2x
enak toh....??? tak gendong geura......!!!!!

L. Pralangga said...

Kita semua adalah pejabat dari diri dan keluarga masing-masing yang setiap hari senantiasa memanjat pohon (kehidupan) dan sebelum memanjat pohon kehidupan abanyak orang, kadang refleksi kinerja panjat kita sering diuji dalam keseharian..

Semoga si mamah bisa senantiasa jadi pemanjat ulung, bukan pemanjat sejati.. sebab toh mesti istirahat sekali-waktu, untuk menikmati pemandangan di ketinggian...

Salam hangat dari afrika barat, dari kita peacekeepers yang memanjat pohon perdamaian di afrika barat

Tamrin said...

wuhuuuu... keren. jangan sampe kayak kepiting. ketika satu ekor naek, yang laennya menggelantungi biar dia turun lagi. harusnya saling membantu biar yang satu naek, terus narik lagi yang dibawahnya biar ikut naek.