Lagi, lagi, lagi dan lagi.
Kita disuguhi berita penyiksaan TKI.
Kali ini menimpa Siti Hajar di Kuala Lumpur.
Seluruh badan carut marut bekas penyiksaan.
Baik berupa siraman air panas, tusukan gunting, sayatan pisau, setrikaan, pukulan martil, dll, dlsb.
Itu katanya, konon, berlangsung selama 34 bulan.
Lho.....koq bisa sih ?
Kemana aja perlindungan TKI / Apakah lupa bahwa TKI itu penghasil devisa terbesar buat negeri ini?
Kemana aja itu PJTIK, PT Tenaga Kerja yang ngirim para TKI ke LN ?
Kemana aja para pejabat yang memegang amanah melindungi seluruh tumpah darah negri ini berikut seluruh rakyatnya?
Gemes, gregetan, gggggrrrrrkh.
Siapa sih yang paling bertanggung jawab, kalau TKI dianiaya majikan?
Kalau kata si mamah sih yang paling bertanggung jawab ya keluarganya.
Hehehehe..
Masa sih suami membiarkan ibu anak anaknya yang masih kecil menyongsong badai sementara dia sendiri anteng dirumah?
Masa sih seorang bapak melepas putrinya ke negara antah berantah yang nggak bisa diduga bagaimana kelak nasib anaknya?
Yang paling bertanggung jawab berikutnya terhadap TKI , menurut si mamah sih ya PT Tenaga Kerja yang ngirim TKI ybs, iya nggak sih ?
Bayangin, banyak PT yang memburu calon TKI ke kampung kampung.
Dijanjikan hidup enak, fasilitas enak, gaji gede.
Maka penduduk kampung yang terjepit ekonomi, hidup dalam kemiskinan, akan mudah tergiur.
Sawah dan kebun dijual untuk dijadikan modal awal,
Buat transportlah, buat dokumenlah, buat pelatihanlah, dll, dlsb.
Kemudian, apa yang terjadi?
Maka terjadilah petaka.
Rakyat yang agraris kudu menjalani hidup yang berbeda.
Yang biasanya nyuci dikali, kudu pake mesin cuci.
Yang biasanya masak pake kayu bakar, kudu pake kompor listrik.
Yang biasanya nyetrika pake arang, kudu pake listrik.
Yang biasanya nyambel, kudu ngeblender.
Yang biasanya nyapu pake sapu bambu, kudu pake penyedot debu.
Yang biasanya rumah nggak dikunci, kudu ngunci semua pagar,pintu, jendela.
Yang biasanya duduk duduk kongkow kongkow, kudu ciweuh ditimbunin kerjaan dari pagi buta sampai dinihari.
Wuahhhhhhh....ceyyyem ya
Trus, yang menyesakkan ialah gaji TKI kan disunat PT.
Atau bahkan ada yang perjanjiannya, gaji selama berbulan bulan, 6 bulan, 7 bulan, nggak akan diterima, karena habis buat bayar ongkos ini itu.
Para TKi baru bisa menerima gaji dibulan ke 8,atau lebih, itu juga nggak cash, disimpan majikan atau disimpan agen.
Belum lagi seluruh dokumen, baik paspor atau perjanjian, disimpan majikan atau agennya.
Astaghfirullahaladzim
Ketentuan umum bahwa, bayarlah upahnya selagi keringatnya belum kering, kayaknya nggak dikenal tuh dilingkungan TKI.
Kebanyakan, PT nggak peduli dengan kualitas alias mutu SDM.
Nggak peduli TKI ngerti mesin cuci atau nggak, nggak peduli bisa setrika dengan baik atau nggak, nggak peduli bisa masak atau nyalain kompor listrik, kompor gas dll atau nggak, dll, dlsb.,
Pokoknya, makin banyak yang dikirim, duit dia makin gede, selebihnya emang gue pikirin, titik.
Akibatnya jelas, TKI banyak berbuat kesalahan, nggak memuaskan majikan, dan efeknya ya begitulah.
Kalau kebetulan dapet majikan yang temperamental, maka habislah TKI mengalami penyiksaan sepanjang hari, sepanjang waktu, sampai dengan waktu yang nggak jelas, tanpa batas..
Mau keluar? Teringat biaya yang sudah dikeluarkan atau kudu dibayarkan ke PT seandainyaa melanggar perjanjian kontrak kerja.
Belum lagi nggak punya dokumen, belum lagi nggak tahu mau kemana.
Duuuuhhhhh.
Yang berikutnya bertanggung jawab, ya para pemegang amanah , khususnya di departemen tenaga kerja urusan TKI.
Koq ya gampang banget meloloskan ijin kerja tanpa diuji dengan baik dan benar mutu SDM yang akan meninggalkan tanah air.
Trus kantor kantor Kedutaan Indonesia di negara negara yang ada TKI nya juga bertanggung jawab atuh.
Si mamah, tahu beberapa TKI yang sudah pernah kerja di LN.
Jadual kerja nyaris sepanjang hari sampai dinihari.
Bahkan ada yang bangun jam 5 dan tidur jam 2 dinihari.
Whattttt???
Ada yang dimonitor CCTV sepanjang hari sehingga bisa dilacak, apakah ybs istirahat dduk atau tidak, ketika majikan keluar rumah.
Ada yang kontrak 2 tahun nggak boleh mudik atau bahkan nggak boleh kontak dengan keluarga.
Ada yang nggak boleh shalat, ada yang nggak digaji 7 bulan pertama kerja, dll, dlsb.
Itu semua ceritera mantan TKI yang si mamah denger keluar dari mulutnya sendiri.
Belum lagi pemerasan ketika mudik.
Sejak di bandara sudah dipersulit aparat, dikerubutin calo, dijalan dipalak pula, atau bahkan diracun atau dibius.
Astaghfirullahaladzim.
Dilain pihak, kesuksesan beberapa gelintir TKI menjadi magnet yang menakjubkan buat para tetangganya.
Memang, ada majikan yang baiiiiiik, tetapi kan nggak akan semua bernasib sama bukan ?
Kunci utama keselamatan TKI itu tampaknya ada di PT, menurut si mamah sih.
Kan sebaiknya ngirim orang itu yang profesional, yang tangguh, yang gagah mandiri, yang bener bener jempolan.
Biar bisa memuaskan majikan dan bisa gagah kalau mendapat perlakuan yang nggak semestinya.
Eh...tapi yang jempolan, apa masih mau jadi TKI ya.....
lagi pula, kalau TKI kualitasnya ala kadarnya, apa nggak tahu tuh akibatnya?
Disamping akan kena penyiksaan, secara pukul rata, mereka akan merendahkan kualitas seluruh rakyat, akan menyama ratakan..
Dikiranya emang bangsa Indonesia itu nggak bermutu, nggak berkualitas.
Dampaknya kan dahsyat banget buat pencitraan bangsa, bukan ?
PJTKI, Perusahaan Jasa TKI, emang banyak yang nggak bermutu, jadi jadian, asal asalan.
Asal mereka dapat duit dari pengiriman TKI, yo wizz.
Kan sebaiknya mereka mengirim yang berkualitas, kemudian kontrak kerjanya jangan berat sebelah menguntungkan majikan, trus mereka rajin nengokin, sebulan sekali keq.
Kan punya agen di tempat TKI bekerja bukan ?
Jadi hal hal negatif bisa dikenali, diketahui sedini mungkin.
Sering kita lihat wajah wajah lugu bergerombol di cengkareng, menunggu penerbangan..
Itulah wajah para TKI yang akan dikirim entah kemana, mau ditempatkan dimana, majikannya enath siapa.
Mereka bener bener nggak punya posisi tawar.
Bener bener kayak barang aja yang ditaruh seenaknya.
Waktu berhaji 2007, si mamah duduk sebelah Sanah.
Perempuan Indramayu berusia 20 tahunan dan punya seorang anak usia 2 tahun.
Waktu ditanya, nanti kerja dimana ? Nggak tahu bu, nanti dari Jeddah naik pesawat lagi, trus ada yang jemput katanya.
Kota apa nanti ?
Nggak tahu bu, katanya sih kayak desa gitu, nggak dikota.
Duuuh...kasihan ya
Gajinya berapa?
Haaaah....segitu mah kerja di Jakarta aja atuh.
Apa jawab dia...? .Di Jakarta mana ada yang gaji segitu
Astaghfirullahaladziim
Emang orang Jakarta tuh pelit pelit kitu?
Kan katanya gajinya puluhan jiti,bahkan ratusan jt, masa ngegaji pembantu pelit?
Kan lebih baik mereka kerja dinegri sendiri, lebih terlindungi.
Ayo atuh majikan, jangan pelit pelit sama pembantu.
Biar mereka nggak pada jadi TKI yang dianiaya , didzalimi dinegeri orang
TKI, umumnya adalah perempuan yang seharusnya dilindungi kaum lelaki.
TKi, umumnya adalah ibu dari anak anak yang amat sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang generasi berikutnya.
Kalau jaman terbolak balik begini,lelaki diem dikampung,nungguin rumah , mengasuh anak kecil, sementara perempuannya melanglang buana menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.
Apa jadinya bangsa ini ?
Apa kata dunia?
No comments:
Post a Comment