Seorang teman, Om Kapiten Iwan, menyampaikan, bahwa saat saat ini, episode kehidupan yang sedang kita jalani bersama ialah episode "penelanjangan diri" alias menelanjangi diri sendiri.
Maksudnya?
Lha iyalah, dalam gonjang ganjing pileg dan pilpres yang digelar ditahun ini, kita semua menyaksikan dengan jelas , tingkah polah elite elite politik, sepak terjang orang perorang atau kelompok per kelompok yang ujung ujungnya menggambarkan betapa dahsyatnya syahwat kekuasaan.
Syahwat kekuasaan, yang meracuni seluruh jiwa raga para elite politik yang "bertarung", menjadikan kita, rakyat biasa, sebagai penonton yang gamblang bisa menyaksikan dengan mata telanjang, siapa yang khianat, siapa yang nggak pernah ngeuh telah berbuat khilaf, siapa yang nggak pernah tahu bahwa dia tidak tahu, siapa yang nggak ikhlas, siapa yang berkedok kepalsuan selama ini, siapa yang diam diam menghanyutkan, siapa yang santun, siapa yang egois, siapa yang kasar, siapa yang lembut, siapa yang memikirkan rakyat dan siapa yang terperangkap dalam syahwat kekuasaan demi kepentingan pribadi atau kelompoknyadll dlsb.
Selama ini kita, umumnya rakyat, berpendapat, bahwa orang mati matian bekerja dan mengabdi hanya untuk kebaikan, untuk kepentingan ummat.
Eh taunya ada pamrihnya......jadinya nggak ikhlas dong.
Koq keukeuh mau jadi pemimpin, mau jadi figur publik, mau menarik gerbong, kalau nggak ikhlas dan nggak pantas jadi teladan ?
Simak saja dari ucapan " bertahun tahun ngurus partai, taunya bukan dia yang dicalonkan, malah orang lain"....
Nah..terasa kan kekurang ikhlasannya?
Jadi motivasinya selama ini adalah kekuasaan, bukan?
Atau...bertahun tahun kerja keras...koq kebaikan namanya diambil dia?
Tuh...pamrih juga kan?
Nggak lillahi ta'ala...nggak hidupku matiku hanya bagi Allah semata.
Atau...ada juga yang ibarat pasangan selingkuh, yang punya WIL atau PIL.
Siapapun yang diselingkuhin, wajar dong punya perasaan dikhianati dan sulit menerima kembali secara utuh, iya nggak?
Udah selingkuh, koq malah ngambek ya.....koq malah galakan dia?
Trus menelanjangi diri sendiri dengan mengungkapkan kebobrokan selama berpasangan....halah....
Atau....ada juga yang setengah setengah.....
Katanya mau menentukan langkah sehidup semati, terserah pasangannya mau bagaimana
Dan ketika pasangannya memilih menentukan arah......lho koq mutung.
Jadi, percayanya setengah setengah dong....ada pamrih ??
Coba deh simak, katanya mau berteman.
Ketika ternyata nggak dijadikan pasangan....eh, mutung, mau ambil langkah seribu cenah........mau nyari temen lain aja katanya.....beueueueueueueu
Ibarat berpasangan dalam hidup, trus banyak tuntutan terhadap pasangan, apakah akan kuat fondasi hidup berpasangannya?
Tokh dalam berpasangan hidup, yang penting tujuan bersamanya jelas, buat kebaikan, masing masing berupaya berbuat maksimal, berkontribusi positif tanpa menuntut ini itu kepada pasangannya.
Biarkanlah pasangannya bebas merdeka menuju tujuan bersama yang baik.
Kalau terlalu banyak diatur atau dituntut, mana tahan kebersamaannya, bukan?
Ada pula yang gegap gempita mau bergabung dengan banyak teman, bersorak gembira membahana.
Berikrar akan sejalan setujuan senantiasa bersama.
Eh.....Baru hitungan jam saja, ternyata sudah ada yang menonjolkan diri sendiri, berjalan sendiri......ya mutung dong temen lainnya.
Katanya mau barengan, koq bergerak duluan sih?
Takut ketinggalan? Takut nggak kebagian tempat? Takut nggak kebagian kursi ?
Padahal, dari kacamata rakyat biasa, bergabung, berteman atau berkoalisi itu nggak butuh syarat atau prosedur yang rumit rumit amat, nggak perlu begitu banyak tetek bengeknya atau banyak betrak betruknya .
Sepanjang segala niat, segala hal ihwal dan sepak terjang semua pihak ujung ujungnya demi harkat martabat rakyat , bangsa dan negara , demi kemajuan dan kesejahteraan semua, kenapa dibikin repot?
Ibarat berpasangan mengarungi kehidupan berkeluarga, selama niat dan tujuannya sama, kenapa harus saling menuntut ?
Ya sudah, kan sudah menentukan pasangan.
Saling percaya, saling jujur, nggak usah saling curiga, nggak perlu saling menuntut, menampilkan kontribusi dengan total all out menunjukkan semaksimal mungkin kemampuan, saling support dan saling memberi energi,agar senantiasa tentram damai bahagia dan full energi menuju tujuan.
Koq ribet amat sih ?
Peristiwa hari demi hari yang kita saksikan, benar benar mempertontonkan karakter asli orang perorang,atau kelompok per kelompok.
Nggak bisa ditutup tutupi, mungkin karena terlalu panik dan terlalu bernafsu akibat dahsyatnya syahwat kekuasaan.
Benar benar episode penelanjangan diri yang membuat penonton alias rakyat kebanyakan, terhenyak, terkesima, terkaget kaget , mengelus dada , terpana dengan setiap perubahan gerak orang perorang, kelompok per kelompok setiap saat, setiap waktu.
Jadi inget istilah nenek moyang.....luar leor siga oray kadut....hehehehehe
Episode kehidupan penelanjangan diri, memberi kita pengayaan ilmu yang sungguh luar biasa.
Bagaimana kita harus hidup, bagaimana kita harus belajar lebih ikhlas demi kepentingan semua mahlukNya.
Dan.....bagaimana nyontreng yang baik dan benar Juli yang akan datang.
Allah sedang mempertontonkan, siapa yang pantas dan siapa yang nggak pantas memimpin kita, begitu kata Om Kapiten Iwan.
The teacher will come, when the pupil is ready, begitu dalilnya.
Semoga kita bisa mengamati dan belajar , bagaimana nanti menentukan pilihan yang benar, agar bangsa ini makin bermartabat, makin sejahtera rakyatnya dalam kebersamaan dan keadilan.
3 comments:
betul bangget
kalau saya jadi penonton diluar arena
jadi kelihatan mana yang lari sana dan lari sini
mana yang loncat-loncat
mana yang sibukkkkk sekali biar kelihatan sibuk
mana yang hiperaktif
mana yang kalem....
so....WASPADALAH!!!!!
JANGAN MILIH YANG ANEH DONG....,APALaGI TUKANG SELINGKUH...IH...OGAH!!!!
semua bilang untuk rakyat....untuk bangsa.....(mangga lah....bungkussss....!!!)
satu kata : MANTAPS! ^_^
setujuuuuuu....hebring pisan tulisan mamah atu ini...saluttt deh
Post a Comment