Wednesday, January 09, 2008

BERHAJI PART TWO

Makkah dengan Masjidil Haram plus Kabahnya memang begitu memukau, punya daya tarik yang dahsyat, ngangenin, pengennya kita balik lagi dan balik lagi kesana.
Beberapa kali si mamah dan si akang menjalankan thawaf selesai shalat, kemudian berdua dapet kesempatan 2 kali memeluk kabah....duuuuuuuh, nggak bisa diceritain deh. Kami cuma bisa berdoa, berpandangan dan menangis haru....duuuhhh, ntar rasain sendiri deh gimana rasanya, syusyah banget dideskripsikannya bagaimana perasaan kami saat itu.

Kenikmatan lain, adalah shalat diberbagai penjuru Masjidil Haram.
Dilantai dasar depan Multazam, dilantai satu arah Multazam, dilantai 2, dilantai paling atas, pokoknya tiap shalat nggak pernah pengen diarah yang sama.
Gimana caranya dapetin tempat ? ya ikut thawaf aja sambil larak lirik cari tempat nyempil yang kosong, alhamdulillah selalu dapet tempat yang enak.
Intinya, no free lunch...hehehehe, harus berdoa, dan berjuang dulu, baru dapet yang enak...ghitu kan ?

Kebetahan kami lainnya di Masjidil Haram adalah ketika setiap selesai shalat, utamanya shalat subuh dan Isya, melihat lingkaran ribuan orang yang berthawaf dari lantai paling atas.....duuuuuh, dahsyat banget pisan, ribuan orang, bergerak kearah sama, mengelilingi sebuah inti........Cuma Allah yang bisa menggerakan manusia seperti itu...
Kadang, suka inget galaksi, perputaran benda benda langit kan juga rada rada mirip begitu....

Beberapa hari mengalami kenikmatan ibadah di Makkah, tibalah saatnya berpindah tempat. Group kami memilih apartemen di Aziziyah, tepat dibawah lokasi istana dimulut terowongan King Abdul Khalid.

Sebelum menjalankan ibadah haji, ialah wukuf di arafah dan mabit( bermalam) di Mina, memang kondisi fisik harus disiapkan, dipilihkan apartemen Aziziyah dengan maksud kami bisa banyak beristirahat menyiapkan stamina yang prima.

Yang menjadi kehebohan adalah tiba tiba keluar keputusan raja Saudi Ararabia yang menetapkan hari wukuf lebih cepat sehari dari yang sudah terjadualkan, artinya apa ?
Segala urusan yang menyangkut perjanjian, baik pemondokan atau transportasi, otomatis menyesuaikan dengan Keputusan tersebut.

Bayangin, kontrak dengan hotel kan pake kalender hijriyah, kalau sebelumnya, kita harus keluar hotel hari Jum'at, ujug ujug hari Kamis udah harus hengkang.
Coba aja bayangin mumetnya para pengurus Jamaah Haji, harus keluar Hotel, karena 4 Dzulhijah itu bukan lagi Jum'at tapi Kamis ! .
Belum lagi urusan transportasi, belum lagi urusan apakah mendapat perpanjangan waktu di Aziziyah, alhamdulillah segalanya dimudahkan.

Bayangkan, group lain juga sama repotnya, belum lagi mereka yang berhaji melalui Madinah dan mendahulukan Shalat Arbain di Masjid Nabawi sebelum berhaji ( Shalat Arbain adalah Shalat 40 kali menjalankan shalat wajib di Masjid Nabawi , termasuk kegiatan sunnah, bukan wajib ).
Juga Jamaah Haji Indonesia lainnya yang termasuk Gelombang pertama, ketika mereka belum genap 8 hari di Madinah, baru menyelesaikan shalat 35 kali, sudah harus menuju Arafah, mengerjakan program wajib kalau ingin berhaji, meninggalkan keinginan Arbain yang termasuk kegiatan bukan wajib.

Pokoknya banyak ketegangan yang dialami para pengurus Jamaah Haji, sedangkan Jamaahnya sendiri adem ayem aja, bahkan nggak tau apa apa, asyik shopping malah.
Kecuali beberapa yang mungkin nggak bisa nerima belum genap 40 kali shalat di Masjid Nabawi, kekecewaan dan kekurang ikhlasannya terbawa bawa sampai ke Arafah -Mina, tampak banget, urusan kecil aja bawaannya ngambek atau marah atau mutung...urusan 1 popmie aja bisa ribut, ....hehehehe, haji koq nggak ikhlas ya....ah, haji juga manusia, begitu kata candil seurieus juga kan ?

Selama di Aziziyah...ya kita kita happy happy aja, shalat bareng, tausyiah, makan, istirahat, naik angkot ke Masjidil Haram bagi yang mau, ada yang shopping...wiz..pokoknya macam macam aneka kegiatan dilalui dengan happy, apalagi kokinya itu kan orang jawa, makanan rumahan tersaji setiap saat dengan rasa yang sesuai lidah, alhamdulillah.

Suatu hari, sebelum wukuf, programnya adalah berjalan kaki menuju Mina melalui terowongan dekat apartemen.
Alhamdulillah kita kita dipandu, bagaimana arah yang benar menuju tenda dan menuju jumrah, tempat kita harus melakukan ritual melempar jumrah pada hari hari mendatang ( bayangkan, jutaan jamaah pada hari hari melempar jumrah bergerak kesatu tempat pada waktu bersamaan, membuat jalanan penuh sesak dan banyak yang disorientasi, berputar putar menuju tempat tinggalnya, apalagi mereka tidak pernah dipandu sebelumnya menyusuri jalan yang seharusnya, alhamdulillah, group si mamah menjalani dulu gladi resik di Mina, sehingga memudahkan ...trims ya pak Boyke, semoga Allah senantiasa menjaga dan memudahkan bapak untuk terus membantu dan memfasilitasi para calon jamaah haji).

Tanggal 8 Dzulhijah, kami menuju tenda di Mina, bermukim disana sampai dinihari dan melanjutkan perjalanan ke Padang Arafah.
Menjelang Subuh kami tiba di tenda yang kebetulan berada tepat dipinggir jalan Raya, tempat yang tenang, jauh dari keramaian, nyaman untuk berdoa.

Begitulah, haji adalah berada di Arafahpada tanggal 9 Dzulhijah antara waktu tergelincirnya matahari, sampai terbenam matahari, dimulai dengan shalat dzuhur bersama, kemudian berdzikir, berdoa bersama, dilanjutkan dengan membaca doa masing masing.
Koq ya betah ya berjam jam berdoa, memohon kepada Sang Khalik, berdoa ditenda, diluar tenda, menghadap matahari sampai tenggelam matahari besar berwarna merah ditelan bumi diufuk barat.

Lebih kurang 6 jam dalam kehidupan manusia, kita diberi waktu di Padang Arafah untuk bertaubat, berdoa, memohon, meminta, apaaaaaa saja.
Sungguh sayang ya kalau dilewatkan, paling paling diselingi makan siang dan keperluan lainnya, tapi, koq ya orang orang betaaaah banget duduk bersimpuh, berdoa, berdoa, berdoa.......subhanallah, Allahu Akbar.

Pantas, konon kabarnya, hari tersebut setan setan depresi, melumuri badan dengan pasir, frustrasi karena semua yang berada di Arafah diampuni dosanya oleh Allah swt.

Lewat maghrib, jutaan manusia kembali bergerak bersamaan, meninggalkan Padang Arafah. Begitu bis bergerak meninggalkan tenda....wuaaah, pemandangan luar biasa menyergap mata, ternyata, perkemahan itu begitu luuuaaaas dan begitu beraneka macam.

Bayangkan, begitu banyak yang berwukuf ditenda tenda kecil yang berdempetan, dikolong jembatan, dipinggir jalan, disemak semak, di trotoir..pokoknya, manusia dimana mana.
Dan, ketika bis meninggalkan Arafah, jutaan orang pula menempuh arah yang sama dengan berjalan kaki, ada yang berjalan tegap, ada yang terbungkuk bungkuk, terseok seok, membawa barang barang pribadi dll, dlsb.
Alhamdulillah, Jamaah Haji Indonesia nggak usah repot repot, tinggal duduk manis di Bis, barang bawaannya juga enteng, kan koper dll tertinggal di apartemen.

Begitulah, lautan manusia kembali menyergap, menghalangi laju bis yang berjalan merayap, ada yang langsung menuju Mina, setelah mabit di Muzdalifah, untuk melempar Jumrah Aqabah ( Jumrah adalah benteng memanjang, dulu berbentuk tiang, simbol setan penggoda yang harus kita lempari batu sebanyak 7 kali untuk setiap jumrah, hari pertama hanya melempar Jumrah Aqabah/Big Jamarat, hari kedua ketiga melempar ketiga Jumrah, Ula , Whusta, Aqabah / Small, Middle, Big Jamarat ).
Ada yang langsung menuju Makkah, juga setelah mabit ( singgah/bermalam sebentar ) di Muzdalifah untuk melakukan Thawaf Ifadah, ialah mengelilingi Kabah 7 putaran dan bersai ialah bolak balik antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Alhamdulillah ketika melaksanakan Thawaf Ifadah, seputar Kabah amat sangat penuh sesak, baru 1 putaran, si mamah dan si akang memutuskan melanjutkan 6 putaran lainnya dilantai paling atas......what ????
Bayangkan, sisi sisi yang mengelilingi Kabah panjangnya menjadi berlipat lipat, mungkin sepanjang 200 meter, kali 4, kali 7 putaran.......butuh semangat dan energi yang lebih...hehehehe...nggak heran, kalau tiap putaran di dopping dulu sama air zamzam yang banyak tersedia, dan ternyata......kami bisa menyelesaikannya dalam waktu yang lebih cepat daripada teman teman yang dilantai dasar ( mungkin karena begitu padatnya ya, sehingga butuh waktu yang lamaaaa untuk berjalan ).

Selesai berthawaf, kami kembali menempuh perjalanan yang macet menuju apartemen. Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat dalam waktu yang nggak lama lama amat, bisa istirahat, bisa mandi dan menyiapkan segala sesuatunya untuk segera menuju tenda di Mina untuk melanjutkan ritual lainnya, melempar Jumrah.

Segitu dulu ya......nanti disambung lagi......salam

1 comment:

Anonymous said...

Cerita Menarik Mom ... diantos sambungan na ....